Gaun ketiga yang kucoba pun mendapatkan gelengan dari Mas Dewa. Pria itu berdecak lalu berkata, “No, terlalu mencetak bentuk tubuh. Tukar yang lain.” Aku menghela napas kemudian melayangkan protes pada pria itu. “Ya, Tuhan, itu tadi udah gaun ketiga yang aku coba loh, Mas,” gerutuku sembari keluar dari ruang ganti setelah mengenakan kembali pakaianku yang semula. “Atau aku pakai sarung ronda malam aja sekalian kalau memang mau yang tertutup,” lanjutku menggerutu dengan bibir yang dicebikkan. Mas Dewa mendengus lalu duduk kembali di kursi yang sempat ditempati olehnya tadi. Sedangkan manajer yang bernama Ayumi itu menahan tawanya setelah mendengar gerutuanku, begitu juga dengan dua pegawai yang membantuku di ruang ganti tadi. “Kalau gaun-gaun yang sudah jadi ini belum cocok sama Mbak da