Bab 16.

1234 Words
“Mereka menangkap nyonya Hazel, Tuan.” “F*ck!” Oliver langsung menyambar ponsel di tangan sang pengawal. “F*ck! Apa yang kamu inginkan, Sialan?” marah Oliver tanpa merasa perlu basa basi pada orang yang tersambung dengannya. “s**t! Jangan berteriak padaku. Saat ini istrimu ada di tanganku. Beraninya kamu berteriak, Oliver?” “Sialan. Apa yang kamu inginkan? Jangan libatkan orang yang tidak tahu apa-apa.” “Woa … jadi istrimu tidak tahu apa-apa?” Lalu pria yang sedang terhubung dengan Oliver tertawa keras. Oliver menekan keras katupan rahangnya. Pria yang masih menempelkan telepon genggam di telinga kanan itu meremas pistol yang ada di tangan kirinya. “Siapa kamu, Sialan?” Oliver tidak mengenali suara lawan bicaranya. Suaranya benar-benar asing. Pria itu kembali menekan-nekan sepasang rahang yang terkatup saat yang didengarnya adalah tawa keras orang yang tersambung dengannya melalui telepon genggam. “b******k! Jangan bermain-main denganku, Sialan. Katakan siapa kamu dan apa maumu.” “Sudah kubilang jangan membentakku, b******k!” ‘Dor!' “Arghhhh!” Sepasang bola mata Oliver membesar mendengar suara tembakan disusul teriakan seorang perempuan. Dan dia mengenali suara itu. Suara perempuan yang sudah menjadi istrinya. Sialan. Oliver menahan geraman dan umpatan-umpatan yang sudah berada di ujung lidah. “Dengar suara itu? Kamu tahu suara siapa itu? Aku tidak akan segan-segan melubangi kepalanya kalau kamu melawanku, Oliver,” ancam pria tersebut. Membuat Oliver diam tidak berkutik. Oliver menelan kembali umpatan-umpatannya. Apa yang terjadi dengan Tom dan yang lain. Bagaimana bisa Hazel berada di tangan siapapun itu musuhnya? “Sekarang dengarkan aku, Sialan. Lepaskan anak buahku.” Oliver menggeram tertahan. Ternyata orang yang menjadi dalang penyerangan di dermaga. Dan sekarang dia harus melepaskan dua orang yang sudah mengakibatkan empat anak buahnya mati, serta dua lagi tertembak. Mengingat dua pengawal yang dibawa ke klinik Hazel untuk mendapatkan kantong darah, amarah Oliver semakin meluap. Berpikir ada kemungkinan dua orang itu juga sudah mati. Dan entah bagaimana nasib Tom yang yang lainnya. Sudah pasti mereka antara mati atau juga ditangkap. Dasar bodoh, umpat Oliver dalam kepalanya. “Lepaskan anak buahku, atau kepala istrimu ini akan berlubang.” Hazel menatap ngeri pria yang menodongkan senjata api ke kepalanya. Wanita itu duduk terikat di sebuah kursi. Baru saja jantung Hazel nyaris terjatuh ke perutnya saat tiba-tiba satu peluru hampir saja mengenai kakinya yang juga terikat. Hazel berulang kali mengatur napas. Sumpah … tidak pernah terpikir ia akan berada di posisi saat ini. Menjadi tawanan untuk barter orang yang ditangkap Oliver. Begitulah yang bisa Hazel simpulkan setelah mendengar perbincangan orang yang menawannya. Apa mungkin Oliver akan bersedia menukar dua orang itu dengannya? Hazel semakin cemas. Ia tidak yakin Oliver akan melakukannya, mengingat pria itu tidak mencintainya. Lagipula, apa arti dirinya untuk Oliver? Tidak ada. Oliver bisa dengan cepat mendapatkan perempuan baru untuk menggantikan posisinya. Hazel mencoba untuk menggerakkan tangan yang diikat di belakang punggung kursi. Berusaha untuk bisa melepaskan ikatan tersebut. Saat ini nyawanya berada di ujung tanduk. Dia bisa mati kapan saja. Peluru itu benar-benar bisa melubangi kepalanya seperti ancaman pria itu. Dia harus menyelamatkan diri. “Lepaskan nyonya Hazel. Jangan libatkan perempuan. Kalian sudah mendapatkan kami. Lepaskan dia,” ujar Tom berusaha untuk menyelamatkan Hazel. Dia merasa bertanggung jawab. Dia benar-benar gagal melindungi wanita itu. “Diam, b******k. Kalau kamu sudah bosan hidup, katakan saja. Aku akan dengan senang hati mengirimmu ke neraka.” Pria yang menjaga Tom dan anak buahnya dengan senjata laras panjang itu melangkah maju, lalu tanpa berperasaan menendang bahu kiri Tom yang sudah tertembus satu peluru. Tom meringis menahan sakit. Pria itu berusaha untuk tetap duduk dengan tegak. Wajah Tom sudah tidak lagi bersih. Penuh dengan luka lebam dan darah setelah dihajar habis-habisan oleh lawannya. Tom menatap marah sang lawan, namun tidak bisa melakukan apapun. Sekeras apapun Tom berusaha melepaskan ikatan di tangannya, namun tetap belum berhasil. Hazel menelan susah payah salivanya. Melihat kondisi Tom dan tiga orang lainnya yang diikat di ruangan yang sama dengannya, Hazel tidak bisa menyalahkan mereka. Mereka pasti sudah berusaha sekuat tenaga. Tidak ada satu pun dari mereka yang tidak babak belur. Hazel menatap sedih Tom. Melihat darah membasahi baju pengawal Oliver itu, Hazel menelan susah payah salivanya. Tidak menutup kemungkinan ia pun akan mendapatkan siksaan seperti Tom dan yang lain. Dan peluru. Peluru itu bisa jadi menembus kulit dan dagingnya. Memikirkan itu, Hazel merinding. Hazel kembali berusaha untuk melepas ikatan di tangannya. Namun tetap tidak berhasil. Terlalu kuat. Hazel berusaha mengatur napas yang sudah memburu. Hazel mengedarkan pandangan mata. Lampu sudah kembali dinyalakan hingga Hazel bisa melihat seberantakan apa kliniknya setelah perkelahian mereka. Hazel juga belum tahu bagaimana keadaan dua orang yang sedang dirawat. “Cepat jawab, Sialan. Waktumu 10 menit untuk mengirimkan dua orangku ke klinik istrimu. Kalau dalam 10 menit dua orangku masih belum sampai di tempat ini—” “Berikan teleponmu pada istriku. Aku harus bicara dengannya.” “Enak saja. Kamu pikir kamu masih bisa bernegosiasi denganku? 10 menit, Oliver! Setiap menit setelah 10 menit itu terlewat, akan kupastikan satu peluru menembus kepala orang-orangmu. Aku akan menghitungnya—” “F*ck you!” “Sepuluh menitmu dimulai dari sekarang, Oliver.” Pria itu kemudian menurunkan ponsel. Menekan keras tombol akhiri, lalu tertawa terbahak-bahak. Kapan lagi ia bisa mengancam pria seperti Oliver. “Hash … tuan minta kita membawa perempuan itu padanya.” “Aku yang akan membawanya pada Tuan. Kalian semua tunggu di sini sampai dua teman kita tiba. Kalian tahu apa yang harus kalian lakukan. Bunuh mereka satu per satu kalau dalam 10 menit, teman-teman kita belum sampai.” “Baik.” Pria yang dipanggil Hash oleh temannya itu kemudian menyelipkan senjata api ke balik pinggang sebelum berjongkok, melepas ikatan di kaki Hazel. Setelah itu pria tersebut kembali berdiri kemudian menarik Hazel hingga Hazel berdiri tanpa melepas ikatan di tangan Hazel. Membuat Hazel meringis kesakitan. Pria itu mencengkram sebelah tangan Hazel. Menarik perempuan itu lalu mendorong tubuh Hazel hingga mau tidak mau Hazel bergerak mengayun kedua kakinya. Hazel hampir terjungkal ketika pria itu mendorong punggungnya kaut. Beruntung kakinya dengan cepat bergerak hingga ia bisa mendapatkan keseimbangan tubuhnya lagi. Hazel menoleh ke belakang. Menatap tajam pria yang baru saja mendorongnya dengan ekspresi wajah marah. “Cepat!” Pria itu mendorong Hazel sekali lagi. Membuat Hazel menahan amarahnya. Entah akan dibawa kemana dirinya. Siapa bos yang mereka bicarakan? "Hei ... jangan kasar pada perempuan!" Baru saja Tom menyelesaikan kalimatnya, pria itu sudah harus mendesis menahan sakit saat lagi-lagi bahu kiri yang sudah terluka itu ditendang. Hazel memutar kepala ke arah Tom. Menatap pengawal suaminya dengan sorot mata yang tidak terbaca. Hazel didorong keluar dari dalam klinik. Wanita itu sesekali terhuyung saat tubuhnya didorong dari belakang. Hazel mengepal kuat telapak tangannya. Kakinya terdorong sampai akhirnya ia sampai si samping sebuah mobil. Akan dibawa kemana dia? Pria itu membuka pintu penumpang belakang. Menahan daun pintu dengan tangan kiri lalu tangan kanannya menekan kepala Hazel ke bewah. “Masuk, cepat!” bentak pria tersebut. Hazel masuk ke dalam mobil. Detik berikutnya pintu tertutup keras. Hazel memutar kepala. Tangan yang terikat di belakang tubuh membuat wanita itu tidak kuasa melawan. Meskipun begitu, Hazel masih berusaha untuk bisa melepas ikatan tangannya. Tidak ingin menyerah begitu saja, Hazel menggerakkan perlahan, berusaha mengendurkan ikatannya. Mobil melaju. Hazel mulai panik memikirkan nasibnya. Apa yang akan terjadi padanya setelah ini. Wanita itu berusaha lebih keras lagi untuk bisa melepas ikatan tangannya. “Halo, Bos. Iya, sekarang kami sedang dalam perjalanan menuju markas. Jangan khawatir, paketnya ada bersama kami.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD