Bab 2

1011 Words
Pagi-pagi di mansion, keluarga Johnson di buat heran karena Alice tidak juga turun ke bawah, "Ke mana anak itu?" Tanya Anita yang di jawab Syla dengan mengangkat kedua bahunya, dia sama sekali tidak peduli dia ke mana, di cukup tidak sabar karena besok adalah pengangkatan dirinya senagai CEO baru di perusahaan mendiang mama Alice. "Manda, panggil Alice," kata Romi yang di angguki oleh Manda. "Papa sudah menyiapkan semuanya untuk pengalihan Aku sebagai CEO yang baru kan?" Tanya Syla. "Kita bahas jika tidak ada Alice saja, Papa takut di sini ada yang menguping." Kata Romi yang akhirnya di angguki oleh Syla. "Maaf Tuan, Nona Alice tidak ada di kamarnya." Kata Manda yang baru saja datang memberikan informasi jika Alice tidak ada di kamarnya. "Ke mana dia?" Tanya Romi. "Dia kan selalu begitu, sekarang dia sering tidak tidur di mansion, entahlah dia ke mana." Kata Syla yang di benarkan oleh Anita. Romi terdiam sebentar. "Sudah ayo makan saja, Pa. Aku sudah sangat lapar." Kata Syla yang akhirnya di angguki oleh mereka. Mereka akhirnya sarapan terlebih dahulu sebelum pergi ke kantor. "Ulang tahun Alice nanti malam akan menjadi hari bahagia terakhirnya. Saat setelah pesta, besok dia akan keluar dari rumah ini," kata Romi yang membuat mereka tersenyum senang. "Akhirnya yang di tunggu-tunggu selama ini akan berjalan seperti rencana, aku sudah sangat tidak sanar menendang jauh anak dari mantan istrimu itu," kata Anita. "Itu salahmu dulu, kenapa dulu kau tergoda dengan tubuh wanita tua itu sehingga dia harus hamil anakmu," omel Anita. "Kejadiannya sudah sangat lama, kita sudah pernah membahasnya dan kau tidak masalah itu kan, jadi tidak perku di bahas lagi, aku juga tidak menginginkan anak itu, putriku hanya Syla." Kata Romi yang sebenarnya masih membuat hati Anita merasa dongkol. "Setelah kematiannya aku mengira jika semua aset miliknya menjadi milikmu, ternyata dia pintar juga langsung menulis surat untuk anaknya, sayangnya dia tidak begitu pintar juga karena harus memberikan syarat begitu untuk putrinya sendiri." Kata Anita tertawa. "Ibu Alice menulis wasiat seperti itu agar Alice menikah secepatnya dan tidak terlalu mengurusi perusahaan yang pastinya nanti akan membuatnya lupa untuk mencari psangan hidup. Dulu dia pernah bercerita seperti itu," kata Romi. "Iya sayangnya keinginannya bisa kita rubah, dia bisa terjerat dengan Felix yang hanya berpura-pura mencintainya agar dia tidak melirik pria lain." Kata Anita yang di benarkan oleh mereka. "Pa, tapi sebenarnya menurutku lebih baik kita membunuhnya, seperti Papa dan Mama dulu membunuh ibu Alice." Kata Syla memberi saran. "Aku hanya takut, jika Alice masih hidup. Dia masih bisa merebut semuanya." Sambungnya "Sepertinya apa yang di katakan Syla ada benarnya, Sayang." Kata Anita yang mendukung perkataan anaknya. Romi terdiam sebentar, sejujurnya ada tersirat rasa kasihan, namun dia memang benar-benar tidak menginginkan Alice sebagai anaknya. "Kita lihat nanti, jika dia membawa masalah kita akan melenyapkannya." Kata Romi yang akhirnya di angguki oleh mereka. ***** Sementara di kamar hotel, Alice baru terbangun. Dia terkejut saat ada tangan besar melingkar di perutnya. Dia mengingat jika semalam dia tidur bersama Matteo, suami bayarannya. Dia tiba-tiba tersenyum karena mengingat momen apa yang di lakukan Matteo untuknya. Tidak ada kejadian aneh tadi malam selain hanya berciuman, Alice sendiri tidak mungkin menyerahkan miliknya bergitu saja kepada pria yang baru dia kenal selama dua bulan ini, meskipun dalam dua bulan ini Matteo bersikap baik dan bahkan menunjukkan kasih sayangnya, tetap saja Alice masih memiliki rasa trauma dengan lelaki dan tidak ingin mempercayainya begitu saja. Alice tersenyum melihat wajah Matteo yang benar-benar sempurna menurutnya. Dia sebenarnya sedikit curiga apa pekerjaan Matteo, meskipun semua yang di lakukan Matteo tidak menggunakan barang mewah, tapi menurutnya Matteo memiliki uang banyak karena dia tidak menggunakan kartunya sama sekali. Dia tau kalau Matteo memang tidak menggunakan kartunya karena jika dia menggunakannya. Maka akan ada laporan yang masuk ke dalam ponselnya atau emailnya. Dia menurunkan perlahan tangan Matteo yang masih melilit perutnya. Namun bukannya terlepas dia terkejut karena Matteo malah mempererat pelukannya dan bahkan menariknya yang membuat tubuh mereka merapat. Alice bisa mencium bau tubuh Matteo yang bahkan masih sangat wangi meskipun badu bangun tidur. "Aku ingin ke kamar mandi, lepaskan aku, Matteo." Kata Alice mencoba melepaskan dirinya. "Mau mandi bersama." Goda Matteo yang membuat Alice melototkan matanya lalu memukul pelan d**a Matteo. Matteo terkekeh sendiri karena Alice yang memukulnya. "Kenapa? Boleh saja bukan? Kau kan istriku, Sayang." Kata Matteo yang terus menghoda Akice dan bahkan mengelus pahanya yang memang kelihatan karena dia memakai baju tidur dengan celana pendek. "Matteo." Pekik Alice "Aaarg. Alice kenapa kau menggigitku." Ringis Matteo merasakan dadanya sakit karena Alice menggigitnya. Alice terkekeh lalu menjulurkan lidahnya. "Dasar suami bayaran mesum." Ejek Alice lalu berlari kecil menuju kamar mandi. Matteo tersenyum sambil mengusap dadanya yang lumayan sakit dan ngilu karena Alice menggigitnya dengan sangat keras. "Aku curiga dia dulunya bukan manusia. Gigitannya sakit sekali." Gumam Matteo terkekeh, dia lupa jika tidak ada baju Alice yang akhirnya meminta pihak hotel untuk membelikannya. Alice sendiri juga lupa jika dia tidak membawa baju karena Matteo tadi malam langsung membawanya begitu saja. Namun beruntungnya di dalam kamar mandi terdapat bathrobe yang bisa dia gunakan. "Matteo, aku tidak memiliki baju." Kata Alice saat keluar dari kamar mandi. "Ini. Sudah aku siapkan." Kata Matteo memberikan paperbag yang baru saja dia ambil dari depan. Alice memicingkan alisnya karena kapan Matteo membelinya. "Tadi aku meminta pelayan hotel membelinya." Kata Matteo yang mengerti kebingungan Alice. Alice terkekeh lalu menerima paperbag itu. "Terima kasih." Kata Alice. Matteo tersenyum lalu bergantian untuk mandi, Alice sendiri dengan cepat memakai bajunya karena takut keburu Matteo sudah selesai mandi. Setelah mandi dan bersiap, Matteo mangajak Alice makan di restoran hotel. "Apa rencanamu nanti malam?" Tanya Matteo sambil menunggu makanan mereka datang "Sebenarnya belum tau, tapi sepertinya mereka memiliki rencna nanti malam," kata Alice yang di mengerti oleh Matteo. "Aku akan ada di sana, tidak akan aku biarkan mereka melakukan sesuatu padamu." Kata Matteo yang membuat Alice tersenyum. "Manis sekali." Kata Alice lalu terkekeh Mereka akhirnya sarapan terlebih dahulu, Alice yakin akan ada kejadian besar entah nanti malam atau besok pagi, tapi dia akan mempersiapkan dirinya untuk menghadapi mereka, dia juga beruntung ada Matteo di sampingnya meskipun Alice masih menganggapnya sebagai suami bayarannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD