“Apa-apaan ini bertengkar kayak anak kecil!” Wahda mendekat, diikuti Diana. “Kenapa membuat keributan di kantor saya?” tanya Diana. “Tuan Kenrich?” Kenrich melepaskan cengkeraman, lalu berdeham. “Saya mencari Bu Diana, tapi ternyata malah bertemu pria gila ini di sini.” “Oh, iya. Tadi ada yang menelepon saya kalau Anda datang mencari. Berhubung saya sudah di perjalanan akan kembali, saya meminta agar Anda menunggu. Maaf kalau tidak mengenakkan.” Kenrich hanya mengangguk sekilas. “Wahda, tolong kamu urus saudaramu.” Wahda mengangguk tidak enak. “Baik, Bu.” “Tuan Ken, mari ke ruangan saya.” Kenrich justru menyeret tangan Wahda, membawanya ikut mengekor di belakang Diana tanpa kata. Sementara Damar masih berdiri termenung di tempat. Beberapa karyawan menyaksikan itu dengan penuh rasa