Aku menginginkanmu. Kamu harus jadi milikku malam ini.
Mata Alley selalu siaga melihat pergerakkan Arlen. Setiap gerakan itu membuat tubuh Alley tegang. Bukan karena ketampanan dan karisma Arlen, tapi karena kalimat Arlen yang menginginkannya malam ini.
Malam ini.
Ya Tuhan! Alley menjerit dalam batinnya untuk minta diselamatkan atau minta pengampunan. Kepepet adalah dasar mati logikanya. Dia sudah sejauh ini dan Alley tidak mungkin mundur ataupun mencoba kabur.
Arlen memiliki begitu banyak anak buah. Kabur bukanlah jalan yang mudah. Apalagi, kamar yang dipesan oleh Arlen adalah kamar di lantai paling atas. Jika dia nekat kabur, itu akan menjadi rencana yang konyol. Antara loncat dari lantai atas hotel atau dia akan dibunuh oleh anak buah Arlen yang mengamuk. Intinya, keduanya akan membuat dirinya-mati.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?" suara Arlen terdengar serak dan mendekati Alley yang duduk di sisi ranjang.
"Ti-tidak ada. Aku hanya tegang." Alley berusaha menstabilkan pikirannya agar tidak panik.
"Tidak usah tegang saat kita sedang berdua. Aku tidak akan menyakitimu." sudut bibir Arlen tersenyum dan menambahkan aliran darah yang deras di tubuhnya.
Sial!
"Kenapa kamu semakin tegang?" tanya Arlen yang akhirnya menyentuh pipi Alley.
Ya Tuhan... Apa malam ini aku- ARGHHH!!
.
.
.
.
.
Alley akhirnya pulang ke rumah dengan gaji pertama yang di dapatnya dari Princess Escort. Alley melihat tubuh Ayahnya yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Mata menggenangkan air mata. Ditahan isakan tangisnya agar tidak meruntuhkan pertahanannya. Dia menguatkan diri dan hatinya. Tegar selalu terpatri dalam hidupnya. Dia sendirian. Benar-benar sendirian saat ini.
Sebuah suara langkah kaki mendekati Alley dan wanita itu menoleh saat ada bayangan tinggi disampingnya-Arlen datang mendekatinya.
"Hah? Ma-mau apa anda kesini? Bagaimana anda bisa tahu saya ada disini?" tanya Alley tergagap.
"Kau lupa akan kekuasaanku? Mencari semua tentangmu adalah hal yang mudah. Jadi yang ada di sana adalah Ayahmu?" tanya Arlen.
Alley menaikkan salah satu alisnya, dia bertanya-tanya kenapa Arlen mencari tahu tentangnya? Bukankah hubungan mereka hanya sebatas 'penjual dan pembeli'?
Alley memilih untuk tidak bertanya. Dia tidak mau memulai pembicaraan apapun karena dia takut berurusan dengan seseorang seperti Arlen yang selalu menjadikan uang sebagai senjata mereka.
"Alley, aku akan menawarkan sesuatu padamu. Apa kamu mau dengar penawaranku?"
.
.
.
.
.
"Tunangan yang digaji?" Alley tertawa keras mendegar penawaran Arlen yang terdengar konyol baginya.
"Apa ada sesuatu yang lucu, Alley? Aku hanya ingin membantumu dan aku juga menginginkan jasamu sebagai pemeran tunanganku. Kita akan sama-sama saling menguntungkan." Arlen menatap Alley tajam karena dia sangat membenci reaksi Alley saat dia mendengar penawaran darinya.
"Hahaha. Aku tahu permainan anda, tuan Arlen. Anda mau menjadikan saya tunangan agar saya mau tidur dengan anda. Bukan begitu?" ejek Alley menatap tajam Arlen.
"Salah. Aku tidak tertarik dengan kamu. Kamu juga tidak pernah aku lecehkan kan? Kemarin setelah saya memesan kamu sebagai Princess Escort, tidak terjadi apa-apa kan? Mungkin anda salah menilai saya, Alley."
"Mana mungkin ada buaya yang mengaku buaya?"
"Hahaha. Saya semakin yakin kamu bukanlah w************n. Itu yang sedang aku cari. Tenang saja, aku sudah menyiapkan kontrak yang sudah diberi materai dan ini akan sah di mata hukum. Perjanjiannya bisa kamu baca sendiri. Tidak akan ada hubungan badan dalam hubungan kontrak ini. Aku mempertegasnya." Arlen menyuruh Herjuno untuk mengeluarkan surat kontrak yang telah disiapkannya.
Tangan Alley menerima surat itu dan matanya segera melihat deretan kata dan kalimat yang tertera disana. Apa yang diucapkan oleh Arlen benar. Tertulis disana bahwa hubungan badan tidak boleh terjadi, jika terjadi hal itu tanpa sadar, kontrak itu akan putus dan pihak yang melanggar akan mengganti rugi.
Tapi... tetap saja jika itu terjadi akan merugikan salah satu pihak.
Tidak boleh melibatkan perasaan pribadi.
Tidak boleh menjalin percintaan dengan orang lain.
Perjanjian ini hanya untuk 2 tahun.
Mata Alley menatap tidak percaya. Kontrak ini untuk 2 tahun. Waktu yang cukup lama. Lalu mata Alley melebar saat dia tahu bayaran gajinya tiap bulannya selama kontrak.
100.000.000 / bulan.
What?
.
.
.
.
.
"Kalau begitu, aku akan pulang untuk berkemas dulu." Alley akhirnya telah menandatangani perjanjian dengan Arlen dan sekarang wanita itu ingin pamit pulang untuk membereskan barangnya.
"Tidak perlu. Aku sudah menyiapkan semuanya. Kamu hanya perlu tinggal bersamaku." Arlen menggenggam tangan Alley dengan paksa.
"Eh-eh, perjanjiannya tidak ada hubungan badan! Lepaskan tangan saya!"
"Ini namanya hanya kontak fisik, bukan hubungan badan. Kamu jangan terlalu bodoh untuk tahu hal itu." Arlen menyipitkan matanya.
"Tetap saja! Lagipula, kenapa seorang tunangan harus tinggal satu rumah?"
"Kau terlalu banyak tanya. Ikuti saja kontraknya dan jadilah boneka yang penurut agar Ayahmu bisa mendapatkan pengobatan terbaik."
Benar. Diperjanjian Arlen tidak tertulis alasan mengapa Alley harus jadi tunangan palsu Arlen. Sebenarnya Alley tidak peduli selama uang gajinya tetap tinggi. Hanya saja ada kata tinggal di rumah Arlen , itu sedikit berat bagi Alley.
Boneka? Ya-ucapan pria arogan itu benar. Saat ini, Alley sudah jadi boneka yang disewa oleh Arlen.
Boneka tunangan palsu seorang Arlen.