Bab 17.

920 Words
"Jangan khawatir, paketnya ada bersama kami. Aman, Tuan." Pria yang sedang berbicara melalui sambungan telepon itu melarikan bola mata ke arah spion yang menggantung di depannya. Menatap sosok yang berada di kursi penumpang belakang. Pria itu mendengkus. "Cantik, Tuan." Hazel membalas tatapan dari dalam kaca spion. D*da wanita itu bergerak cepat naik turun. Napasnya memburu. Meskipun tatapannya lurus ke depan, namun tangannya di belakang punggung masih bergerak. berusaha melonggarkan ikatan. Mencari ujung tali simpul agar bisa melepaskannya. "Sudah, Tuan. Semuanya berjalan sesuai rencana." “Mereka pasti akan melepaskan dua orang kita. Iya, Tuan. Saya paham.” Hazel mendengarkan percakapan tersebut sambil tak henti berusaha mendapatkan simpul ikatannya, supaya bisa ia lepaskan. Menggerakkan tangannya sambil meraba-raba letak simpul tali itu. Tak ia rasakan perih pada pergelangan tangan yang tergesek-gesek tali pengikat. Hazel mengedip saat jari tangannya akhirnya menemukan simpul tali tersebut. Wanita itu menelan saliva. Tidak mengalihkan tatapan ke depan, dan menjaga mimik wajahnya tetap datar sementara jari-jari tangannya kini berusaha melepaskan simpul tali itu. Hazel menekan katupan rahang saat berusaha mengerahkan tenaga untuk melepas simpul yang cukup kuat. Hingga akhirnya nasib baik berpihak padanya. Ia berhasil melepaskan simpul tersebut. Perlahan Hazel menarik tali itu hingga benar-benar lepas. Hazel mengusap pergelangan tangannya perlahan. Wanita itu mengatur pernapasannya. Mulai meminta otaknya untuk berpikir bagaimana cara melepaskan diri dari penculiknya. Hanya ada dua orang yang duduk di depan. Seharusnya dia bisa. Pasti bisa. Dia bisa lepas dari mereka. Hazel menyemangati dirinya sendiri. Namun, saat mengingat mereka orang-orang bersenjata, keyakinan Hazel mulai goyah. Kalau dia salah langkah, nyawanya bisa melayang. Hazel meremas-remas telapak tangan yang masih ia letakkan di belakang tubuh. Seakan ia masih terikat. Jika ia lompat dari mobil, munkinkah ia bisa selamat? tanya satu sisi otaknya. Hazel menghembus pelan napasnya. Melirik ke samping. Jalanan penuh semak belukar dan pohon-pohon besar. Entah kemana sebenarnya ia akan dibawa. Hazel mulai menghitung probabilitas keselamatannya jika melompat dari dalam mobil dengan kecepatan mobil yang Hazel perkirakan diatas 80 km/ jam. Tidak. Resikonya terlalu besar. Hazel menjawab sendiri pertanyaan dalam kepalanya. Tapi masih ada kemungkinan 1 persen kamu bisa selamat, Hazel. Hazel mendesah dalam hati. “Menurutmu, apa yang akan terjadi setelah orang itu tahu istrinya tidak ada di tempat itu?” “Tidak usah dipikirkan. Yang penting kita bawa perempuan ini pada bos, dan kita akan mendapat hadiah.” Pria yang duduk di sebelah pengemudi menjawab pertanyaan sang teman. Lalu dua orang itu tertawa. Membayangkan akan menerima bonus setelah berhasil membawa Hazel pada sang bos. Hazel memantapkan niatnya. Apa yang akan terjadi setelah ini, Hazel pasrahkan pada Tuhan. Dia berharap masih ada kesempatan untuk menghirup udara bebas lebih lama. Membiarkan para penculiknya berhasil membawa dirinya ke markas mereka bukanlah ide yang baik. Hazel pikir ia akan tetap saja mati nantinya. Setidaknya, jika ia meloncat, masih ada kemungkinan satu persen itu. Semoga saja nasib baik berpihak padanya. Hazel memperhatikan dua orang di depannya yang sedang tertawa keras. Bola mata wanita bergerak-gerak. Kedua penculik Hazel masih tertawa saat Hazel memberanikan diri dengan cepat mengambil sepatunya lalu memukul kepala pria yang duduk di belakang kemudi dengan sangan keras. Sekeras yang bisa Hazel lakukan. Berharap setelah ini mobil akan berhenti dan dia bisa keluar dari dalam mobil. "Arghhh ... Sialan!" Pria itu belakang kemudi berteriak kaget. Laju mobil seketika oleng. Hazel tidak membiarkan waktu terlewat begitu saja. Wanita itu ganti memukul pria yang duduk di samping pengemudi, sebelum pria itu kembali dari rasa terkejutnya. Tubuh Hazel terhuyung lantaran laju mobil yang tidak lurus. Hazel mendorong kuat kepala pria itu ke kaca pintu. Membuat pria itu mengumpat berkali-kali. "F*ck! F*ck!" Sambil meringis merasakan sakit saat kepalanya ditekan ke pintu, pria itu balas mendorong tubuh Hazel agar melepaskan kepalanya. Hanya berpikir untuk bisa segera keluar dari dalam mobil, Hazel menarik kuncian pintu lalu mendorong benda tersebut. "Urus perempuan itu cepat!" “Berhenti, Sialan!” Hazel sudah hendak melompat, namun sebelah tangannya ditarik oleh pria yang duduk di samping pengemudi. Sambil berteriak keras, Hazel mendorong kepala pria itu dengan satu tangan yang bebas, sambil menarik tangannya lepas dari cekalan pria tersebut. Tidak berhasil, Hazel ganti mendorong pria di belakang kemudi. Mobil kembali oleng. Pintu yang sudah setengah terbuka itu menabrak tiang listrik, membuat mobil sekali lagi bergerak tidak lurus. Suara keras terdengar ketika daun itu kembali tertutup setelah terdorong tiang listrik. Hazel berusaha menghentikan mobil. Wanita itu berusaha meraih tuas rem tangan, namun dihalangi oleh satu tangan sang pengemudi. Membuat pria yang duduk di belakang kemudi tidak bisa menjalankan mobil dengan baik. “Apa yang kamu lakukan, b***h? Berhenti … berhenti.” Pria yang duduk di sebelah pengemudi mencoba mendorong tubuh Hazel ke belakang. Karena kesulitan, pria itu melepas sabuk pengaman yang menahan pergerakannya. Membuatnya tidak leluasa mengurus tawanannya. Hazel menarik kemudi. Bertahan pada benda bundar tersebut hingga saat tubuhnya ditarik, kemudi itu akan ikut bergerak. Suasana di dalam mobil tersebut semakin tidak karuan. Mobil bergerak zig-zag. “Hentikan mobilnya!” “b***h … awas!” Hazel dan pengemudi saling dorong hingga mobil semakin tidak terkendali. Kendaraan roda empat itu bergerak ke kanan kiri, melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Dini hari, jalanan sepi. “Jauhkan perempuan ini dariku. Arghhhh!” Pria di belakang kemudi memekik ketika Hazel menjambak rambutnya. Semakin tubuh Hazel ditarik oleh pria di samping pengemudi, maka pengemudi itu semakin kesakitan. “s**t … awas!” Hazel memutar kepala ke depan. Bola mata wanita itu langsung membesar. “Aaaaaa!” Hazel melepas tangan yang masih menjambak rambut sang pengemudi. Berusaha mencari pegangan saat melihat sesuatu yang menakutkan ada di depan mata. "Awaaaas!" ‘BRAK!’ Suara keras akibat benturan kuat terdengar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD