31

1568 Words

Pagi datang dengan sinar matahari yang menyelinap lembut lewat celah tirai ruang tamu. Aroma kopi dan gorengan menguar dari dapur, membangunkan Prasetyo yang terbaring di sofa dengan tubuh agak kaku. Ia membuka mata perlahan, menyadari di mana ia berada. Ini bukan ranjang empuk di rumah mewahnya, bukan kamar hotel bintang lima tempat ia biasa tidur saat bisnis membawanya keluar kota ini ruang tamu sederhana milik orang tua wanita yang ingin ia nikahi. Namun untuk pertama kalinya sejak berbulan-bulan, Prasetyo bangun tanpa merasa kosong. “Sudah bangun?” Suara berat itu menyentaknya. Ia menoleh. Pak Sudarto berdiri di ambang pintu dapur, mengenakan kemeja lusuh dan sarung yang dilipat rapi. Wajahnya keras seperti kemarin, tapi tidak lagi setegang saat malam pertama pertemuan mereka. “Sud

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD