BAB. 1. BAWALAH AKU! (bagian 1)

2954 Words
    Terang. Matahari bersinar.   Panasnya menyengat siapa saja yang tersorot olehnya.    Mengkristalkan  air laut yang terjebak di  laguna itu mengubahnya menjadi  padang garam. Kristal garamnya  berkilau di dasar danau yang mengering seolah menambah penderitaan siapa saja yang melaluinya, karena kristal itu memantulkan panas matahari. Menyilaukan kemanapun mata memandang.             Dua  gadis remaja  berlari diatasnya. Yang seorang adalah gadis ceroboh yang memutuskan memotong jalan dengan melalui dasar danau itu, dan yang seorang lagi adalah gadis  yang menyia-nyiakan otaknya untuk mengikuti si ceroboh.             Xheira terengah-engah.  Rambut merah keritingnya yang tergerai seolah menjadi bagian pemberat larinya. Nafasnya begitu cepat memburu udara. Peluhnya mulai bercucuran. Dirinya begitu kesal menatap punggung Kaila  yang bergerak  jauh meninggalkannya. Hai bukankah aku yang mengajakmu melewati danau garam ini? Kenapa jadi aku yang mengikutimu?             Dalam keadaan seperti itu, bisikan  hatinya yang iri  jelas terdengar, Andaikan aku seorang mansis[1]… aku akan lari lebih cepat darinya… aku akan lebih cerdas darinya… akan lebih… bersisik? Oh no! menjijikan sekali dan kenapa seorang mansis harus lahir dengan cacat, juga harus steril… Ya tuhan! Kenapa aku menginginkan diriku seperti dia… ihh…             “Xheira! sekoci 1 sudah berangkat!” dari jauh Kaila membalik dan berteriak. Tangannya menunjuk sebuah sekoci yang perlahan merapat ke lambung HYDROMATIK.[2]             “Iyaaaa…!” Seru  Xheira  si gadis berambut merah dan keriting mulai jalan terseok seok. “Koridor 2 ditutup!” Kaila  balas menyeru dari depan.             “Iyaaaa… aku lihat!” Sahut Xheira  lagi memandang pintu koridor menutup, lalu dia berlari.             “Koridor tiga….!” Seru Kaila  lagi. Sebuah teriakan yang berdampak langsung pada pertambahan percepatan  lari Xheira.             “Cepat!” Kaila  memberi komando sambil siap masuk ke dalam ruang steril.              “Bagus! Akhirnya…” BRUK! Xheira tak kuat lagi untuk berdiri. Dia jatuh menabrak Kaila.             Keduanya beriringan berjalan melalui lorong kaca menuju ruang steril. Sebuah semprotan desinfektan menghambur, memenuhi ruangan steril. Bau senyawa kimia menguar didalamnya. Mensuci-hamakan  tubuh mereka sementara  tas yang mereka bawa akan dilalukan melalui saluran lain. Saluran yang bersinar UV dengan gelombang tertentu yang dipercaya dapat mematikan kuman. Saluran itupun dilengkapi dengan sinar yang dapat mendeteksi bawaan penumpang.             Untuk penumpang  HYDROMATIK yang baru,  mereka harus melalui pemeriksaan medis yang sedikit rumit. Pemesanan HYDROMATIK memang terasa menjadi sangat panjang dan membosankan. Tapi itu semua dilakukan untuk mencegah timbulnya epidemi di dalam HYDROMATIK. Sebuah Ekosystem buatan  yang hampir tertutup di dalam laut.             Mata Xheira  berubah cerah melihat lampu hijau menyala sebagai tanda aman.             “Yee!” Xheira  bergegas menuju sekoci yang menunggu mereka. Xheira  dengan santai mengikuti lompatan Kaila  memasuki sekoci. Sekoci sudah penuh sesak dengan para penumpang  HYDROMATIK yang hampir  ketinggalan.             Sekoci pun bergerak meninggalkan koridor-pelabuhan. Hanya 10 menit mereka menaiki sekoci selanjutnya mereka masuk HYDROMATIK melalui pintu lambung yang otomatis membuka dan memasukan sekoci tepat pada koridor dalam HYDROMATIK. Pintu menutup dan system vakum dijalankan. Air dikeluarkan. Koridor itu kini dipenuhi oleh udara, sekalipun mereka ada dalam HYDROMATIK yang mulai bergerak di kedalam 5 meter dpl.             Kaila memandang sebuah tas yang tertinggal di sana. Dia menatap penumpang lain yang sudah turun.             “Maaf! Maaf! Tas siapa ini?” tanyanya sedikit keras membuat sebagian orang yang sudah jalan mendahuluinya menengok ke Belakang. Dengan wajah dingin, tak acuh, malas, mereka hanya menggeleng dan melangkah lagi.             “Biarkan saja, Kaila. Nanti pemiliknya pasti datang kalau merasa kehilangan. Sekoci ini tak akan ke mana-mana bukan?” kata Xheira  melangkah ke luar sekoci.             Kaila hanya mengangkat alisnya.             “BIP.” Jingle minisupertele[3] Xheira  berbunyi. “ Hallo! Ke mana kalian? Katanya kalian tak akan ke darat! Semua bingung mencari kalian.  Kalian ditunggu sama bos, di ruang pengawasan!” wajah Zyeko terpampang di dalam monitor  minihalo.             “Haa? Bukankah kita masih diberi libur?” wajah Xheira  langsung mendung. Dia menatap Kaila  yang hanya mengangkat bahu.             Mereka berdua setengah berlari beriringan menyusur gang-gang sempit di dalam HYDROMATIK yang telah mereka hapal.             “Kamu tadi mencoba Yogurt Nepalnya?” tanya Xheira. Benaknya masih dipenuhi safari singkatnya di daratan.              “Ooh Xheira… bukankah kamu seharusnya  hati-hati dengan segala makanan itu?  Bukankah kau alergi dengan semua yang menyangkut susu?” tanya Kaila menyesalkan kecerobohan Xheira.             “Bukankah ada ini.” Kata Xheira menunjukan pisau lipat yang lengkap dengan Tester UV [4]untuk mentest kandungan  makanan.             Kaila menarik nafas. Tapi kemudia dia ingat sesuatu. Tester UV miliknya tak ada di saku. Dia meraba saku ransel. Tak ada.             “Kenapa?” tanya Xheira melihat Kaila meraba semua saku baju, celana, ransel.             “Ya ampun… testerku…” mati aku! Tentu saja Kaila  panik, alat itu sudah seperti supertele  bagi dia saat ini. Karena         dengan ini, seorang mansis  (atau siapapun yang ingin berpantang/diet, atau memiliki alergi)  dapat menyaring makanannya.  Sebagai mansis  bunglon, Kaila harus menjaga makanannya agar pertumbuhan epidermisnya yang sisik itu dapat diatur.             “Coba cari lagi!” kata Xheira  membantu Kaila membuka ranselnya.             “Pasti tertinggal di sekoci. Tadinya aku ingin merangkainya langsung dengan minisuperteleku…” wajah Kaila nampak bingung.             “Dasar jenius…” desis Xheira lebih ke intonasi jengkel dibanding sanjungan untuk Kaila  yang memang jenius.             “Pergilah dahulu, kau pasti sudah ditunggu…!” kata Kaila berbalik ke arah sekoci.             “Jangan lama-lama.” Pesan Xheira.             “Aku janji!”                                                         ***                         Kaila menghentikan langkahnya dan memasuki sekoci itu. Ah… masih di sana! Matanya menangkap benda kecil berwarna merah maroon. Matanya lalu melirik tas itu. Tas yang tertinggal di dalam sekoci. Tergeletak pasrah,  tanpa isi yang menopang. Tas itu kosong. Jadi seseorang datang hanya untuk mengambil isinya saja? Membuang tasnya? Aneh. Kaila hanya mengangkat alisnya melihat tas itu. Dia bergegas ke luar sekoci dan setengah berlari menuju tempat dirinya sebagai pekerja HYDROMATIK, melapor.                                                                     ***                          Namanya Zhorak. Wajahnya yang tampan putih pucat, penanda dia seorang yang jarang terdedah di bawah sinar matahari. Sebagaimana kebanyakan suku pedalaman di kedalaman bawah laut.  Tubuhnya tinggi atletis dengan dada bidang, dan otot dengan bentuk ideal. Balutan  beskapnya yang gelap, dengan kulot warna senada  terasa anggun dan mewah. Penampilannya menandakan dia seorang Zirac yang baru saja menghadiri upacara adat di komunitasnya. Rambutnya yang tebal bergelombang dibiarkan berurai dipundaknya.             Matanya dingin, menyapu seluruh ruangan   mencari sosok yang dicarinya.  Mata itu mengaduk gerombolan pekerja HYDROMATIK yang berseragam berdasarkan departemen di mana mereka bekerja. Gerombolan itu nampak keluar dari ruang supervisi. Ruang yang multi fungsi.  Ruang itu biasanya difungsikan sebagai kantin pekerja.             Wajah dinginnya seperti menghianati isi kepalanya yang begitu ribut. Apha dia masih sama dengan wajahnya saath kecil dulu, apha dia berubah? Sepherthi apha DIA sekarang? Canthikah dia? Apha rambuthnya, bibirnya  masih sepherthi dulu? Apha aku bisa mengenalinya? Saath ini DIA  memakai seragam yang mana? Hijau? Kuning? Merah? thak mungkin dia memakai seragam merah. Dia ithu orang  biasa, sthandard, baru kelas 9. Seragam Merah ithu adalah seragam unthuk phekerrja bagian Nuklir. Mana mungkin DIA yang ceroboh dan sthandard, ada di sana! Oke jadi DIA mungkin menggunakan seragam Hijau. Depharthemen pherthanian. berthugas di bagian kuliner. Depharthemen medis dengan baju puthih? Thak mungkin juga! Di sana hanya menerima siswa dengan kualifikasi khusus. Sedang dia ithu thermasuk kualifikasi yang mana? Jadi… Ya nenek…. Dia phakai seragam warna apha? … ya nenek kalau saja aku boleh mintha… biarkan dia bekerja thanpha seragam saja! Pikiran  Zhorak melantur nakal. Benaknya bertambah liar membayang DIA-nya  bekerja tanpa seragam.               “Hallo…Tu- tuan…!” suara dengan volume membesar dari seorang gadis dibalik kostum kepiting dengan bunyi seperti tercekik karena kaget.             Suara ithu! Suara yang sangat dikenal  Zhorak. Suara DIA-nya yang sedang ia cari. Hampir saja dia keselek permen karet yang dari tadi dia kunyah. Zhorak menengok ke arah samping.             Lalu mulut gadis kepiting yang menyapanya mengatup, membuka, memberi isyarat bisu dengan redaksi:             ‘TUAN ZHORAK! BAGAIMANA BISA KITA BERTEMU DI SINI?! KAU MENCARIKU?! KAU LUPA?! AKU HARUS JAUH DARIMU! SANGAT JAUUUUUUH…!’             Sejenak keduanya saling bertatapan.             Lalu terdengar bunyi suaranya yang cempreng, dan intonasi mendayu-dayu,  dengan  isi yang sama sekali berbeda, “selamat pagi tuan… selamat bergabung kembali dengan HYDROMATIK… kami menyediakan program baru dalam perjalan pasifik ini…”             Mata Zhorak hampir ke luar melihat wajah Xheira yang dipagari oleh kostum kepiting. Xheira adalah Gadis yang menurut informan ilegalnya akan ada di sini. Informan yang bekerja profesional. Sangat menjaga rapat rahasia penggunanya.             Xheira adalah gadis  yang telah mengubah masa kecilnya  yang semula dipenuhi ketegangan, kewaspadaan, menjadi keasyikan yang kekanak-kanakan, sedang berdiri di depannya.             Masa kecil  Zhorak  hidup begitu hampa, penuh dengan aturan, dan kewaspadaan. Segalanya dikukung oleh protokol keamanan anti kejahatan, mengingat dia seorang putra mahkota dari seorang raja, kerajaan kegelapan. Byjak.             Tapi saat Xheira hadir, seolah, di sekelilingnya, pagar ‘protokol keamanan  itu’ hilang seperti sihir.             Xheira  yang mengenalkan pada Zhorak bahwa hidup ini bisa: sangat menyenangkan!             Xheira memang bukan gadis biasa, karena cara jalannya yang seperti bebek, suaranya yang cempreng, dan gayanya yang ekspresif (kata halus dari impulsif), dia selalu nampak  bahagia walau statusnya hina.             Xheira adalah seorang gadis bekas budaknya. Neneknya menghadiahi budak ini saat Zhorak berulang tahun ke 4 . Dulu Xheira adalah,  seorang budak –manusia biasa- yang jauh sekali dari harapan dibanding  seorang budak mansis yang dirancang dengan aneka keunggulan, dan jenis budak lainnya lengkap dengan  kesetiaan yang aneh.             Tapi Zhorak yang kesepian, langsung memeluk neneknya, demi dilihatnya ‘anak yang begitu lucu’ menatapnya dengan mata bening bercahaya dan  tersenyum tulus kepadanya.             Senyum tulus, yang sangat berbeda dengan senyum zombi para lady Zirac, gadis Zirac, anak Zirac, atau senyum dingin para mansis. Senyum Xheira yang berubah menjadi tawa bernada kalkun di hari-hari berikutnya. Tawa yang meringankan hari-hari Zhorak yang penuh kewaspadaan.             Tapi di ulang tahunnya yang ke 15, Zhorak dipisahkan secara paksa. Sebagaimana tradisi Zirac yang menjaga ‘kemurnian’ genetisnya. Mereka khawatir bila terjalin hubungan asmara diantara Xheira dan Zhorak, sebagaimana yang sering terjadi di tempat lain.             Selain itu dalam penilaian seorang ahli jiwa, Zhorak mengalami ketergantungan berat terhadap kehadiran budaknya, Xheira. Tentu saja hal ini sangat memalukan bagi seorang Zirac.             Sejak itu Zhorak tak tahu ke mana ayahnya membuang Xheira. Tak ada setitikpun jejak yang ditinggalkan dari kepergian Xheira.             Hingga hari ini. Ketika kerinduan yang ia pendam bertahun-tahun tak mampu lagi ia sembunyikan. Zhorak memutuskan mencari Xheira secara diam-diam. Dan kini, dia melihatnya, di depannya, seperti sebuah mimpi.             “XHEIRA!” ah! Phelankan suaramu! Jaga imejmu sebagai putra seorang Byjak.  Zhorak menata kembali semua gelombang darahnya yang tiba-tiba tak beraturan.             “Iya… ini ha.. ha.. hamba… tuan…” kata Xheira dengan perasaan tak menentu, melengkapi mimik wajahnya. Untungnya mimic itu tersembunyi dibalik topeng pelengkap kastum kepitingnya.             Zhorak tersenyum. Dia berusaha keras untuk tak memeluk bekas budaknya ini. Dia berusaha menahan gelak gembiranya  melihat Xheira terbungkus kostum Kepiting berwarna merah. Tapi dia juga tak bisa menahan genangan air mata haru birunya. Xheira!              Xheira melirik ke arah penyelianya,  Manorak. Wanita Zirac yangberwajah bengis itu berdiri di sana dengan anggunnya, juga sedang mengawasi Xheira dengan tatapan dinginnya.             “Apa kabar, tu... tuan?”             “Baik.” Tidak! Aku gila karena kehilangan dirimu!             Sejenak Xheira tersenyum. Matanya berkaca-kaca haru.             “Kenapha kau memakai kosthum ini?” tanya  Zhorak menahan senyumnya. Ah, dia phasthi mendaphath phermaianan baru, thanpha mengajakku. Oh! Jangan menangis! Aku thak kan thahan melihathmu menangis.             “Ini adalah hukuman karena aku terlambat.” Bisik Xheira lesu.             “Kami menawarkan aneka program yang dapat  tuan akses langsung melalui supertele.” Kata Xheira memulai tugasnya sebagai gadis promo.             “Hmmm…”  Zhorak mencoba menurunkan ekspresi suka citanya demi melihat Xheira-nya. Dia mulai mempermainkan menu-menu yang terpampang pada monitor supertele yang dibawa Xheira.             “Tuan mau menolong saya?” bisik  Xheira penuh harap. Ugh, mimpi apa aku sehingga aku harus tampil begitu konyol di depan seorang Zirac setampan  Zhorak. Putra  mahkota seorang penguasa dunia Hitam & Putih,  Byjak[5].             “Hmm…”  Zhorak berlagak diam-berpikir. Tangannya meraba  dagunya yang hijau penanda baru saja dia mencukur habis janggutnya yang lebat.             “Oh… tuan malangnya nasibku… gara-gara temanku, Kaila si Gadis mansis Bunglon itu aku menjadi terlambat.” Suara Xheira setengah menghiba.              “Yah, sudah nasib seorang yang setia kawan. Aku harus melakukan promosi gaya kuno. Sebenarnya promosi itu kan nggak perlu pakai peraga seperti ini kan? Supertele selalu siap menayangkan di mana saja- kapan saja.:” kata Xheira lagi.             “Jadi kenapha kau melakukan ini?” Tanya Zhorak.              “Ini adalah ide Madam Manorak, penyelia bagian Humas. Sebuah  metode kuno, katanya patut dicoba. Karena untuk saat ini. ini adalah promosi yang sangat berbeda dari biasanya.” Xheira menarik nafas panjang. Sialnya aku terjebak, aku piker yang dimaksud dengan ‘model’  adalah seperti  Defilix, Michele Keok, atau model-model iklan yang biasanya tampil di supertele. Ternyata… model yang dimaksud adalah menjadi… KEPITING berjalan di HYDROMATIK! Huuuuh….             “Cepat tuan,  lakukanlah  transaksi, untukku. Ayolaaah…! Karena jika aku berhasil menjual salah satu program acara pada warga HYDROMATIK… aku bisa menanggalkan kostum ini.” Pinta Xheira memelas.             “…”  Zhorak masih diam. Ayoooo bicaralah lebih banyak! Aku rindu dengan suaramu. Aphalagi nada menghiba sepherthi ini, aku belum phernah mendengarnya.             “Demi masa lalu kita.” Xheira mulai terlihat tak sabar. Masa lalu? Memangnya ada apa dengan masa lalu kita selalin hubungan anak pembantu  dan anak majikannya?             “Hmmm.” Zhorak masih meraba dagunya. Masa lalu? Aphakah masa lalu KIThA sangath berarthi unthukmu? Xheira melirik Manorak lagi . Oh… dia masih mengawasi aku…. dia pasti sedang memikirkan bentuk hukuman lain bila aku gagal mendapatkan pelanggan.             “Jadi apha yang menarik dari phrogram baru?” tanya  Zhorak bertanya sekedarnya.             “Baca saja tuan (tampan yang bodoh, kau tidak buta hurufkan?).” Xheira mulai tak sabar. Sudah jelas semua perihal program  itu ada di minisupertele. Masalah dia memakai kostum yang menarik perhatian adalah hanya sebagai media pemberitahu.             “…”  Zhorak sama sekali tak membaca melihat layar monitor yang ditunjukan oleh Xheira. Tapi dia hanya menatap Xheira.  Ya… nenek! Apakah tatapanku ini kurang berfungsi sebagai phenghanthar getharan? Kenapha thathaphanku ini thak berefek sepherthi yang sudah-sudah?  Di depan Zhorak, berdiri bekas budaknya dengan kostum konyolnya. Tapi mata Zhorak melihat Xheira dengan kostum sederhananya.  Zhorak mencoba menata getarannya sendiri.             Dia kecewa melihat Xheira yang melihatnya dengan kesal.             Bagaimana mungkin Xheira menangkap pesan tatapan itu, sementara pikirannya berlari-lari antara Manorak, dan jendela HYDROMATIK untuk melihat pantulan dirinya si kepiting merah kostum badut terkonyol dari HYDROMATIK.             “Ayolaah…. Membeli satu atau dua program tak ada artinya bagi tuan. Tapi dengan satu dua program itu, tuan telah menolongku… lagiiii...” Xheira masih gencar memaksa kalau itu kata lain dari permohonan. Dia membasahi bibirnya yang mengering. Tenggorokankannya mendadak kering karena dia melakukan sesuatu yang haram bagi dirinya. Memohon pada [6]seorang Zirac. Sekalipun dia dulu sering melakukannya, tapi itu dulu, saat dia masih seorang budak.  Kini ia manusia yang bebas.             “…”  Zhorak tak dapat menahan senyumnya. Jadi kau dalam phosisi therdesak, sepherthi biasanya? Yaah… thenthu saja kau thak semphath menerjemahkan arthi phandangan ini. Kau begithu sibuk melirik suphervisormu.             “Oke… “ Suara  Zhorak melegakan Xheira. Tapi kemudian wajahnya mengkerut demi didengarnya kalimat berikutnya, “Thaphi ada sathu syarath.”             “Apa?” Tanya Xheira. Dasar Zirac! Semua harus ada tukerannya.             “Kau akan menemaniku di salah sathu phrogram.” Kata  Zhorak.             “Berdua saja?” tanya Xheira hati-hati.             “Kalau kau thak mau, aku thak mau melakukan thak mau melakukan thransaksi ini. Therserah.” Kata  Zhorak. Ingin sekali ia bilang: ’ya! Iya hanya kita berdua! Aku ingin melakukan Keiseiki[7] semalam suntuk hanya bersamamu!’             “Oke!” mata Xheira langsung berbinar. Otak dagangnya berputar dengan cepat. Dia hanya melihat kolom harga. Bila ternsaksi termahal berhasil dilakukan, maka kewajibannya memenuhi point penjualan akan segera terpenuhi. Tanpa ragu dia melakukan transaksi untuk  Zhorak.             Akses! Yee!             “Berburu Hiu?” tanya  Zhorak hampir lirih tak terdengar.  Gila! Aku thak menyangka olah ragamu begithu…  menggairahkan! Ugh.             “Berburu Hiu?” Xheira hampir keselek dengan ludahnya sendiri. Berburu Hiu? Yang benar saja! Itu adalah olah raga tergila! Bagaimana mungkin aku melakukan transaksi ini?             “Oke! Nanthi kitha cari wakthu luangmu. Sethuju?” tanya  Zhorak terlihat tenang. Zhorak langsung berlalu setelah melakukan pembayaran. Cephath phergi sebelum anak culun ithu berubah pikiran!             “…” Glek. Xheira menelan ludah. Wajah Xheira memucat. Berburu Hiu? Di kedalaman laut? Di Laut yang kadang-kadang arusnya membawa polutan buangan. Buangan industri, limbah illegal yang tak lolos baku mutu limbah? Laut tempat para Inohedonist membuang hasil percobaan biologi ilegalnya yang gagal? Di Laut, selain bertemu Hiu, aku juga akan bertemu dengan itu semua. Limbah racun, dan limbah mutan!              Ya ampun Xheira!             “Huehehehehe…” Gyuka, si pengawal Zhorak tertawa menyadari Xheira baru saja melakukan suatu kesalahan. Dengan nakal dia mengerdipkan matanya.             Xheira masih mematung ketika  Manorak  tiba-tiba muncul di dalam monitor minisupertelenya.              “Bagus! Thransaksi ini menuthuph thugasmu. Kau bisa menanggalkan kosthum ithu dan bergabung dengan theman-themanmu di depharthemen Holthikulthura sesudah mengembalikan alath pheraga ithu.”             “BIP!” Hubungan putus.             Xheira  melihat  Manorak  mengacungkan jempol dengan anggun. Itu adalah pujian, tapi buat apa? Kesadaran Xheira lebih membuatnya menderita lebih awal dibanding dengan pujian itu.             Xheira masih diam terpaku.                                                                                                                                                                                                           Oh Kaila… apa yang baru aku lakukan? [1] Mansis = manusia sintetis,  mahluk transgenic ‘ciptaan’ para inohedonist. Dirancang dengan rekayasa genetika. [2] HYDROMATIK= Sebuah balon selam yang merupakan balon ujicoba sebagai tempat tinggal alternatif di bawah laut. HYDROMATIK dapat menyelam, melalang buana [3] Minisupertele = alat komunikasi. [4] Tester UV = alat yang menguji kehalalan makanan dengan membaca peta protein/lipida  lewat sinar uv. Metode  ini (saat ini-2006) telah ditemukan oleh ilmuwan Indonesia pemenang lomba penelitian. Saat ini ilmuwan tsb tinggal dan mengajar di Malaysia.  Alat ini dapat membaca rantai lipida yang khas pada babi. Dalam kisah ini dibayangkan Tester ini dapat mendeteksi kimia apapun .   [6] Zirac  = ras minoritas yang memonopoli segala segi kehidupan. Dari tingkat pemerintahan, perdagangan, sampai social terendah. Kesewenang-wenangan kaum ini menimbulakan perasaan tak suka warga biasa. [7] Keiseiki = acara makan-minum  semalam suntuk. Acara ini menjadi sangat lama karena bahan baku dimasak saat itu juag. Gambaran keiseiki yang serba lambat karena begini: minumam pembuka, memasak makanan pembuka-makan-masak makanan utama-sementara menunggu, minum- makan, minumm, sementara makanan penutup dimasak/disiapkan. Minum sambl menunggu kudapan disiapan lagi!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD