6. Bukan Kencan Pertama

1491 Words
Killian mengerti kenapa Lika memilih Es Krim Strawberry dengan toping coklat berlimpah. Karena saat es krim itu pertama kali menyentuh lidahnya, Killian merasakan rasa yang begitu nikmat. Padahal dulu dia selalu mengolok-olok selera es krim Oscar yang mirip dengan selera Lika. Laki-laki itu tertawa lirih__sedang mentertawakan dirinya sendiri. "Kamu ngapain?" Lian langsung menghentikan langkahnya dengan terkejut di sebuah belokan, karena Lika tiba-tiba saja berdiri di sana sambil menatapnya penuh pertanyaan. "Aku__" Lian belum selesai berbicara tapi matanya kemudian menampilkan kekecewaan karena ujung es krim miliknya yang paling banyak di taburi Coklat terjatuh ke tanah. "Kamu beli es krim? jam segini? Rasa Strawberry Coklat? bukannya Es krim kesukaan kamu Coklat Mint?" Lika bertanya lagi dengan penuh selidik, padahal pertanyaanya yang pertama belum di balas oleh Killian. "A-aku la-lagi...jalan-jalan malam kok. Dan di toko es krim depan kan banyak rasa lain. Memangnya nggak boleh aku beli rasa lain huh? Suka-suka aku dong mau rasa apa. Gara-gara kamu bagian paling enaknya jatuh. Dasar menyebalkan!" Lian terlihat mengomel untuk menutupi kegugupannya. "Jalan-jalan malam tapi ngikutin aku ke Rumah Sakit, Killian?" Senyuman Lika lebar sekali. Apalagi dia menyadari Lian memilih rasa es krim yang sama dengannya. Sebenarnya tidak ada rasa Strawberry topping Coklat berlimpah seperti yang mereka beli. Lika membayar lebih untuk mendapatkan rasa favoritnya. Dan karena Lian memegang es krim yang serupa, Lika bisa menebak kalau laki-laki itu mengikuti pesanannya. Menyadari itu Lika merasa senang sekali. Setelah sekian tahun menyukai diam-diam, laki-laki yang sangat dia sukai ternyata mulai menaruh perhatian padanya sekalipun Lika belum berani mengartikan itu cinta. "Aku..." Lian terlihat tetap tenang sekalipun wajahnya menampakan kebingungan. "Kamu juga ngapain keluar malam-malam nggak ijin sama aku huh? Jangan membalikkan keadaan! disini kan kamu yang salah karena keluar diam-diam." laki-laki itu malah mengomel. "Kenapa aku harus ijin sama kamu? memangnya kita pacaran?" tanya Lika sambil melebarkan senyumannya. Dia mulai senang menggoda Killian, karena omelan laki-laki itu, sangat menyenangkan untuk di dengar. "Aduh! Kenapa kepalaku di pukul?" Lika memegangi kepalanya yang tadi mendapatkan pukulan pelan dari Killian. "Jangan kege-eran! memangnya siapa yang menyukaimu huh? Pacaran? Jangan bermimpi Anzelika, lebih baik aku jomblo seumur hidup daripada punya pacar tukang menyusup kaya kamu." balas Lian sambil mengalihkan pandangannya ke arah Lain. Tapi bukannya marah, senyum Lika justru bertambah lebar melihat telinga Lian memerah. "Ihhh, kamu malu yah aku bilang pacaran? padahal kan aku cuma bercanda." ucap Lika sambil tertawa. Lian kembali menatap gadis itu dengan tatapan jengkel. "Malu? aku? jangan bermimpi! Ngapain aku malu sama orang kaya kamu!" "Telinga kamu merah tuh." kikik Lika geli. "Itu gara-gara dingin." "Tapi sekarang musim panas." balas Lika lagi. Wajahnya terlihat semakin menyebalkan di mata Killian. "Ya memangnya aku nggak boleh kedinginan kalau musim panas huh? kondisi tubuh setiap orang kan beda-beda." "Tapi kamu keringetan tuh gara-gara pakai jaket hitam berlapis." Lika masih tidak mau kalah. "Nggak usah ngurusin pakain aku Serangga! memangnya kita dekat huh? suka-suka aku mau pakai baju apa. Dasar Menyebalkan! Tanggung jawab! Es krimku jatuh gara-gara kamu mengagetkanku. Belikan lagi!" Lian terlihat sangat jengkel. "Baiklah! karena aku orang yang bertanggung jawab, aku akan menggantinya. Ayo kita ke kedai es krim lagi." ajak Lika sambil tersenyum. Diam-diam dia tersenyum geli karena sebentar lagi Lian akan semakin jengkel. Laki-laki itu tidak menjawab dan hanya mengikuti Lika menuju Kedai Es Krim tadi. "Sister, aku mau beli Es Krim Rasa Zeraphine Angel." ucap Lika memesan dengan suara laki-laki. Dia memesannya menggunakan penyamaran laki-laki karena itu dia juga merubah suaranya. "Rasa Zeraphine Angel? yang benar saja! jangan mengada-ngada." Lian terdengar bergumam. "Oh yang coklatnya banyak itu brother? Kekasih anda pasti akan sangat senang karena namanya dijadikan nama Es krim kesukaanya oleh anda." balas pelayan Es krim itu sambil tersenyum. "Btw tadi ada yang memesan rasa yang sama dengan anda loh Brother, sepertinya dia menyukai rasa yang sama seperti rasa kesukaan kekasih anda." Pelayan Es krim itu menambahkan. Lian langsung kehilangan kata-katanya dengan wajah kesal dan malu. Apalagi melihat Lika menahan tawa sambil menatapnya. "Jadi bagaimana rasa es krim Zeraphine Angel, Killian?" tanya Lika sambil terkikik. Lian berjalan degan cepat di depannya dan memilih tidak menjawab. "Enak kan rasa kesukaanku itu?" tanya Lika lagi. "Berisik!" Lian terdengar sangat jengkel, membuat Lika tertawa keras dengan puas. Itu adalah tawa keras pertamanya setelah kasus pembunuhan Robert yang membuatnya kesulitan terjadi. "Apakah kamu mengikutiku sampai ke Rumah sakit karena khawatir Killian?" "Jangan mimpi!" "Atau jangan-jangan kamu sengaja beli es krim yang sama kaya aku karena kamu takut es krim itu ada racunnya? Aku sungguh terharu, Tuan Muda Windsor!" "Tidak bisakah kamu diam! telingaku berdengung mendengar kamu terus mengoceh. Dasar Serangga!" "Terimakasih Killian, aku semakin menyukaimu." "Aku semakin tidak menyukaimu!" Lian membalas ketus sambil menikmati es krim Strawberry miliknya. "Bukankah ini terasa seperti kencan? Kita jalan bersama dan memakan es krim yang sama? Kamu benar-benar Romantis ternyata." ucap Lika terdengar senang. Lian kemudian menoleh dengan ekspresi malas. Tapi Lika tidak peduli. "Sejak dulu, aku selalu memimpikan kencan denganmu. Terimakasih karena sudah mewujudkannya." "Ya, teruslah bermimpi sampai kamu puas. Aku tidak peduli." "Suatu hari nanti kalau kamu mencintaiku, aku akan mengungkit sampai puas semua yang kamu ucapkan hari ini. Jangan terlalu membenciku Killian, nanti kamu sulit sendiri kalau menyukaiku. Melihat dari kepribadianmu, kamu akan semakin malu mengatakannya jika kamu memiliki perasaan padaku." Lika memberikan wejangan yang menyebalkan. "Rasa percaya dirimu lumayan mengerikan Serangga! Aku sampai merinding." "Ayo taruhan! Kalau suatu hari kamu kalah dan menyukaiku, kamu harus berteriak di tengah jalan sambil mengatakan kamu mencintaiku. Tapi kalau kamu akhirnya menikah dengan orang lain, aku akan mengabulkan apapun permintaan kamu." ucap Lika sambil terus berusaha menyamakan langkahnya dengan Killian, tapi laki-laki itu terus menghindari berjalan di sebelah Lika. "Aku tidak peduli!" "Oke Deal! kita sepakat." "Siapa yang bilang setuju huh?" "Pokoknya kita sepakat." kikik Lika kemudian melompat ke atas Balkon sambil tersenyum lebar. Bagian belakang Apartemen yang mereka tinggali, memang tidak memiliki CCTV, karena itu Lika sengaja keluar masuk dari sana. "Selamat malam Sky Andromeda, terimakasih untuk kencan pertama kita yang sangat romantis." ucap Lika sambil melambaikan tangannya setelah dia sampai di lantai empat, tempatnya tinggal. Lian sendiri diam saja sambil terus memperhatikan setiap gerak-gerik gadis itu. Setelah memastikan Lika masuk ke dalam unitnya, barulah Lian bergerak ke Lobby depan untuk pulang ke Unitnya sendiri. "Dasar Cerewet! Seenaknya dan keras kepala. Persis seperti ayahnya." Lian bergumam sendiri sambil menghabiskan es krim yang dibelikan oleh Lika sampai tandas. Tapi langkahnya kemudian terhenti, karena matanya melihat Barney Lombardi terlihat sedang berbicara dengan Resepsionis Apartemen itu. "Tidak ada wanita seperti yang anda tunjukkan fotonya di Apartemen ini. Kemarin ada sekitar lima orang baru dan kebetulan mereka adalah Karyawan di Perusahaan Lombardi. Ada satu wanita diantara mereka tapi wajahnya bukan seperti yang ada di Foto anda dan namanya Bukan Anzelika melainkan Orliana Bucker." Resepsionis itu menjelaskan. Lian mendekat dengan tenang. "Maaf, karena ada yang menyebutkan nama teman saja, apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya Killian dengan sopan. Barney Lombardi menoleh dan memperhatikan Lian lamat-lamat. "Tuan Barney, kebetulan sekali. Beliau adalah tuan Rony Kruger, beliau adalah salah satu dari lima orang baru yang menghuni Apartemen ini." Resepsionis itu memperkenalkan Lian menggunakan nama samarannya. "Saya kebetulan sedang mencari buronan yang membunuh kakak saya. Apakah kamu pernah melihatnya?" tanya Barney sambil menunjukkan foto Lika. Wajah Lian terlihat berkerut tanda dia sedang berpikir. "Mohon maaf Tuan Barney, sepertinya saya belum pernah melihatnya." balas Lian penuh penyesalan. "Katanya salah satu temanmu perempuan kan? bisakah kamu memanggilnya karena aku ingin memeriksanya sendiri?" tanya Barney dengan nada suara sedikit memaksa. "Sekarang sudah agak tengah malam, tapi kalau hal itu bisa membantu Tuan Barney saya akan mengusahakannya. Tunggu disini sebentar Tuan, saya akan memanggilnya langsung karena dia sepertinya sudah tidur jam segini." "Saya menghargainya Tuan Rony, saya akan menunggu di Lobby." balas Barney penuh kesopanan. Lian tersenyum kemudian langsung berjalan menuju Lift. Sesampainya di depan unit Lika, laki-laki tu mengetuk pelan setelah memencet Bel pintu lima kali. Itu adalah sandi yang dia buat dengan Lika agar wanita itu tidak sembarangan menerima tamu. "Kenapa udah cari aku padahal baru aja berpisah? kamu kangen sama aku yah?" ucap Lika setelah membuka pintu. Senyumnya terlihat menyebalkan. "Ya Tuhan, aku menyerah dengan rasa percaya dirimu yang menyeramkan." ucap Killian setelah mendengus. "Ada Barney Lombardi dibawah dan dia ingin bertemu denganmu karena kamu adalah satu-satunya penghuni baru perempuan. Cepat pakai penyamaran kamu dan ikut turun bersamaku. Jangan lupa pakai piama gambar kodok kamu yang kampungan itu." perintah Lian membuat Lika tertawa. "Dari mana kamu tahu aku punya piama gambar kodok? Atau jangan-jangan kamu suka menyelinap ke kamarku seperti yang di khawatirkan ayahku? Ya Ampun Rony? jangan-jangan..." "Aish kenapa cerewet sekali serangga satu ini! Cepat masuk! ganti baju! Aku tunggu di luar." potong Lian kesal sambil mendorong gadis itu masuk kedalam. "Sebenarnya kalau kamu mau masuk dan melihat aku ganti baju kodok, boleh kok." ledek Lika seketika membuat telinga Lian kembali memerah. "Berisik!" kesal Lian sambil terlihat malu, kemudian mendorong Lika semakin dalam dan menutup pintu Unit gadis itu dengan keras. Laki-laki itu memegangi dadanya yang tiba-tiba saja berdebar hebat, sementara Lika terdengar terkikik di dalam sana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD