FLASBACK
Tahun ajaran baru, di depan kelas XII IA 2. Seorang gadis berdiri di ambang pintu. Ia mengitari matanya untuk mencari bangku kosong atau teman yang di kenal nya.
Tapi seperti nya ia tidak menemukan hal yang ke dua.
Dengan langkah ragu ia memasuki kelas itu, yang memang belum ramai. Semua tampak asik mengobrol satu sama lain. Tanpa seorang pun yang mau menyapa nya. Atau bahkan mungkin, tidak ada yang menyadari kehadiran, gadis itu.
Ia memilih meja yang berada depan barisan sudut dekat jendela. Yang memang kebetulan meja itu masih kosong. Meletakkan tas ransel berwarna biru langit nya, ia duduk dan kemudian mengeluarkan sebuah novel dari dalam tas.
Ia melirik sekitar kelas, siswa dan siswi yang akan menjadi teman sekelasnya di tahun terkhir itu, tampak sedang mengobrol atau sekedar kenalan. Tapi, ia hanya duduk sendiri membaca novel.
Itu lah dia.
Jessica Veranda.
Gadis yang selalu mengasingkan diri nya sendiri. Menganggap kehadiran nya sendiri itu bagai angin lewat. Veranda, begitu lah ia di panggil oleh guru - guru. Hampir semua guru di SMA Nusa mengenal nya.
Tapi, ia tidak yakin kalau teman - teman angkatan nya mengenal dirinya.
Ve menoleh keluar jendela, menatap ke taman sekolah.
Ia mendesah lelah. Namun, kemudian mata nya memicing pada satu objek.
Ia baru saja melihat seorang laki - laki yang mengenakan seragam sekolah nya sedang memanjat tembok dan melompat ke dalam sekolah.
Laki - laki itu berpenampilan urakkan. Tidak sama sekali mengesankan kalau ia adalah seorang pelajar. Dengan seragam yang tidak di kancing sehingga memperlihat kaus dalam berwana hitam. Rambut nya yang berantakkan,
Laki - laki itu berjalan dengan santai memasuki koridor. Dan setelah itu Ve tidak lagi bisa melihat nya.
Perhatian Ve teralihkan pada guru yang masuk. Pak Indra. Guru biologi.
Pak Indra memperkenalkan diri nya dan mengaku sebagai wali kelas mereka. Ve hanya menyimak dengan baik.
Hingga obrolan antara guru dan murid tersela oleh seorang laki - laki yang melangkah masuk.
"Maaf pak, saya telat " ucap laki - laki berpenampilan urakkan itu.
Pak Indra memandangi nya dari atas hingga bawah. Bisik - bisik mulai di dengar oleh Veranda.
"Keynal " ucap Pak Indra dengan nada malas. "Hari pertama udah telat, duduk " lanjut nya seolah enggan untuk menghadpi laki - laki bernama Keynal.
"Kancingkan seragam kamu !" Ucap Pak Indra lagi sebelum Keynal sampai pada meja paling belakang.
Ve menoleh kebelakang, ia bisa melihat dengan malas laki - laki itu mengancingkan seragam nya.
***
Hari pertama di tahun ajaran baru tidak lah padat. Guru hanya masuk untuk perkenalan saja, setelah itu keluar. Belum lagi MoS sedang berlangsung.
Veranda tidak mengambil kegiatan apapun di sekolah. Ia hanya menjalani hidup nya sebagai siswi biasa.
Saat jam istirahat, Ve memilih untuk membawa bekal nya ke taman belakang sekolah. Tempat favorit nya sejak kelas sepuluh.
Bruk
Tidak sengaja saat di belokkan tangga akan menuju lantai dasar Veranda menabrak seseorang.
"Ma. Maaf " ucap Ve terbata dan menunduk dalam.
Siswi yang ditabrak nya menatap tajam padanya.
"Punya mata, kan ?!" Sentak siswi itu dengan ketus.
"Maaf " ulang Ve sangat pelan. Ia tidak berani menatap pada gadis di depan nya itu.
Siswi itu mendengus malas, ia melirik pada kotak bekal yang di pegang Ve dengan erat.
Plak
Dengan kasar siswi itu menepis kotak makan itu. Sehingga jatuh ke lantai dan isi nya berserakkan.
"Hahahha... gue juga gak ta.... " Siswi yang berada di depan Ve langsung menoleh ke atas, tepatnya ke belakang Ve saat mendengar suara tawa laki - laki.
"Hooo... Selly, apa yang loe lakuin ? Hm ?" Tanya salah satu dari laki - laki yang mucul di balik Veranda.
"Ini cewek, jalan gak pakek mata !" Jawab Selly dengan ketus dan menatap kesal pada Ve yang masih saja menunduk.
Keynal, laki - laki yang berdiri dengan menatap lurus pada punggung Ve, ia beralih pada makanan yang berserakkan dan kotak bekal yang terbuka.
Suara tapak sepatu menuruni anak tangga dan mendekat pada Veranda.
"Loe nabrak dia ?" Tanya Keynal dengan nada datar. Ve melirik pada Keynal. Kemudian kembali menunduk. Dengan takut ia mengangguk pelan.
"A. Aku gak sengaja " jawab Ve terbata dan pelan.
Keynal beralih menatap Selly. "Dia gak sengaja. "
"Lagian, gak ada orang jalan pakek mata. Jalan itu pakek kaki " lanjut Keynal yang langsung membuat teman - teman nya tertawa.
Selly mengerang kesal. Dengan marah ia langsung pergi.
"Hoo.. mak nye macan serem ' ucap Temen Keynal yang memandangi kepergian Selly dengan tawa geli.
Keynal mengkode pada dua teman nya untuk pergi lebih dulu.
Ve berjongkok untuk memungut makanan nya. Membuat Keynal juga ikut berjongkok dan membantu membersihkan nya.
"Makasih " ucap Veranda masih tidak mau menatap Keynal.
Keynal sampai harus menunduk demi untuk melihat wajah Veranda.
"Keynal " Ve melirik pada tangan yang kini terulur di depan nya. Lalu ia menoleh pada Keynal.
Laki - laki dengan penampilan urakkan itu kini sedang tersenyum tipis menatap nya.
Dengan ragu - ragu Ve akan membalas jatabatan Keynal. Tapi, Keynal lebih dulu meraih tangan kanan Ve dan menjabat nya.
"Ve...Veranda " jawab Veranda terbata.
Ve tidak melihat kalau Keynal lagi - lagi menyunggingkan senyum nya.
"Senang berkenalan dengan murid kesayangan guru. " ucap Keynal sebelum ia pergi.
Ve menatap kepergian Keynal, dengan sedikit kaget, dan kemudian ia tersenyum sambil melirik tangan nyan sendiri.
***
"Veranda "
suara cowok memanggil nama nya, membuat Ve yang akan menuju gerbang sekolah menoleh kebelakang. Seorang laki - laki sedang berlari ke arah nya.
"Hah hah hah... " laki - laki itu tiba di depan nya. Dan mulai mengatur napas nya.
"Daffa " ucap Ve tersenyum pada nya.
"Hah hah.. loe mau pulang ya ,? Kok gak nungguin gue ?" Tanya Daffa. Veranda tersenyum, ia melirik sekitar. Pandangan siswi - siswi menatap tidak suka padanya. Itu terjadi setiap kali ia mengobrol atau dekat dengan si ketua osis dan juga kapten basket itu.
"Hm. Aku fikir kamu sedang sibuk mengurus buat Mos Besok " jawab Ve tidak enak.
Daffa menghela napas nya. Dan keduanya berjalan bersama menuju gerbang melewati parkiran. Dan berdiri di depan gerbang.
"Iya sih, tapi. Gue males. Maka nya gue bolos " jawab Daffa dengan cengiran. Ve hanya tersenyum sambil menggeleng.
Tapi kemudian perhatian nya tidak lagi tertuju pada Daffa, melain kan pada Halte yang di dekat mereka.
Di sana, Keynal sedang berdiri seperti menunggu bus atau angkutan lain nya. Keynal sudah menanggalkan seragam putih nya. Dan kini tersampir di bahu nya.
Ve tersenyum sendiri, dan reflek menunduk saat Keynal tiba - tiba menoleh padanya.
"Ve, loe kenapa ?" Tanya Daffa heran.
Ve menatap nya lalu menggeleng.
Mobil jemputan nya pun datang. Ve berpamitan pada Daffa. Ia sempat melirik lagi ke halte itu. Keynal masih memandang ke arah nya. Ve buru - buru masuk kedalam mobil nya.
Ve duduk di kursi penumpang belakang, kedua tangan nya membekap d**a nya. Pipinya bersemu merah. Ia melirik lagi pada halte saat mobil nya melewati. Keynal masih menatap ke arah nya. Mengikuti laju mobil nya. Lagi - lagi Veranda tersenyum sendiri.
***
"Hai "
"Eh " Ve terkesiap dan hampir jasa terjungkal kebelakang jika Keynal tidak menahan punggung nya.
Ve kaget saat Keynal tiba - tiba berdiri di depan nya. Dan menyapa nya dengan ramah.
"Sorry " ucap Keynal tidak enak. Ve menggeleng. Ia langsung menggeser duduk nya. Membuat Keynal tersenyum.
Ve menunduk dalam, ia tidak lagi bisa fokus pada novel yang sedang di baca nya tadi. Sejak kemunculan Keynal yang tiba - tiba dan mengagetkan nya.
"Gue peratin loe sendiri terus? Gue temenin ya ?"
Ve menoleh pada Keynal, tapi sedetik kemudian ia kembali menunduk.
"Kenapa sih nunduk terus ? Ada apa sih di bawah ?" Tanya Keynal heran. Ia bahkan ikut mencari sesuatu yang membuat Ve betah melihat ke bawah.
Veranda menggelengkan kepala nya. "Kalau gitu, sini liat gue. Kan gue lagi ngomong sama loe. Gak sopan tau kalau orang lagi ngomong tapi loe malah nunduk "
"Maaf " ucap Ve tidak enak dan bersalah. Keynal tertawa pelan.
Ve tidak sadar kalau Keynal kini menatap nya lekat - lekat.
Dan sejak itu Keynal menjadi sering mengajak Ve berbicara. Atau Keynal akan lebih sering menghabis kan waktu istirahat untuk menemani Ve membaca du taman sekolah atau perpus.
Hingga kelamaan karena terbiasa membuat kedua nya merasa nyaman dan menjadi dekat.
Keynal juga selalu menjadi hero untuk seorang Veranda.
Hingga tanpa mereka sadari sebuah perasaan muncul dan membuat mereka menjadi takut kehilangan satu sama lain. Merasakan hal yang belum pernah mereka rasakan sebelum nya.
***
"Ve " panggil Keynal di saat mereka sedang ada taman belakang sekolah. Taman yang sudah menjadi tempat favorit mereka.
"Hm ?" Ve menggumam tanpa menoleh. Keynal mendengus kesal. Ia merebut novel di tangan Ve dan menyembunyikan nya di balik punggung.
Ve beralih padanya dengan tanya. "Gue bosen " ucap Keynal.
" terus ?" Tanya Ve menaikkan satu alis nya.
"Cabut yuk " ajak Keynal dengan santai. Ve menhela napas lelah.
Ini bukan pertama kali nya Keynal mengajak nya cabut. Ia tau kalau Keynal itu murid bandel dan bahkan guru - guru sudah bosen mengukum nya. Perilaku buruk sudah melekat dalam diri Keynal sejak kelas sepuluh.
Mungkin, kalau bukan prestasi Keynal yang bagus, sudah sejak lama Keynal di keluar kan.
"No "
"Veee.. "
"Enggak, Nal. "
"Sekali aja "
" awal nya emang sekali, tapi nanti bakal jadi berkali - berkali " jawab Veranda, membuat Keynal mendengus. Ve menatap tanya pada Keynal.
"Kamu sadar gak sih, kalau kamu itu cantik banget " ujar Keynal tiba - tiba. Dan langsung membuat Ve memerah.
Ve menunduk. Menyelipkan anak rambut kebalik telinga. "Pujian kamu gak mempan " ucap Ve mencoba menguasai dirinya.
"Oya ?" Tanya Keynal memajukan wajah nya sehingga jarak antara wajah nya dan Ve sangat dekat. "Kok muka kamu merah gitu ?" Tanya Keynal dengan jail.
"Ish " desis Ve memukul bahu Keynal. Membuat tawa Keynal pecah.
Ve diam, memandangi Keynal yang tertawa begitu lepas. Bagi nya, tawa Keynal seperti air di tengah gurun pasir.
Ia sadar, kalau cowok di depan nya itu sudah mempengaruhi nya. Sudah menghadir kan rasa yang belum ia rasakan. Dan membuat nya menyadari kalau ia telah di buat jatuh cinta.
TBC.