L I M A

925 Words
       Kamis, 5 Oktober 2017        Hari yang sudah di tetap kan kedua orang tua mereka yaitu, acara pernikahan mereka berdua berlangsung. Setelah melakukan ijab qobul di kediaman mempelai wanita yaitu Nabilla pukul 10.00 pagi tadi.  Malam ini resepsi di laksanakan di balroom hotel yang sudah di sulap oleh WO menjadi sangat indah bernuansa balck-gold pilihan orang tuanya. Mereka berdua hanya menuruti semua perkataan orangtuanya tanpa mebantah sedikit pun. Dalam acara ini sangat banyak tamu undangan dari rekan bisnis orangtuanya, namun tak ada satu pun teman atau pun sahabat mereka yang di undang, karena mereka memang sudah merencanakan dari awal agar tidak ada ada yang tau masalah pernikahan dadakan ini. Nabilla sudah kualahan menyalami para tamu dan ajakan foto bersama, serta memasang senyum palsu seolah-olah diri nya sangat bahagia dengan pernikahan ini di depan para tamu yang tak terhitung jumlahnya. Namun berbeda dengan Briyan yang nampak flat seperti biasanya, tak ada senyum tak ada manyun. Stay cool di tempat. Ingin rasanya Nabilla melepas mahkota serta aksesoris lain nya di kepala dan tangan nya yang beratnya mungkin berkisar 1 kg, serta gaun yang sudah mirip dengan kostum princess yang sangat membuat nya risih sendiri dan ingin segera menghempaskan dari badan nya saat ini juga. Nabilla memutar bola mata nya malas saat melihat Viona, kakak sepupu nya dan Rio, kakak nya naik ke atas menghampiri nya dengan senyum penuh arti. Ia sudah bisa menebak pasti mereka akan menggoda nya lagi dan lagi. "Pengantin nya kok cembelut gitu cihh?" Ucap Viona dengan nada yang sengaja di buat-buat. "Bodo!" Jawab nya ketus. "Dek foto bareng dong, siapa tau bentar lagi ketularan ye gak Vi." Ucap Rio sambil menyenggol lengan Viona. "Yoi bro." "Emang situ udah ada calon?" Cibir Nabilla dengan tatapan mengejek. "Kalau gue mah calon ada, tanya tuh Viona ada belum?" Ucap nya sombong. "Gue mah orang nya selow aja, entar lah kalau lo pada udah punya anak entar baru gue kawin." "Yang penting jangan sampek jadi prawan tua lo." Mereka pun tertawa karena Ucapan Rio kecuali Briyan yang masih datar-datar saja dan Viona yang memasang wajah jengkel nya. "Bodo! Gue mau minta foto bukan bullyan." Viona mengeluarkan ponsel dari tas nya dan membuka kameranya, mereka tersenyum ke arah kamera lebih tepat nya mereka bertiga karena Briyan hanya menunjuk kan senyum yang sangat tipis bahkan tidak terlihat. "Thanks ya, btw happy weding Bill, Yan." Ucap Viona di ikuti Rio. "Hmm." Jawab Nabilla asal. "Yaudah gue turun dulu, Happy Weding!" Setelah mereka berdua turun, tamu pun sudah mulai sepi karena sudah larut malam. Nabilla yang sudah tidak kuat lagi menyangga tubuh nya, ia duduk dan melepas hills nya yang tinggi nya mencapai 15 cm. Briyan pun hanya melirik nya saja, ia sendiri pun juga bingung ingin berbuat apa orang tua nya sedang berbincang dengan para tamu yang masih tersisa serta sanak keluarga yang datang. "Capek?" Hanya kata itu yang mampu keluar dari bibir nya. "Menurut lo?!" Jawabnya kesal. Briyan ikut duduk di samping Nabilla. Ia sendiri pun juga merasa sangat lelah, apalagi setelah berdiri 5 jam lebih lamanya. Meskipun bersisihan tak ada obrolan sedikit pun di antara mereka. Akhirnya mama nya peka dengan situasi di antara mereka dan segera menghampirinya. "Kalau udah capek kalian udah boleh ke kamar istirahat." "Kamar nya yang mana ma?" Tanya Nabilla. "Yang tadi lah Bill masih inget kan?" "Satu kamar? Sama dia?" Tanya nya sambil menunjuk Briyan. "Iya lah kan udah sah." Nabilla menggelengkan kepala nya kuat. "Billa tidur sama mama deh ya, masa sama dia." Rajuk nya. "Ya nggak bisa dong sayang, yaudah sana istirahat dulu." Setelah itu Renata meninggalkan mereka dengan muka cengo nya. Briyan berdiri dari duduk nya, ia mengulurkan tangan nya pada Nabilla yang masih kesulitan dengan baju pengantin nya yang super ribet. Dengan ragu ia mengamit tangan kanan Briyan dan berdiri sempurna. "Tolong bawain hills gue dong gue ribet sama baju." Tanpa bergeming Briyan langsung mengambil nya dan menenteng nya. Di sepanjang lorong menuju kamar nya tak ada suara sedikit pun kecuali suara gesekan antara sepatu pantopel yang di pakai Briyan dengan lantai. Nabilla yang biasa nya super duper bawel menjadi lebih pendiam. Setelah sampai di dalam kamar hotel nya yang super luas dan banyak hiasan bunga mawar di sana sini, tak ketinggalan ada lilin yang menyala di sana sini menambah kesan romantis.  Nabilla langsung terduduk di depan meja rias untuk melepas mahkota serta semua aksesoris yang menempel di mana-mana. Sedangkan Briyan lagsung merebahkan badan nya begitu saja tanpa melepas tuxedo yang ia kenakan dan langsung menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang sambil memejamkan mata. Setelah semua terlepas tubuh nya menjadi lebih enteng, namun baju yang super besar masih melekat di tubuh nya dan belum berhasil ia hempaskan. Dengan cepat ia mengambil piyama tidur nya dari dalam tas dan masuk ke dalam kamar mandi yang berada di dalam kamar nya. Nabilla membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk membersihkan diri nya di kamar mandi. Saat ia keluar dari kamar mandi, Briyan sudah terduduk di atas ranjang. Ia pun juga sudah melepas tuxedo serta kemeja hitam nya menyisakan kaos putih polos serta celana panjang yang masih melekat.  Melihat Nabilla yang sudah keluar dari kamar mandi, ia mengambil handuk dan baju ganti ke kamar mandi. Nabilla hanya menghembuskan nafas berat dan merebahkan tubuh nya ke atas ranjang. Tubuh nya sudah sangat remuk untuk acara hari ini. Tak lama kemudian ranjang nya bergerak, ia menoleh sedikit ternyata Briyan mulai merebahkan tubuh nya dan tidur membelakangi nya. Sungguh, malam pertama yang amat sangat buruk. Tak ada ucapan selamat malam, tak ada kecupan hangat di kening dan tak ada pelukan hangat. Semuanya datar tak seindah malam pertama impiannya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD