Karena tidak ada luka yang begitu serius, keesokkan paginya Alice beraktifitas seperti biasa, dia juga berakting seakan-akan tidak tau apa-apa.
"Papa, dua bulan lagi aku berumur 25 tah, apa ada syarat tertentu lagi yang harus aku penuhi agar bisa mempermudah pemindahan nama besoknya?" Tanya Alice.
Romi sang ayah terdiam sebentar sambil melirik ke arah istri dan anaknya.
"Tidak ada, syarat yang tertera di wasiat mendiang ibumu hanya saat kau berusia 25 tahun, setelah itu aset ibumu akan jatuh semua atas namamu," kata Romi tersenyum manis kepada putrinya.
Alice seketika merubah raut wajahnya, diam-diam dia mengepalkan tangannya karena ternyata ayahnya juga ikut andil dalam rencna mereka.
Alice tersenyum dan mengangguk, aku berjanji akan mengelola perusahaan Mama dengan baik, selama ini aku sudah memajukan perusahaan ini, dan saat aku sudah menjadi CEO, itu pasti akan lebih mudah," kata Alice.
"Kau pasti bisa melakukannya, Sayang, ibumu pasti bangga denganmu, kau tumbuh menjadi wanita pintar dan sukses." Kata Anita tersenyum.
'Cih dasar nenek lampir,' gumam Alice dalam hati.
Alice hanya menanggapi perkataan Anita dengan senyuman,
"Papa, aku berencana ingin menikah dengan Felix sebelum ulang tahunku tiba, menurutmu bagaimana?" Tanya Alice yang sengaja memancing mereka semua.
"Tidak bisa," celetuk Syla tanpa sadar yang membuat Anita menyenggol tangan Syla.
"Ah maksutku, akan lebih baik, jika kalian menikah saat kau sudah menjadi CEO, maka kalian berdua akan menjadi sepadan," kata Syla meralat perkataannya.
"Sebenarnya Felix sangat aneh, kita menjalin hubungan sudah hampir tiga tahun, tapi dia masih tidak mau menikahiku, jangankan menikahiku, dia bahkan tidak mau mengunumkanku sebagai kekasihnya, aku takut dia hanya bermain-main denganku," kata Alice yang berpura-pura khawatir.
"Dia tidak mungkin melakukan itu, dia dari keluarga terhormat, mungkin ada alasan tertentu sehingga dia tidak mau mempublikasikan hubungannya dengan dirimu, bukankah kalian saling mencintai? Tunggu sampai beberapa bulan lagi, Felix sudah mengatakan kepada Papa kalau dia akan menikahimu saat setelah ulang tahunmu," kata Romi yang tentu saja itu adalah kebohongan.
"Felix mengatakan itu dengan Papa?" Tanya Alice yang di angguki oleh Romi.
"Tapi dia tidak memgatakan apapun kepadaku," kata Alice.
"Mungkin dia ingin memberikanmu kejutan, Kak," kata Syla tersenyum.
"Hm sepertinya begitu, jika begitu sepertinya nanti aku harus memberikannya hadiah," kata Alice tersenyum yang sengaja ingin memanas-manasi Syla.
Syla memilih diam saja karena tidak ingin terpancing dan memperlihatkan cemburunya.
"Kau ingin keluar?" Tanya Anita yang di angguki Alice setelah dia sudah menyelesaikan ritual sarapannya.
"Aku ingin melihat mobil, mobilku terbakar kemaren," kata Alice yang di angguk i oleh mereka.
"Hati-hati," ucap mereka.
Alice pergi dengan mengendarai mobilnya yang lainnya,
Di tengah jalan, mobilnya tiba-tiba berhenti yang seperinya mogok,
"Sial," umpat Alice, inilah alasannya dia ingin membeli kobil lagi karena mobilnya yang ini memang sudah butut, Papanya memang sedikit pelit jika dengan Alice, jika Akice ingin membeli apapun Romi selalu melarang dengan Lasan jika Alice sudah memilikinya.
Alice menghela nafa spanjangnya dan keluar dari mobilnya, dia akhirnya menghubungi Felix untuk memintanya menjemputnya.
"Halo, Sayang ada apa?" Tanya Felix dari seberang sana.
"Tolong jemput aku di jalan x, mobilku mogok," kata Alice.
"Memangnya kau memakai mobil yang mana?"
"Mobil lama ku,"
"Mobil itu memang tidak kayak pakai katena belum di service, kenapa kau memakainya," kata Felix.
"Aku ingin pergi ke showroom mobil, dan hanya ini mobil yang tersisa," kata Alice.
"Maaf, Alice aku sebentar lagi ada rapat, pergilah naik taksi terlebih dahulu, saat sudah rapat nanti aku akn menjemputmu," kata Felix yang membuat Alice sangat kesal.
"Baiklah," kata Alice pada akhirnya.
"Dasar mokondo," gerutu Alice saat panggilan mereka sudah terputus.
Alice melihat sepertinya tidak ada taksi yang lewat di sana.
"Ada yang bisa aku bantu?" Tanya pria yang tiba-tiba datang menghampiri Alice, tentu saja membuat Alice terkejut
"Kau datang dari mana?" Tanya Alice yang merasa aneh sendiri karena pria itu tiba-tiba berada di belakang Alice,
"Tunggu, sepertinya kita pernah bertemu," ucap Alice karena merasa pernah melihat pria itu sebelumnya.
"Oh aku ingat, kau yang kemaren menyelamatkanku kan?" Kata Alice yang mengingat pria di depannya.
"Em. Matteo benar?" Kata Alice yang membuat Matteo tersenyum tipis.
"Ya," kata Matteo singkat namun tersenyum.
"Kau datang dari mana?" Tanya Alice sambil celingukan yang mungkin Matteo membawa kendaraan,
"Aku jalan kaki," kata Matteo yang di jawab manggut-manggut oleh Alice.
Alice memang melihat Matteo yang memakai baju santai biasa, bukan seperti kemaren yang memaki jas.
"Kenapa dengan mobilmu?" Tanya Matteo.
"Entahlah, mogok," kata Alice yang mengingat jika dia sedang kesal gara-gara mobilnya.
"Boleh aku liat?" Kata Matteo.
"Kau bisa?"
"Belum tau kalau belum aku lihat,"
Alice terkekeh lalu mempersilahkan Matteo untuk melihat mobilnya.
Matteo membuka kap mobil Alice, dan mengeceknya.
"Kau mau ke mana?" Tanya Matteo sambil masih mengecek mobil Alice.
"Showroom mobil," kata Alice.
"Ingin membeli?" Tanya Matteo yang di angguki oleh Alice,
"Mobilku kemaren terbakar," kata Alice yng di mengerti oleh Matteo.
"Cobalah," kata Matteo yang di anggui oleh Alice dan mencoba menghidupkan mobilnya.
"Waah, hebat sekali, apa kau bekerja di bidang mekanik?" Tanya Alice.
Matteo tidak menjawab namun hanya tersenyum,
Alice tiba-tiba memiliki ide,
'Dia tampan juga, apa dia saja ya,' batin Alice. Namun dia lalu menggelengkan kepalanya pelan,
"Ada apa?" Tanya Matteo karena melihat Alice yang tiba-tiba menggelengkan kepalanya.
Alice terkekeh lalu menggeleng,
"Aku berhutang kebaikan padamu dua kali, Matteo, terima kasih," kata Alice tersenyum lebar.
"Tidak masalah,"
Alice lalu menganbil tasnya dan mengambil sejumlah uang.
"Ini ambillah," kata Alice memberikan uang kepada Matteo yang membuat dia tidak mengerti.
"Anggap saja ucapan terima kasihku," kata Alice karena Matteo hanya diam saja.
"Tidak perlu, aku hanya ingin membantumu, bukan menjual jasaku," kata Matteo. Namun Alice malah meraih tangan Matteo dan memaksa dia untuk menerimanya.
"Terima saja, aku benar-benar berterima kasih padamu," kata Alice.
"Aku buru-buru, terima kasih ya," kata Alice tersenyum lalu dengan cepat pergi dari sana, dia takut kalau Matteo akan mengembalikan uangnya karena malu padanya.
Matteo tersenyum tipis melihat sejumlah uang di tangannya,
Sangat lucu, namun dia memang sengaja tidak mengembalikannya.
"Dia bahkan lebih menggemaskan dari pada Elena," gumam Matteo namun lalu dia tersadar dengan apa yang baru saja dia ucapkan,
"Apa dia kiriman dari tuhan untuk menggantikanmu, Elena," gumam Matteo.
Padahal Matteo tadinya tidak ingin memikirkan Alice walaupun dia sangat mirip dengan mendiang kekasihnya.
Dia ingin melupakan Alice karena Alice sudah memiliki kekasih, tapi setelah dia meihat Alice lagi, entah kenapa hatinya merasa berbeda dengannya.