Chap. 5. Perdebatan

1150 Words
Bab. 5 “Sayang, aku bisa jelaskan,” sanggah Taega seraya mendekat ke arah Senarita. “pegawaimu ini yang merayuku terlebih dulu,” lanjutnya lagi. Taega seoalah menjadi korban di sini. Padahal nyatanya dirinya lah yang merayu dan memaksa bawahannya itu untuk memuaskan hasratnya yang terbilang bej*t. “Ck!” Senarita berdecak mendengar sanggahan yang di layangkan oleh Taega. Ia sudah tidak lagi percaya dengan semua omongan pria ini lagi. “segera tinggalkan kantor ini, dan jangan pernah muncul di hadapanku lagi.” Lanjut Senarita dengan nada suara yang tidak bersahabat. “Sayang … mari kita bicarakan baik-baik, jangan dalam keadaan seperti ini,” bujuk Taega kemudian mencoba meraih tangan Senarita. Namun, dengan cepat Senarita menghempaskannya begitu saja. Seolah wanita itu sudah tidak sudi lagi jika disentuh oleh pria yang menjijikkan. Bagaimana bisa ada pria yang seperti ini. Bisa bermesraan dengan siapa saja asal menguntungkannya. Senarita sangat muak dengan orang yang seperti ini. “Aku bilang cepat tinggalkan ruangan ini, atau aku suruh security untuk menyeretmu!” habis sudah kesabaran Senarita, karena pria ini tak kunjung keluar dari ruangannya. Bukannya segera pergi, Taega malah tertawa kecil. Seolah tengah menertawakan sikap Senarita yang lupa akan kedudukan dirinya saat ini. Menjadi pemimpin di perusahaan dengan waktu yang terbilang tidak sebentar, rupanya banyak pengikut yang mendukung dirinya tanpa sepengetahuan Senarita. Maka di sinilah dirnya bisa berbesar kepala di depan Senarita. Meskipun Senarita adalah pemilik perusahan ini, tapi tidak akan mudah untuk mengusirnya dari sini. “Tidak semudah itu, Sayang. Jika kamu mau mengusirku dari sini, maka kamu juga harus meminta persetujuan para dewan yang lain,” ucap Taega dengan tertawa sinis. “dan aku yakin, mereka tidak akan menyetujuinya. Karena kamu juga tahu, kinerjaku selama ini seperti apa? Aku selalu berhasil memenangkan tender untuk perusahaanmu,” lanjutnya lagi. Nada suara yang Taega tunjukkan pun sudah tidak sama seperti tadi pada saat memohon kepada Senarita. Senarita tidak takut sedikit pun. Karena Yoga sudah melakukan bagiannya, dan juga Asoka sudah mengumpulkan siapa yang bekerja dengan Taega selama ini diluar kantor. Karena pria ini juga melakukan pencucian uang dengan berkedok investasi. Tapi nyatanya uang itu akan mengalir ke rekening pribadinya. Tentu saja Taega tidak serta merta mencantumkan namanya sendiri. Pria licik ini memakai nama orang yang diajadikan tumbal di kemudian hari, jika apa yang selama ini mereka lakukan terbongkar. “Kita lihat saja, MANTAN KEKASIHKU!” tekan Senarita pada kedudukan Taega di dalam hidupnya saat ini. Taka da sedikit pun guratan takut tercetak di wajah cantiknya. Senarita malah bersikap tenang dan tersenyum ke arah mantan kekasihnya tersebut. Sementara itu, wanita yang menjadi pasangan Taega b******u tadi tidak berani beranjak dari sana sedikit pun. Karena tidak mungkin baginya pergi dengan hanya mengenakan pakaian bagian bawah saja. Sedangkan bagian atas terekspos bebas. Lantas Senarita menoleh ke sebelah sofa dimana baju wanita itu berada. Karena rasa pedulinya terhadap sesama, Senarita mengambilakan baju wanita untuk kemudian ia berikan kepadanya. Tidak sedikit pun Senarita marah pada bawahannya tersebut. Karena semalam ia sudah mengetahui kelakuan bej*at dari mantan tunangannya tersebut. “Pergilah.” Perintah Senarita. Ia tahu pasti wanita itu takut kepadanya jika ia pecat. Setelah kepergian wanita tadi, Senarita menatap ke arah Taega kembali. Menatapnya sinis, lalu berkata dengan nada suara yang tenang. “Jika ingin mengetahui aku bisa mengusirmu atau tidak, pergilah ke ruang rapat sekarang,” ucap Senarita kemudian melangkah keluar meninggalkan Taega dengan pikiran penuh pertanyaan. Karena di agenda pria itu, hari ini tidak ada rapat. Di sisi lain, Yoga sudah mengumpulkan para dewan direksi dan menyuruh mereka untuk pergi ke ruang rapat. Mereka sudah menempati kursi masing-masing, tinggal menunggu kedatangan Senarita dan juga Taega yang menjadi pokok pembahasan kali ini. Tidak lama kemudian, Senarita datang dengan diikuti Taega di belakangnya. Senarita melangkah dengan tenang menuju kursi yang paling ujung. Di mana kursi itu adalah tempat pimpinan perusahaan ini. Para dewan direksi yang tidak mengetahui kedatangan Senarita ke kantor, terkesiap kaget. Pasalnya wanita itu sudah cukup lama mangkir dari tugasnya. Sementara orang yang mengharapkan kedatangan Senarita kembali terlihat sangat senang. Saat memasuki ruagan yang biasa dijadikan rapat, Taega langsung menghentikan langkahnya di saat melihat orang luar kantor ini yang berada di ruangan ini juga. Orang tersebut duduk di sebelah pria muda yang ia ingat telah mengusirnya dari apartemen pemberian Senarita. Jangan ditanya seperti apa ekspresi Taega saat ini. Apalagi dengan hadirnya seluruh dewan direksi, tanpa terkecuali. Tercetak jelas di wajahnya guratan gelisah, takut, dan khawatir yang menjadi satu. Semua orang nampak membungkukkan badannya pada saat Senarita berdiri di posisinya, tanda sebagai memberi salam kepada atasannya mereka meskipun Senarita jauh lebih muda dari mereka. Senarita menganggukkan kepala, lalu mendudukkan tubuhnya dengan sempurna di kursi khusus pemimpin perusahaan ini. “Bisa kita mulai sekarang?” Tanya Senarita sembari menatap mereka semua yang berada di ruangan ini. Termasuk Taega yang duduk di sisi kanannya. Sementara di sisi kirinya ada Yoga yang setia berdiri untuk membantu dirinya. Kemudian rapat pun dimulai. Tidak sedikit orang yang melaporkan atas tindakan Taega yang mengambil suatu langkah, tanpa dirundingkan terlebih dulu. Mereka juga menyayangkan sikap Taega yang tidak seperti seorang peimpin. Tidak jarang pria itu yang melakukan tindakan tidak terpuji di ruangan CEO. Ada juga sebagian orang yang bilang tentang perkembangan perusahaan ini karena berkat kepimpinan Taega yang tidak diragukan lagi. Nyatanya, banyak tender yang dimenangkan oleh perusahaan ini berkat arahan dari Taega. Mereka tetap ingin Taega yang memimpin perusahaan ini, meskipun mereka tahu Senarita lah pemiliknya. Perdebatan pun tak ayal terjadi antara kubu Senarita dan juga kubu Taega. Taega tersenyum puas karena banyak dewan direksi yang mendukungnya. Tentu saja itu tidak seperti apa yang terlihat di depan. Jauh sebelumnya Taega telah menyuap para dewan direksi yang sekarang mendukungnya, untuk berpihak kepadanya jika terjadi sesuatu. Mereka juga yang telah membantunya untuk pengalihan sebagian saham, tanpa diketahui Senarita.Taega cukup percaya diri jika kedudukannya sekarang ini tidak akan tergeser oleh orang yang memang lebih berhak untuk memimpin perusahaan ini. “Benar. Kami lebih memilih Tuan Taega yang tetap menjadi pemimpin di perusahaan ini. Karena memang kinerja Tuan Taega sangat baik.” Ucap salah satu orang yang berada di kubu Taega. Beberapa orang yang berada di sana juga menganggukkan kepala tanpa membenarkan apa yang dikatakan oleh orang barusan. “Tapi, apa kau tidak melihat sikap Tuan Taega di kantor? Apa pantas seorang pemimpin menunjukkan sikap yang seperti itu?” sahut orang yang baru saja masuk ke dalam ruangan rapat tersebut. “lagian, pemilik yang sebenarnaya adalah Nona Senarita. Beliau juga sewaktu memimpin perusahaan ini sangat berkembang pesat. Hanya saja beliau salah memilih tambatan hatinya dan malah memberikan kewenangannya kepada orang yang tidak tahu diri itu.” Lanjut orang itu sembari menekankan kata-katanya dan menatap ke arah Taega berada. Tidak ada yang berani menyanggah ucapan orang yang baru saja berbicara. Senarita ternsenyum saat orang itu masuk ke dalam ruangan. Kemudian orang itu duduk menggeser tempat Taega dengan berani. Taega juga tidak bisa membantah, lalu ia beranjak dari duduknya untuk kemudian mempersilahkan orang tersebut duduk di kursi yang sebelumnya ia tempati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD