10 - SEBUAH KE AJAIBAN

1521 Words
Pagi-pagi sekali, Mama Dee sudah bangun dan hal pertama yang ia lakukan adalah keluar kamar. Berjalan menuju kamar Fadil. Ia takut, kalau semalam hanya lah mimpi. Tapi. Saat membuka pintu kamar Fadil. Ia menemukan anak itu masih terlelap di atas kasur. Membuat nya lagi-lagi meneteskan air mata haru nya. Ia melangkah masuk dan mendekati ranjang anak nya. Duduk di tepi kasur, memandangi wajah lelap anak nya yang telah lama hilang, kini telah kembali pulang. Tanpa di instruksi, tangannya langsung terjulur menyentuh wajah Fadil. Ia mengulum senyum kecil, binar mata yang sangat bahagia. "Ma " Fadil terbangun, dan langsung menatap Mamanya. Membuat Sang Mama sedikit terkejut. "Mama ganggu ya ?" Tanya nya tidak enak. Fadil mengulum senyum, cowok itu menggeleng. Dan kemudian beranjak untuk duduk bersandar di kepala ranjang. Ia memandangi Mama nya dengan penuh kerinduan. Sudah sangat lama, dan ia baru bertemu sekarang. "Maaf, Fadil baru bisa pulang sekarang " ujar Fadil dengan rasa bersalah. Mama Dee mengangguk, tidak kuasa menahan air matanya bahagia. "Mama kangen " bisik nya. Anak nya itu tersenyum. Ia meminta Mamanya agar duduk lebih dekat sehingga ia bisa memeluk wanita itu untuk melepaskan rindunya. "Fadil juga " jawab nya, dengan nada bergetar. Mama Dee memeluk Fadil dengan erat. Menenggelamkan wajah nya dalam d**a anak nya. Ia benar-benar sangat merindukan Fadil, dan sangat bersyukur akhirnya semua perasaan dan firasatnya benar. Fadil, masih hidup. Dan sekarang tengah bersamanya. Setelah ini, ia akan selalu menjaga anak nya itu. Tidak akan membiarkan hal serupa kembali terjadi. Ia tidak lagi sanggup untuk kehilangan Fadil. Sedangkan di depan pintu, Rezky mengulum senyum haru nya. Ia sendiri juga sangat merasa lega. Anaknya telah kembali, dan ia dapat belajar satu hal, bahwa ikatan seorang ibu terhadap anak memang sangat lah erat. Membuatnya, jadi merindukan Mamanya. "Ayah " panggil Putri yang baru bangun tidur. Rezky menoleh,dan langsung menggendong anak nya. "Siap-siap nya sama Ayah aja, yuk. " Ujarnya membawa sang anak kembali ke kamar. "Adek, gak mau sekolah ya. Mau sama Bang Adek " ujar Putri dalam gendongan nya. "Eh, ayah gak pernah ngajarin bolos sekolah ya. Lagian. Pulang nanti masih bisa main sama Bang Adek. " Ujar Rezky, membawa anaknya ke kamar mandi. "Tapi..." "No!. Ayah gak suka anak ayah bolos sekolah. Mau, nanti gak naik kelas?" Putri langsung cemberut, gadis kecil itu menggeleng. Pertanda tidak mau. Dan kemudian mulai mandi, sedangkan Rezky kembali ke kamar untuk menyiapkan baju sekolah dan perlengkapan lain nya milik Putri. *** Putri berlari menuju gerbang rumah nya. Membuka pintu gerbang dengan sekuat tenaga. Namun, terhenti saat melihat Sheila yang baru saja memasukkan koper kedalam bagasi mobil. "Kak Sheila " panggil Putri, dan langsung berlari menghampiri Sheila. "Pagi Putri " sapa Sheila dengan senyum manis. "Mau sekolah ?" Putri mengangguk, ia menoleh kebelakang. Melihat Mama nya yang tengah memanaskan mobil. "Pagi Shei, udah mau berangkat ?" Ujar Dee, menyapa. "Iya Tante " jawab Sheila tidak bersemangat. Sheira muncul dari dalam rumah, menyapa tetangga nya dengan ramah. "Kak, Bang Adek udah pulang lho " Sheila yang tadi fokus pada koper nya, langsung menoleh pada Putri. Begitu juga dengan Sheira, Mamanya Sheila. Langsung menatap tanya pada Dee. "Iya, semalam " jawab Dee dengan hati-hati. "Tante gak bohong, bagaimana bisa ?" Ujar Sheila dengan mata berkaca. Dan tepat saat itu Fadil muncul dengan seorang anak laki-laki yang mungkin seumuran dengan Putri. Ia berjalan di samping nya dengan memperhatikan langkah Fadil yang berjalan menggunakan dua tongkat nya. Sheila langsung menutup mulutnya tidak percaya, air matanya mengalir tiba-tiba. Tapi, entah mengapa ia masih bertahan di pijakan nya. Tidak kuasa menghampiri cowok itu. "Fa.dil " Sheira lah yang lebih dulu membuka suara, dan menatap tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Fadil mengulum senyum, "assalamualaikum, Tante " salam Fadil dengan sopan dan ramah. Ia juga menyalami tangan Mamanya Sheila. Namun, ujung matanya melirik pada Sheila yang masih terdiam. "Alhamdulillah, kamu gapapa ?, Kok kamu -" "Cerita nya panjang, Tante. Tapi, Alhamdulillah Allah masih memberi saya kesempatan untuk menikmati hidup bersama keluarga saya lagi. " Jawab Fadil, dengan senyum ramah nya. Sheira mengulum senyum haru, matanya beralih pada anak laki-laki yang tadi bersama Fadil. "Ah, itu Akashi, dia yang sudah menyelamatkan Fadil waktu kecelakaan itu. Dan, dia dan keluarganya juga yang merawat Fadil " jawab Fadil, mengerti akan tatapan Tante Sheira. Sheira mengangguk paham, beliau kembali memandangi Fadil dengan mata berkaca. Tersenyum sangat lebar, kemudian beralih pada Dee, sahabat nya. Ia bisa melihat dengan jelas, sahabat nya itu terlihat seperti hidup kembali setelah lama mati bersama hilang nya Fadil. Sebuah mobil Lexus berwarna hitam, berhenti di depan rumah Fadil. Membuat perhatian mereka beralih. Dan yang turun adalah Satria. Pria itu hanya menatap pada satu arah. Siapa lagi kalau bukan adik nya. "Fadil " gumam nya, sambil melangkah cepat menghampiri Fadil. Reaksi nya hampir sama dengan Tante Sheira. Tatapan terkejut, tidak percaya dan lain sebagainya. Namun, semua itu ia simpan. Dan, ia memeluk adik nya dengan sangat erat. "Uhuk, uhuk.. Bang, gak bisa napas " keluh Fadil, membuat Mama Dee dan Tante Sheira tersenyum. Satria melepaskan pelukkan nya, ia memegangi wajah adik nya, menatap nya dengan lekat. Memastikan kalau semua bukan khayalan nya, atau bukan mimpi. "Sheila, ayo. Kita harus segera berangkat " suara itu mengambil alih perhatian keduanya. Sheila mengangguk pada Mamanya, Putri langsung menahan tangan Sheila yang hendak pergi. "Kak, gak lama kan pergi nya? " Ujar Putri dengan penuh harap. "Kamu mau berangkat sekarang ?" Tanya Satria. Sheila menoleh pada Satria, kemudian mengangguk sebagai jawaban. Matanya kembali melirik pada Fadil, tapi cowok itu hanya diam menatap nya. Ingin sekali memeluk nya, tapi ia tidak bisa. Hubungan mereka sudah berakhir, dan mungkin Fadil sudah berubah terhadap nya. Tentu semua karena ulah nya sendiri. Ia yang sudah mengubah semuanya, tanpa ia sadari, ia telah membuat cowok itu membenci nya. Satria melirik pada adik nya, melihat tatapan Sheila yang penuh harap itu. Membuat Satria bingung sendiri. "Fadil, Sheila mau pergi ke Amerika. Dia bakal kuliah di sana. " Ujar Satria. "Aku tau " jawab Fadil dengan santai. Ia kembali memandangi Sheila. "Hati-hati di jalan. " Pesan nya. "Iya " Hanya itu, dan Fadil langsung kembali pada Akashi. Mama Dee langsung menatap Sheila dengan iba. Menghampiri gadis itu dan memeluk nya sejenak. "Maafin sikap Fadil ya " ujar Mama Dee. Sheila membalas pelukan itu, walau diam-diam ia menangis. "Bukan salah Fadil, Shei yang salah " jawab Sheila terisak. Mama Dee melepaskan pelukkan nya, memandangi gadis itu dengan cukup lama. "Kamu hati-hati di sana. Dan tenang aja, kalau kalian jodoh pasti bakal bersama lagi " ujar nya pada Sheila. Gadis itu hanya mengangguk, kemudian beralih pada Satria. Memeluk Satria dengan tak kalah erat. "Kamu, kan cuma seminggu dulu kan. Buat ngurus semua nya. Setelah itu balik lagi " ujar Satria, merapikan rambut Sheila. "Abang mau menikah, jadi kamu harus datang " Sheila langsung terkejut, begitu juga dengan Tante Sheira. Sedangkan Dee dan Satria hanya mengulum senyum nya. "Kapan ?" "Insya Allah, bulan depan. Kamu harus datang " ujar Satria lagi. Sheila mengangguk dengan semangat, dan kemudian langsung berpamitan. Sedangkan di seberang sana, Fadil yang sedang mengobrol dengan Akashi. Diam-diam melirik pada Sheila. Bahkan, tidak melewatkan satu gerakan pun. Sebelum akhirnya, ia masuk kedalam mobil bersama dengan Akashi. *** Di rumah sakit, di dalam ruang kamar rawat inap Airin. Ia dan papa mertuanya tengah di selimuti keheningan. Ia hanya bisa menunduk, tidak berani menatap Ayah mertuanya, ada rasa malu sudah pasti. "Kenapa kamu, pergi ?" Tanya Ayah Rezky pada Airin. Airin tidak menjawab, ia hanya diam untuk beberapa saat. Sebelum akhirnya, mengatakan jawaban dan alasannya. "Saya dan Satria, tidak seperti yang Ayah fikirkan. Kami berdua sudah berbohong sama Ayah dan juga Mama " ujawab Airin hati-hati. Ayah Rezky menghela napas berat, menatap Airin dengan iba. Kemudian menegakkan duduk nya. "Saya sudah tau " jawab Ayah Rezky, membuat Airin kaget dan reflek menatap Ayah mertuanya. "Saya sempat kecewa, merasa tidak mungkin kalau Satria sampai hati membuat kami kecewa. Dan, akhirnya semua itu terbukti. " Lanjut Rezky menatap hangat pada Airin. "Maaf " Rezky mengulum senyum ramah nya. "Semua punya kesalahan, gak ada yang sempurna di dunia ini " "Tapi, saya merasa gak pantas buat Satria. Saya cuma perempuan hina. Kotor. Dan saya juga tidak mau menghancurkan masa depan Satria " "Kenapa baru sekarang ?" Tanya Rezky, membuat Airin tersentak. "Kenapa tidak dari awal kamu berfikir begitu. Seharusnya kamu bisa mencegah pernikahan itu. " "Saya.. " Rezky mengulum senyum hangatnya lagi. Pria yang masih terlihat tampan dan gagah itu menyentuh punggung tangan Airin. Menatapnya dengan sangat hangat, layak anak nya sendiri. "Airin, saya tidak akan menyalahkan kamu atau siapapun. Anggap saja, ini semua adalah takdir kalian berdua. Semua terjadi, karena Kehendak Allah. Jadi, jangan mencoba untuk melawan Nya. Ambil hikmahnya aja dari semua ini. Dan, kemudian jalani semua nya dari awal " "Tapi -" "Satria tadi bilang, kalau ia ingin terus menjaga kamu " Airin tersentak sendiri, menatap Ayah mertuanya dengan lekat. Mencari sesuatu di sana. "Dan, pesta pernikahan kalian akan tetap berlanjut. Setelah kamu sehat, kita akan bertemu dengan keluarga kamu di Surabaya. " Airin sampai tidak bisa berkata apapun lagi. Ia hanya bisa terdiam, dan fikiran nya mulai kacau. Entah apa yang ia fikirkan. Bahkan ia sendiri juga menjadi bingung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD