Kali ini ada pemandangan yang berbeda ketika aku bangun tidur. Apa lagi kalau bukan wajah Mas Arslan didepanku. Masih terasa ga nyaman untuk ku. Tapi, ku coba tepis perasaan itu. Aku harus bisa. Pasti bisa menjalani pernikahan ini dengan normal. Allaah, bantu aku menumbuhkan benih cinta untuk dia yang telah menghalalkanku. Kulirik jam yang menunjuk ke angka empat dan satu. Itu artinya, ga lama lagi Ahsan akan terbangun meminta asi. Dan benar saja, Ahsan menangis. Dilema, antara ingin menyusui Ahsan secepatnya atau membiarkan dia dulu lalu membangunkan Mas Arslan agar dia merubah posisi tidurnya membelakangiku. Namun, sepertinya Mas Arslan masih terlelap. Jadi kuputuskan untuk langsung menyusui Ahsan. Entah karna efek semalam terlalu lelah, atau efek menyusui yang bikin ngantuk, tanpa sad