Wahda dan orang tuanya menatap Marissa sendu. Harga diri mereka sudah dibant4i habis. Guntur sebagai kepala keluarga juga tidak bisa berbuat apa-apa karena memang putrinya tidak lebih berhak dari mertuanya mengenai hunian ini. “Setelah diusir seperti ini, apa kamu tetap akan di sini menunggu suamimu?” tanya Kumala lirih dengan suara bergetar. Wahda terdiam. “Apartemen ini dibeli oleh putra saya. Kamu hanya membawa badan saja. Sekarang pergilah seperti saat kamu datang. Tanpa membawa apa pun dari apartemen ini,” ujar Marissa lagi. “Ya, kami akan membawa anak kami pulang!” tegas Guntur. “Sudah cukup penghinaan yang kami terima.” “Tapi, Pak–“ “Pulang, Wahda. Setidaknya pulanglah dulu menenangkan pikiran. Ndak perlu mengemis belas kasihan mereka di sini. Kalau Ken memang masih mengharap

