Bab 5

1004 Words
"Ada untungnya dia kecelakaan, jadi perjalanannya terhambat, karena tadi aku sedang berada di apartemen Felix," kata Syla menghela nafasnya lega, Perkataan Syla di benarkan Felix. Mereka benar-benar selamat kali ini karena jika Alice tidak kecelakaan, mungkin Alice akan langsung pergi ke Apartemen Felix untuk memberinya kejutan. "Kalian harus waspada jangan ceroboh, sementara ini, kalian jangan sering bertemu, dan kau Felix, kau harus mempertahankan hubunganmu dan Alice beberapa bulan lagi, lalu kau bisa memutuskannya dan menikah dengan Syla," kata Anita yang di angguki oleh Felix. "Setelah ini aku akan memgurus mobil Alice yang terbakar," kata Felix. "Ingat kau harus berhati-hati," kata Anita "Baiklah, Tante," "Aku pergi dulu ya, Sayang," kata Felix yang di angguki oleh Syla, Felix mencium sekilas pipi Syla yang membuat dia tersenyum. "Kau jangan menunjukkan sikap cemburumu, Syla, tadi kau kelihatan sekali jika sedang kesal," kata Anita memperingati putrinya. "Baiklah-baiklah," kata Syla dengan malas, dia sebenarnya masih suka sakit hati jika Felix berdekatan dengan Alice, karena sedari awal, Felix adalah kekasihnya. Sementara di balik tembok, Alice mendengarkan semua pembicaraan mereka, "Mereka benar-benar jahat, Nona," kata Manda. "Birkan saja mereka senang-senang untuk sekarang, tidak akan lama lagi, mereka tidak akan bisa bersenenang-senang seperti ini," kata Alice lalu meminta Manda untuk membawanya ke kamar. Dia sedari tadi memang menguping pembicaraan mereka karena ingin tau apa yang mereka bicarakan saat dia tidak ada, dan ternyata firasatnya benar, mereka benar-benar ular, selama ini keluarga Alice sangat baik dengan Alice, tapi nyatanya mereka semua ular. Sesampainya di kamar, Alice meneteskan air matanya, dia yakin jika ibumya masih ada mungkin dia pasti akan bahagia bersama dengan orang tuanya. "Jika kau terlibat juga, aku tidak akan memaafkanmu, Papa," gumam Alice. Dia masih belum tau Papanya juga berniat ingin merebut perusahaan yang seharusnya menjadi miliknya atau tidak. Tapi jika memang itu juga bagian dari rencananya, maka Alice mungkin tidak akan pernah memaafkan ayahnya. "Pantas saja Felix selain tidak pernah mau menikahiku, di juga tidak pernah mau mengumumkan jika aku adalah kekasihnya, ternyata ini adalah permainan mereka, jika mereka sudah menendangku, maka kau dan Syla akan menikah, sungguh rencana yang sangat baik," Alice nampak berfikir sejenak, "Itu berarti aku harus menikah diam diam dalam waktu dekat ini, tapi dengan siapa?" Gumamnya sambil berfikir. Alice tiba-tiba mengingat pria yang menyelamatkannya tadi. "Astaga, aku tadi belum memberikannya upah, bodoh sekali aku," gumam Alice yang menepuk pelan dahinya karena lupa tidak memberikan upah kepada peia yang menyelamatkannya. "Tapi dari penampilannya dia seperti bukan orang biasa, jangan-jangan dia malah seorang bos," kata Alice tersenyum sendiri, Dia memilih untuk istirahat terlebih dahulu, sebenarnya dia tidak begitu banyak lupa, hanya kepalanya saja mungkin terbentur saat dia menabrak, bahkan dia sangat bisa berjalan saat ini, ***** Di tempat lain, terlihat Matteo yang sedang melamun di kamarnya, dia berdiri melihat ke arah luar, dia masih mengingat wajah cantik Alice yang benar-benar mirip dengan kekasihnya yang baru satu bukan ini meninggal, untuk itu dia pergi ke negara orang tuanya agar bisa melupakan kekasihnya, tapi malah dia di pertemukan dengan wanita seperti Alice. Lamunan Matteo buyar ketika pintunya di ketuk oleh seseorang. Matteo membukanya yang ternyata adalah ibunya yang tersenyum padanya. "Ada apa, Mom?" Tanya Matteo. "Kau baru sampai, tapi kau belum bebincang dengan ibumu," kata Margareta yang biasa di panggil Reta, Matteo menanggapi perkataan ibunya dengan senyuman tipis. Matteo akhirnya mempersilahkan ibunya masuk ke dalam kamarnya. Reta bisa melihat kamar Matteo ada foto kekasihnya yang dia tau kalau putranya ini sangat mencintainya. "Kau masih memikirkannya?" Tanya Reta mengambil pigura yang terpampang foto Matteo yang sedang tertawa dan memeluk wanita yang itu adalah kekasihnya yang sudah meninggal. "Kita akan menikah hanya beberapa minggu lagi, tidak mungkin jika aku melupaknnya begitu saja, Mommy sangat tau kalau aku sangat mencintainya," ucap Matteo yang membuat Reta terdiam sebentar. "Mommy tau dan sangat paham, Mommy bahkan sudah sangat menyayangi Elena sebagai putri Mommy, tapi jika kau masih menyimpan fotonya, maka kau akan sulit meupakannya, hidupmu tetap berjalan Matteo, kau tidak mungkin terus begini, bahkan ini sudah satu bulan, kau bahkan tidak melakukan apapun, kau bilang kalau kau datang ke sini untuk melupakannya, tapi dalam satu hari ini saja kau bahkan tidak keluar dari kamar sama sekali. Mommy bahkan seperti tidak di anggap olehmu," Kata Reta menatap wajah putranya dengan sendu, Dia turut bersedih karena setelah Matteo kehilangan kekasihnya yang bernama Elena, sikap Matteo berubah seratus persen, dia memiliki sikap lebih dingin dan tidak banyak bicara, "Maafkan aku, Mom." Kata Matteo yang menyadari jika sikapnya melukai hati ibunya, dia tanpa sadar memang mengabaikan orang tuanya setelah dia kehilangan Elena. "Mommy tidak meminta apapun, tapi setidaknya jangan mengurung dirimu terus menerus di kamar seperti ini, carilah kegiatan lain yang membuatmu melupakan Elena, dia sudah tenang di alam sana, Sayang. Dan kau harus bisa merelakannya," kata Rwta yang di angguki oleh Matteo. "Aku akan mencobanya, Mom, tapi aku mohon Mommy bersabar sedikit lagi," kata Matteo yang membuat Reta sedikit lega. Dia tersenyum dan mengelus pelan pipi anaknya. "Tidak apa-apa, Mommy cukup senang bisa berbicara denganmu seperti ini dan kau mau berubah," kata Reta. "Sekarang istirahatlah, Mommy ingin sekali jalan-jalan denganmu besok," kata Reta yang di angguki oleh Matteo. Reta akhirnya keluar dari kamar putranya dengan hati yang sedikit lega, "Dari raut wajahmu sepertinya kau berhasil berbicara dengan anakmu dan menuruti kemauanmu," kata Andreas ayah Matteo, suami Reta. Reya tersenyum, "Hm, dia memerlukan waktu, tapi aku yakin dia bisa melupakannya, aku berniat ingin mengajaknya jalan-jalan besok," kata Reta yang di senyumi oleh Andreas. "Bukan salahnya jika dia beluk bisa melupakan Elena, mereka sudah menjalin hubungan cukup lama, bahkan mereka juga akan menikah, jadi wajar jika dia masih beluk melupakan Elena, Sayang," kata Andreas yang membela Matteo. "Ya, aku tau. Tapi ini sudah satu bulan lebih, dia bahkan tidak pernah ke kantor sama sekali, hari-harinya dia habiskan hanya berdiam diri di kamar, aku tidak bisa melihat putraku seperti itu terus-terusan," kata Reta yang membuat Andreas tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan. "Terserah padamu, tapi biarkan dia melupakannya secara perlahan, jangan memaksanya karena biasanya semakin seseorang melupakan orang yang dia ingin lupakan, semakin dia malah mengingatnya," ucap Andreas memberi pengertian kepada istrinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD