"Gw beruntung banget Sweety gw gak kenapa-kenapa. Tapi kasian si Kina.."
"Kina kenapa?"
Geri yang baru datang setelah dari kantin menuju tempat dia dan kawan-kawannya berkumpul, langsung mendengar Yvan-sahabat bulenya-membicarakan Kina. Geri duduk disamping Yvan setelah salah satu temannya menggeser duduk, dan mempersilahkannya untuk Geri.
"Kina kena luka sayat di tangannya gara-gara abis nyerang copet."
"Copet?? Lah, si Alex bilang sama gw dia jatuh!" ucap Geri bingung karena cerita Yvan tak sesuai dengan apa yang di ceritakan Kina.
"Luka sayatan, Ger! My Sweety bilang sendiri sama gw sampai nangis-nangis segala soalnya gak tega liat lukanya Kina yang sempet ngeluarin banyak darah."
Geri mengeraskan rahang mendengar penjelasan Yvan. "Emang mereka abis kecopetan?" tanya Geri berusaha tenang, padahal sebenarnya hatinya sudah panas dan sakit mendengar Kina mengeluarkan banyak darah.
"Bukan mereka, tapi kata Naya ada Ibu-Ibu yang baru mau masuk ke dalam mall dicopet. Nah si Kina denger, dan langsung ngejer itu copet. Singkat cerita, tu pencopet ngeluarin pisau lipat buat nyerang Kina. Hhmm... Naya selama dua hari ini masih terguncang dan nangis kalau inget lukanya si Kina. Padahal Kinanya aja marahin si Naya waktu kemaren gw dan Naya jenguk dia di rumah. Si Kina bilang kalau sampe Naya nangis lagi, Naya gak boleh nemuin Kina sampai lukanya Kina sembuh. Akhirnya, Naya bisa diem karena ancaman Kina. " Yvan menjelaskan panjang lebar, sementara Geri mendengarkan penjelasan Yvan sambil melamun dengan tatapan kosong.
Yvan dan beberapa kawan-kawan Geri mengernyitkan dahi dan saling berpandangan melihat Geri yang sepertinya masih asik dengan lamunannya.
"COPET SIALAN!!!! b******k!!" Setelah lama terdiam, tiba-tiba Geri berdiri dan teriak sambil mengepalkan kedua tangannya.
Sementara Yvan dan kawan-kawannya yang lain terkejut bukan main dengan teriakan Geri.
"Woy! Lo gila ya??? Pengeng nih kuping gw, Ger!"
"Tau lo! Kuping gw sampe bunyi ngiiing.. Denger bacot TOA lo!"
Mendengar ocehan teman-temannya, Geri langsung nyengir tanpa rasa berdosa dan kembali duduk di samping Yvan. "Sorry bro-bro.. Abis gw esmosi! Tu copet gak ada kerjaan kali ya!"
"Ada lah, Ger! Tuh kerjaannya kan nyopet." Arland - salah satu dari teman Geri - menjawab ucapannya.
"Bukan gitu maksud Gw, Kamvret! Ngapain dia pakai maenan pisau segala! Mau masak di dapur dong, bukan di depan Mall terus nyopet orang! Sialan banget!" Geri yang tadi sempat tenang, kembali terbawa emosi.
Sementara Yvan memperhatikan gerak-gerik Geri dengan curiga. 'Something wrong?' ucap Yvan dalam hati.
Entah sejak kapan, akhirnya pembicaraan mereka beralih tentang pertandingan sepak bola yang disiarkan tadi malam. Geri dan yang lainnya sesekali bercanda, namun Yvan masih melihat sedikit ketegangan di wajah sahabatnya.
***********
"Ger,,"
"Hmm?"
Geri dan Yvan saat ini berjalan menuju area parkiran setelah selesai dari bimbingan dosen.
"Lo suka Kina?"
Pertanyaan Yvan sontak membuat Geri berhenti berjalan. Melihat Geri menghentikan langkahnya, Yvan pun ikut berhenti dan menunggu jawaban atas pertanyaannya.
"Ahahha... Ketauan ya??" Geri menggosok tengkuknya gugup sambil tertawa malu.
"Ck..ck..ck.. Jujur banget lo, Ger. Gw fikir lo bakal ngelak, gak taunya langsung ngomong jujur." Yvan menggelengkan kepala sambil bersedekap melihat wajah gugup Geri.
"Kalau suka ya bilang suka lah. Lagian gw gak ada niat buat nyembunyiin perasaan gw ke si Preman," ucap Geri enteng sambil kembali berjalan dan bersiul-siul senang.
Sementara Yvan masih berdiri sambil memicingkan kedua matanya.
"Hh.. Gw harap yang kali ini, mau nerima lo apa adanya seperti keinginan lo," monolog Yvan.
"WOY CHOCOLATOS !! TUNGGUIN GW!!"
Yvan mengejar langkah Geri yang semakin menjauh dan setelah sampai, langsung merangkul bahu sahabatnya itu sambil mendorong kepala Geri dan dibalas Geri dengan hal yang sama. Karena Yvan tidak terima, Yvan langsung menjepit leher sahabatnya itu dengan lengannya dan menyeret sang sahabat menuju parkiran dengan dibalas teriakan heboh Geri yang membuat beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang melihat tertawa karena kelakuan dua sahabat yang sifatnya seperti bocah itu.
*********
"Tangan kamu gimana, Sayang?"
"Lumayan, Pi. Udah gak terlalu ngilu."
Kina saat ini sedang berada di dalam mobil dan duduk disamping Papinya yang sedang mengemudi. Hari ini seperti hari biasa, jika Papinya bisa menjemput, maka Kina akan pulang dengan Papinya. Namun jika tidak, biasanya Kina menggunakan kendaraan online atau kendaraan umum sesuai dengan moodnya. Kina sangat jarang membawa kendaraan sendiri, alasannya karena terlalu malas jika harus mengemudi.
"Kamu jangan terlalu sering terluka, Nak. Kamu tahu sendiri kan, Mami kamu itu manusia dengan tingkat kepanikan super. Kamu ingat? Sebelum hari dimana kamu terluka, Dino pulang sekolah dalam keadaan berantakan karena bertengkar dengan temannya. Padahal Dino cuma memar sedikit di pipinya, tapi Mami-mu itu langsung panik sampai-sampai bawa Dino kerumah sakit saat itu juga."
Papi Kina mengeusap sayang kepala putri satu-satunya yang rambutnya diikat asal oleh si empunya. Kina cemberut mendengar ceramah Papi-nya, walau sebenarnya Kina tahu sang Papi berbicara demi kebaikannya juga.
"Iya Pi, maaf. Kina kan gak tau kalo itu copet pake mainan pisau segala."
Setelah menjawab Papi-nya, Kina mengalihkan pandangan ke arah luar jendela dan tanpa sengaja melihat seorang pria yang sangat dia kenal belakangan ini sedang menuntun motornya di pinggir jalan.
"Pi.. Pi.. Pi.. Berenti, Pi. Kayaknya itu temen Kina deh."
Papi Kina langsung menepikan mobilnya sesuai instruksi sang anak. Dengan tergesa, Kina turun dari mobil dan menghampiri orang yang dilihatnya tadi sedang menuntun motornya.
"Kak, motor lo kenapa?" tanya Kina setelah sampai di depan pria itu dengan wajah datarnya. Sementara si pria, terkejut dan menghentikan langkahnya melihat sosok Kina yang tiba-tiba muncul di depannya.
"Eh ada Al..ex.. So-sore, Om." Geri menghentikan panggilannya untuk Kina, ketika seorang Pria Paruh baya yang memakai kacamata bening menyusul Kina dan berdiri tepat dibelakang Kina. Dia menjadi gugup karena tahu kalau pria paruh baya itu adalah Orang tua Kina karena pernah melihatnya di depan gerbang kampus ketika mengantar Kina dan Kina memanggil pria paruh baya di depannya ini dengan sebutan Papi.
"Sore.. Motor kamu kenapa?" Tanya Papi Kina setelah tersenyum ramah pada Geri.
Seketika, kegugupan Geri menghilang seiring senyuman hangat yang diberi Papi Kina. Geri fikir, karena anaknya super galak, pasti Papi-nya tidak kalah galak. Namun semua dugaannya terbukti salah, karena ternyata Papi Kina adalah pria yang ramah dan murah senyum.
'Papi-nya ramah gini, kenapa anaknya galak ya?' ucap Geri dalam hati yang masih tertegun karena keramahan yang di tunjukkan Papi Kina.
”Biasa Om.. Ngambek dianya gara-gara kemaren saya bawa hujan-hujanan. Manja ni motor, gak bisa kehujanan dikit langsung demam..hhehehe.." Geri tertawa garing setelah tersadar dan memberikan alasan yang didramatisir. Kina memutar bola mata malas, sementara Papi Kina ikut tertawa dengan Geri karena menganggap lelucon Geri sangat menghibur.
"Hahhaha.. Kamu bisa saja. Sudah coba di cek dalamnya?"
"Udah, Om. Nih tangan saya hitam semua." Geri menunjukkan salah satu tangannya yang penuh dengan oli.
"Ya sudah, biar om panggilkan orang bengkel langganan om ya."
"Eh.. Om.. Gak usah repot-repot, Om. Saya tuntun aja, palingan di depan juga ada bengkel."
"Masih 12km kira-kira bengkel terdekat. Nih gw liat di Google." Kina menunjukkan ponselnya tepat di depan wajah Geri, yang membuat Geri langsung menelan saliva susah payah.