S2-57 Benturan Paling Rapuh

1068 Words

Jam dinding di ruang rapat basecamp HorizonOne sudah menunjuk pukul 22.11. Suara hujan deras di luar kontainer kedap nyaris menutup bunyi derik kipas AC. Lampu neon putih yang dingin membuat wajah semua orang tampak lebih pucat dari biasanya. Beberapa staf muda sudah gelisah, memandang layar laptop dengan mata merah, sebagian lain menutup mulut sambil menahan menguap. Namun di ujung meja panjang itu, Cantika masih duduk tegak. Blus hitamnya sudah kusut di bagian lengan, dan rompi oranye yang dipakainya sejak sore kini hanya tersampir di kursi. Perutnya yang semakin membuncit jelas terlihat saat ia mencondongkan badan ke depan, menatap gambar CAD di layar proyektor. Jemarinya mengetuk-ngetuk bolpoin ke atas meja—irama cepat yang menandakan otaknya belum mau berhenti. “Pak Deri, kalau clea

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD