2- PERTEMUAN YANG PENUH DRAMA

1481 Words
Di dalam kamar, Satria tengah memasukkan beberapa lembar pakaian nya kedalam tas. Ketika pintu kamarnya di buka, dan suara langkah terdengar mendekat. "Abang rencananya berapa lama di Surabaya ?" Tanya Pak Rezky, pada Satria anaknya. "Paling lama sih seminggu, terus balik " jawab Satria menarik resleting tas ransel nya. Ia kemudian bersiap mengenakan jaket nya. Lalu merapikan sedikit rambut nya dengan jemari tangan nya. "Padahal baru seminggu kamu pulang, eh udah mau pergi lagi " ujar Rezky terdengar pasrah. Satria menghela napas beratnya. Ia memandang ayah tercinta nya yang sedikit terlihat kurus. Dan penampilan yang sedikit kacau. Ia bisa melihat wajah lelah ayah nya, juga tekanan di pundak pria yang paling ia bangga kan dan hormati di hidupnya. "Cuma sebentar, " jawab Satria meraih ransel nya. Rezky mengangguk, ia dan anaknya berjalan keluar dari dalam kamar. Dan berjalan menuruni anak tangga. "Kamu hati-hati, kalau ada apa-apa kabarin ayah. Oya, kalau gak salah Om Devin sama Cek Bil, lagi di Surabaya juga " ujar Rezky memberi ultimatum. Satria hanya mengangguk, ia kemudian menghampiri Mamanya yang duduk di ruang santai sambil menatap lurus pada sebuah pigura foto di tangan nya. "Ma " panggil Satria, membuat Dee menoleh sedikit kaget. "Abang mau berangkat " lanjutnya sedikit menelan ludah saat melirik figura foto di tangan sang Mama. "Kamu hati-hati, kabarin kalau sudah sampai " ujar Dee, dengan memaksa senyum nya. Namun, tidak berhasil sama sekali. Satria mengulum senyum maklum, ia menyalami tangan Mamanya juga memeluk beliau dengan penuh kasih sayang. "Ma, tolong ikhlas. Jangan siksa kami lebih lama lagi " bisik nya dengan penuh harap. Reflek, wanita itu langsung melepaskan pelukkan nya. Menatap begitu tajam pada Satria. "Anak Mama masih hidup!! Selama Mama belum melihat jasadnya, Dia masih hidup!!" Jerit Dee dengan tertahan dan penuh kemarahan. Dan kemudian berlalu pergi ke kamarnya. Satria menelan ludahnya, ia menatap sedih pada sang Mama. Kemudian melirik pada Ayah nya, Rezky hanya menggeleng pertanda tidak perlu di fikirkan. "Nanti ketinggalan kereta lho " ujar Rezky memperingatkan. Satria mengangguk, dan menghampiri Ayah nya untuk pamit. "Abang jalan, dulu. Assalamualaikum " "Waalaikumsalam " jawab Rezky dengan senyum. Dan Satria pun langsung masuk kedalam taksi yang sudah di pesan nya sepuluh menit yang lalu. *** PLAK!!! Tamparan keras baru saja melayang ke pipi seorang gadis cantik. Membuat gadis itu terhuyung ke lantai. Dan terdengar isakan yang begitu memilukan. Sedangkan di sofa panjang, duduk seorang wanita paruh baya tengah menangis tersedu. Tidak bisa menghalangi, suami nya agar tidak menyakiti anak gadis nya. "Hiks.. hiks.. Pa! Maafin Airin " ucap gadis itu dengan begitu pilu bahkan sampai memeluk kaki pria bermuka tegas dan tatapan tajam penuh kemarahan. "MAAF?!!" Bentak Lutfi, pria paruh baya yang masih menatap penuh amarah pada anak gadis satu-satu nya itu. "MAAF GAK AKAN BISA MENGUBAH APAPUN!! KAMU SUDAH MENCORENG NAMA PAPA!! " Di kakinya, Airin menekan seluruh rasa sakit nya. Bahkan tamparan barusan tidak lah seberapa dengan rasa sakit melihat tatapan kecewa kedua orang tuanya. "Pergi!" Ucap beliau dengan nada dingin. Membuat istri dan anak-anaknya kaget bukan main. "Papa " ucap mereka dengan kompak. "Pa, Airin mohon. Maafin Airin. " Mohon Airin dengan linangan air mata. Bahkan ia memohon pada sang Mama agar menolong dirinya kali ini. "Ma -" "Pa, jangan begini, semua pasti ada jalan keluarnya " ujar seorang pria yang sejak tadi memilih diam. Lutfi menatap tajam pada anak bungsunya. "Diam kamu, Fikar!!" Bentak nya pada pria tersebut. Ia menatap tajam pada Airin, kemudian membuang muka nya. "Mulai sekarang, kamu bukan lagi anak ku!! " "Pa.. " Airin langsung kaget, ia bersujud di kaki Ayah nya, memohon agar mau di maaf kan. "Jangan..Pa.. aku mohon maafin aku. Aku..aku. " Dengan kasar Lutfi menghempaskan kaki nya, sehingga membuat Airin jatuh. Rahangnya mengeras begitu saja, menatap Anak nya yang sudah dengan tega menghancurkan semua kepercayaan nya. "Kemaskan semua barang-barang kamu. Dan pergi dari rumah ini !" Ucap nya lagi, dan kemudian berlalu pergi begitu saja. Ibu Ira, hanya bisa menatap anak nya dengan iba. Namun, ia juga tidak bisa membendung rasa kecewa nya. Ia sangat marah dan kecewa saat mengetahui bahwa anak yang paling di banggakan, di sayangi. Ternyata sedang mengandung. Padahal ia belum menikah. Fikar memeluk adiknya, dalam hati ia bersumpah akan menemukan orang yang telah membuat adik nya menanggung semua ini. Dan akan menghabisinya. "Ayo " ajak Fikar, membantu adik kesayangan nya untuk bangun dan beranjak menuju ke kamar adik nya. *** Satria tiba di Surabaya pukul tiga sore, dan kemudian langsung beristirahat sejenak di hotel. Sebelum ia lanjut mencari alamat Kekasih nya Azka. Ya! Ia sudah berjanji pada Azka, kalau ia akan melindungi kekasih nya. Dan, dua hari yang lalu Azka sudah mengirim kan alamat lengkap berserta foto kekasih nya pada Satria. Membuatnya akan lebih mudah mengenal wanita itu. Mengingat ia belum pernah bertemu dengan Airin, karena selama ini ia hanya mendengar cerita nya saja dari Mulut Azka. Setiap Azka ingin memperkenalkan pacar padanya, ia selalu saja sibuk dan tidak memiliki waktu luang. Dan, terlebih lagi pacar nya Azka kuliah di Jakarta. Alamat yang di cari Satria tidak terlalu sulit. Dan bahkan cukup mudah untuk menemukan nya, karena saat ia bertanya pada supir taksi. Si supir langsung mengenali alamat tersebut. Bahkan, sempat bercerita kalau keluarga Airin sangat lah terpandang di Surabaya. Keturunan Ningrat katanya. "Udah sampai, mas " ucap supir taksi, menghentikan taksi nya di depan sebuah gerbang bergaya tradisional. "Makasih pak " jawab Satria. Ia pun langsung turun setelah membayar. Perasaan nya mendadak tidak enak sekarang, merasa kalau ia telah datang di waktu yang tidak lah tepat. Namun, karena sudah terlanjur ia pun memilih untuk menekan bel. Setelah menunggu beberapa saat, pintu di buka. Dan muncul seorang pria yang mengenakan blankon, menyapanya dengan ramah dan penuh sopan. "Maaf mas, ada yang bisa saya bantu ?" Tanya pria itu dengan bahasa yang medok. "Assalamualaikum, mas. Saya mencari Airin Putri Prabu, Apa ini rumah nya ?" Ujar Satria dengan sopan. Pria itu menatap lekat pada Satria, seolah tengah menyelidik. "Maaf, Mas Iki sopo Yo ?" "Ah.. Sa. ya.. " Mendadak ia bingung harus menjawab apa. Namun, setelah ia bis menguasai dirinya. Ia dengan mudah bisa menjawabnya. "Saya Satria, temen kuliah Airin di Jakarta. " "Oh, silahkan masuk mas. " Ujar pria tersebut mempersilahkan Satria untuk masuk. Satria melangkah masuk, berjalan di jalanan setapak sambil mengitari pandangan nya ke seluruh area. Pekarangan rumah yang luas, dan juga terkesan kuno, namun ada campuran modern. Walau masih terasa kental khas jawa. "Pergi, dan jangan pernah lagi injak rumah ini!!" Samar-samar Satria bisa mendengar suara bentakan dari dalam rumah begitu ia menginjakkan kaki nya di teras rumah utama. Bahkan pria yang menyambutnya tadi terlihat gelisah. Hingga tiba-tiba muncul seorang gadis, dari dalam dengan di seret kasar oleh seorang pria paruh baya. "Anak gak tau-" "Assalamualaikum " ucapan Salam dari Satria membuat makian Lutfi terhenti, dan langsung menoleh padanya. Satria menatap nya dengan tatapan yang sama. Kemudian beralih pada seorang wanita yang tangan nya di cengkram oleh pria itu. Entah mengapa, melihat pemandangan itu membuat darah nya mendidih seketika. Membuatnya, langsung membayangkan bagaimana jika, tangan mulus itu milik Mama atau adik bungsu nya. Tidak,! Ia tidak akan membiarkan itu terjadi. "Waalaikumsalam !" Jawab Lutfi dengan tegas. "Ada apa ? Dan siapa kamu ?" Satria memandangi wanita yang berlinangan air matanya itu dengan lekat. Kemudian langsung melangkah mendekat. Menarik gadis itu agar berlindung dengan nya. "Maaf, pak. Tapi, Anda tidak boleh menyakiti wanita " ucap Satria memandang Lutfi dengan marah. Semua terkejut mendengar itu, Airin bahkan langsung menatap lekat pada pria yang sekarang berdiri di depan nya melindungi dirinya. "Seorang Ayah seharusnya melindungi, putri nya. Bukan memperlakukan nya layaknya seorang binatang " lanjut Satria. Lutfi semakin menatap penuh amarah pada Satria. Bahkan, kini berdiri dengan angkuh di depan Satria. Dengan mata memicing pada Airin. "Kamu siapa !? Berani sekali masuk kerumah saya, dan menantang saya ?!!" Satria melirik Airin melalui bahu nya, kemudian kata itu lepas begitu saja dari mulut nya. "Nama Saya Satria, saya kekasih nya Airin " Kedua mata Airin langsung terkejut. Ia sama sekali tidak menyangka kalau laki-laki di depan nya itu akan mengatakan hal tersebut. Dan tiba-tiba mengaku sebagai kekasih nya. Tapi, berbeda dengan sikap Ayah nya yang tengah tersenyum hambar. "Bagus!" Ucap beliau dengan tegas. "Kamu datang di waktu yang tepat " lanjut beliau dengan kilatan marah yang kini membuat Satria sedikit cemas. "Kalau begitu, malam ini juga. Kalian akan saya nikah kan! " Dan saat itu lah, Satria langsung terkejut bukan main. "Apa?!" Lutfi, menatap heran pada Satria, kemudian tersenyum remeh ketika menyadari kalau pria yang mengaku kekasih anak nya terlihat gelisah dan juga kaget. "Kenapa ? Kamu tidak mau bertanggung jawab ?!" Bentak Lutfi dengan marah. Satria semakin di buat kaget, ia menoleh ke belakang pada Airin. Gadis itu terlihat tidak kalah kaget nya dengan dirinya. "Pa, Airin ti-" "Hei, anak muda " ujar Lutfi menarik kerah baju Satria. Menatapnya dengan super tajam. "Jangan harap kamu bisa lari dari tanggung jawab, setelah menghamili Putri ku!" "Apa!! Ha.hamil."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD