Setelah kejadian beberapa hari yang lalu, Senarita memulai aktifitasnya kembali di perusahaan ini yang menjabat sebagai CEO. Meski dirinya masih muda, namun pemikiran serta ide-ide yang dimiliki Senarita sangatlah inovatif dan kreativ. Ide darinya selalu dapat dipahami oleh anggota dewan direksi dan kepala divisi lain.
Hari ini, Senarita memulai aktiftasnya dengan mengecek ulang laporan perkembangan perusahaan selama ia tidak menjabat dan memantau langsung. Karena ia begitu percaya dengan mantan pacarnya tersebut. Di bawah kemimpian Taega, ternyata banyak sekali laporan yang jelas-jelas tidak benar. Memang tak ayal jika pria itu dengan sengaja ingin meruntuhkan perusahaan ini dari dalam.
Hari ini begitu sangat melelahkan baginya. Memperbaiki semua kesalahan yang dengan senagaja Taega buat. Membuat janji lagi dengan para klient penting yang selalu ditolak oleh Taega. Padahal mereka bukanlah orang yang sembarangan. Terlebih lagi perusahaan mereka yang terbilang masuk jajaran lima besar di Negara ini. Bisa-bisanya pria itu menolak tanpa melihat lebih dulu siapa yang dia hadapi.
“Ga, apakah masih banyak lagi yang harus aku perbarui?” Tanya Senarita kepada Yoga. Tercetak jelas raut lelah di wajah cantik Senarita. Membuat Yoga tidak tega untuk memberikan sisa berkas yang belum Senarita periksa dan harus dipebarui wanita itu.
“Kita lanjutkan besok saja, Nona. Sebaiknya Nona pulang terlebih dulu, lagian ini juga sudah hampir waktunya pulang. Apa mau saya antar, Nona?” Yoga menawarkan diri untuk mengantar Senarita pulang, meskipun ia tahu jika bosnya itu membawa mobil sendiri.
“Nggak usah, Ga. Aku mau mampir ke butik terlebih dulu. Membatalkan gaun yang pernah aku pesan sama mereka. Nggak enak kalau aku mengabarinya secara mendadak,” ujar Senarita menolak dengan halus tawaran asistennya tersebut.
Wanita mana yang tidak memimpikan hari pernikahan mereka menjadi hari paling bersejarah bagi mereka. Hari yang akan membekas dan terpatri di dalam memori mereka seumur hidup. Tidak terkecuali dengan Senarita. Wanita ini sudah merancang sebagaimana se-meriahnya pesta pernikahannya nanti dengan Taega. Gaun, gedung, bahkan undangan pun sudah ia pesan jauh-jauh hari. Guan menghindari meledaknya tamu yang akan ia undang nanti. Namun, semuanya itu sekarang hanya tinggal sebuah kenanagan yang ingin ia kubur dalam-dalam dan tidak akan pernah ia ingat lagi.
“Baiklah Nona, kalau begitu saya permisi dulu dan mohon berhati-hati saat mengemudi nanti,” setelah mengatakan itu, Yoga membawa langkah kakinya keluar dari ruangan Senarita menuju ruangannya sendiri. Karena dirinya masih mempunyai beberapa pekerjaan untuk segera diselesikan.
Senarita merapikan kembali berkas-berkas di atas mejanya. Meraih tasnya yang terletak di sisi meja, lalu beranjak dari duduknya untuk kemudain keluar dari ruangannya. Tujuannya kali ini ke butik yang pernah dia kunjungi untuk memesan gaun pernikahannya dengan Taega. Senarita ingin segera menyelesaikan semuanya yang berkaitan dengan masa lalunya. Menghilangkan jejak Taega dari hidupnya sesegera mungkin, untuk kemudian membuka hidupnya yang baru.
Sementara itu di tempat lain, terlihat seorang pria yang tengah menghancurkan ruangannya. Pria itu merasa tidak terima telah diperlakukan seperti itu oleh mantan kekasihnya. Terlebih lagi dia tidak diberi tunjangan sedikit pun. Ya, pria itu adalah Taega. Kini dia tinggal di apartemen milik Navyanna, teman selingkuhannya.
“Udah dong, Sayang. Kan masih ada aku yang selalu menghangatkanmu setiap malamnya. Lupakanlah wanita sok suci itu,” bujuk Navyanna agar kekasihnya itu mereda emosinya. Dengan manja Navyanna memeluk Taega dari belakang. Biasanya jika sedang marah, dipeluk seperti akan sedikit meredakan emosinya yang tidak bisa lagi ia tahan.
“Bukan itu yang aku pusingkan semalam, Nav. Tapi aku yang nggak punya apa-apa. Usahaku selama beberapa tahun terakhir ini ketahuan sama pria paruh baya itu, dan disita tanpa akuk dikasih sedikit pun! Lalu bagaimana aku bisa hidup jika seperti ini? Bagimana Nav?” teriak Taega bwgitu nampak frustasi.
Melihat Taega yang seperti itu, jika ini diteruskan maka dirinya juga yang akan kena imbasnya. Bisa-bisa dirinya juga akan ikutan miskin. Tidak, itu tidak mungkin terjadi. Aku harus bisa membuat Taega mendapatkan kembali apa yang sudah seharusnya kita miliki. Batin Navyanna menolak jika sekarang memang Taega jatuh miskin. Maka dari itu dia mengusulkan sesuatu pada kekasihnya itu. Tentu saja akan menguntungkan mereka berdua.
Di belahan lain, seorang CEO Anderson Corp. terlihat tengah menikmati waktu sorenya dengan pemandangan riuhnya jalanan ibu kota di kala waktu pulang kerja seperti ini. Matanya menelisik setiap orang yang lewat. Mengusir kebosanannya karena orang yang dia tunggu tak kunjung datang. Harusnya mereka bertemu setengah jam yang lalu, sesuai jadwal mereka. Namun apa? Seorang CEO lah yang harus menunggu sesorang tersebut.
Pada saat orang itu memutuskan untuk beranjak dari sana, datanglah seseorang yang tengah berlari ke arah orang yang tengah menunggu tadi.
“Maaf, aku terlambat. Karena memang bos aku baru pulang. Dia cukup setres hari ini, makanya aku tidak bisa ijin pulang lebih cepat. Kamu tahu, kan? Kalau aku tidak bisa seenaknya pulang begitu saja,” seloronh orang yang baru mendudukkan tubuhnya di kursi depan Reino.
Reino Anderson, putra dari Sbastian Anderson, pendiri Anderson corp. seorang pria yang baru saja gagal melamar kekasihnya yang ternayata sudah memiliki seorang suami. Dan lebih parahnya lagi, suami mantan kekasihnya itu adalah orang yang ia hancurkan hidupnya di masa lalu. Mungkin ini sebagai balasan untuknya. Lebih mempertimbangkan lagi dalam berbuat sesuatu.
“Tidak bisa kah kau lebih lambat dari ini?” Tanya Reino tersirat nada kesal di kalimat yang dai ucapkan.
Sementara orang yang baru datang tadi, terkekeh melihat kekesalan di wajah Reino. Jarang-jarang dai melihat wajah sahabatnya seperti ini. “Ya maaf. Udah, jangan ngambek terus.” Balas Yoga. “jadi nggak kita bahas tentang kerja sama perusahaanmu dan perusahaan tempatku bekerja?” lanjut Yoga. Kali ini pria itu berkata dengan nada suara yang serius. Tak ada lagi nada candaan seperti tadi.
“Kenapa bukan atasanmu saja yang datang ke sini, sih? Seolah dia tidak menghargaiku,” protes Reino. Karena memang seharusnya yang datang dan membahas rencana kerja sama ini adalah para pemimpin perusahaan itu sendiri. Setelah ditolak tanpa penjelasan, kini malah yang datang dihadapannya adalah asisten CEO. Bukan CEO itu sendiri. Untung saja Yoga berhasil meyakinkan dirinya.
“Kamu tahu sendiri, kan? Dia baru balik lagi ke posisinya setelah menggusur mantan kekasihnya yang tidak tahu diri itu,” balas Yoga yang ikutan kesal jika membahas mantan kekasih atsannya.
“Mana kutahu. Orang nggak pernah ketemu,” ba;as Reino yang tak kalah kesal dengan Yoga. Karena dirinya masih merasa tidak dihargai dalam perencanaan kerja sama ini.
“Oke-oke … nanti kalian bakalan aku ketemukan. Tapi ingat, jangan jatuh cinta langsung sama dia. Karena bosku ini sangatlah cantik banget orangnya, dan juga lembut. Mantan kamu itu aja nggak ada apa-apanya,” ucap Yoga yang memuji kelebihan atasannya. Namun, memang nyatanya seperti itu. Tidak hanya cantik secara fisik, tetapi juga cantik hatinya.
Bagaimana tidak cantik hati, jika dia masih tidak tega menjebloskan mantan kekasihnya itu ke dalam jeruji besi, meskipun sang papa sudah menyuruh orang untuk menyerahkannya kepada pihak yang berwajib. Namun atasannya itu memohon untuk melepasnya saja. Sebagai balasannya, tidak memberikan apa-apa pada pria itu. Hukuman seperti itu, sudah cukup untuk membuatnya jera. Mungkin.
Tidak ingin membahas yang akan menyebabkan dirinya kesal terus menerus, Reino pun memulai tujuan mereka bertemu pada sore ini. Meskipun ini sudah bukan jam kerja lagi, nampaknya dua pria yang enak dipandang rupanya terlihat sangat serius dalam setiap kata yang mereka ucapkan. Tidak ada kata canda ataupun kata kekesalan yang sebelumnya terjadi.
Setelah melewati satu jam, akhirnya mereka selesai juga membahas kerja sama ini dan finalnya Reino menyetujui kerjasama ini. Tinggal menunggu tandatangan dari CEO Audrey Corp. Setelah itu kedua perusahaan besar ini resmi melakukan kerjasama. Lantas mereka pun memutuskan untuk beranjak dari sana. Karena hari juga semakin petang.
Reino mengendari mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumahnya. Namun, sebelumnya ia ingin mampir ke sebuah butik yang tantenya kelola. Lantas ia memutar arah laju mobilnya yang berlawanan arah dengan rumahnya. Ketika samapi di persimpangan jalan, mobil yang berada tepat di depannya itu menabrak sebuah tugu besar yang terletak disisi jalan. Seketika bagian depan mobil itu hancur.