Faza memukul stir mobilnya. Dasar remaja labil, percuma dia merasa bersalah karena membentak Angel. Sia-sia sudah dia meninggalkan tugas mengajarnya. Ia pikir adik sahabatnya itu akan membuat ulah. Ternyata..., anak itu justru tengah memadu kasih dengan laki-laki yang katanya hanya sahabat itu.
Cih, cinta tai kucing! Dasar remaja labil, bener kata Fandra bentar lagi lo juga lupa sama gue, batin Faza mengingat ucapan tunangannya tentang ceritanya bersama adik sahabatnya itu.
"Mending gue tidur ke tempatnya Franda." putus Faza mengalihkan tatapanya dari Angel yang tengah mengecupi pipi Rizal, sedangkan sahabat gadis itu terbahak karena terus mendapat serangan ciuman dari Angel.
"Damn!" umpatnya entah karena apa.
Sampai di apartemen Franda, Faza memilih untuk memasuki kamar Franda. Ia butuh mandi, sebelum wanitanya itu pulang dan melihat tampang kusutnya. Sudah sering Faza mengecewakan Franda dengan wajah tak bersahabatnya, hanya karena ulah adik sahabatnya. Franda pasti akan kembali merajuk, jika kali ini ia kembali menceritakan ulah gadis nakal itu.
Faza menghentikkan jemarinya yang melepas kancing-kancing kemejanya saat pintu kamar apartemen Fandra terbuka, ia tersenyum saat menemukan kekasih hatinya berlari kecil ke arahnya. Direntangkannya tangannya menyambut sang pujaan hati, "udah dateng, hem?" tanya Faza menciun kepala Fandra.
"Aku cuma mampir, abis ini mau pergi lagi. Aku ada pemotretan dibali." bisik Fandra ditelinga Faza. Melihat raut tidak suka Faza, buru-buru Fandra mendaratkan kecupan bertubi-tubi dibibir laki-laki itu, "jangan marah, aku janji abis kita nikah aku bakalan bener-bener berhenti Sayang. Ya, boleh ya?" tanya Fandra mengguncangkan lengan Faza, manja.
"Kita ada janji sama Mama sama Papah, kamu tahu ini kesempatan kamu untuk menarik perhatian mereka agar mereka merestui kita Franda." desah Faza.
Ya, cinta mereka tidak direstui oleh kedua orang tua Faza. Terlebih Sang Nyonya Besar- Mamanya. Wanita cantik itu benar-benar menentang keras hubungannya dengan Franda, mengingat status Franda yang bekerja sebagai model.
"Aku janji, aku janji. Abis pemotretan bikini yang ini, aku bakal hentiin semua project kerja sama aku Sayang. Boleh ya, boleh?"
"Janji?" tanya Faza serius. Kali ini ia tidak akan memberikan kesempatan lagi, jika wanita yang dicintainya ini kembali membohongi dirinya. Tidak untuk kesekian kalinya, karena sang Mama jelas lebih berarti baginya dibandingkan wanita manapun di dunia ini.
"Janji Sayang." ujar Franda, mengalungkan lengannya dileher Faza, ia tersenyum menggoda menarik tengkuk Faza agar semakin dekat dengannya, "janji Sayang." janjinya lagi, sebelum melumat bibir Fazarick Magrib, tunangannya.
*
Angel mendengus sebal saat melihat mobil dosennya yang terparkir di halaman rumah sang Papah. Rizal yang juga melihat itu memandang Angel yang berdiri disamping motornya, "itu mobil si Om kan? Dosen kita yang killernya, huh-hah itu bukan?" tanya Rizal, tak yakin karena yang memiliki mobil seperti milik dosennya juga termasuk banyak di Jakarta.
"Ijal iklan apaan? Kok huh-hah? Kerak telor?" tanya Angel, Rizal yang ditanya seperti itu melayangkan tangannya ke udara, menahan tangan Angel yang hampir saja mendarat mulus di kepalanya, "eits, nggak bisa. Ijal udah hapal gerakkannya. Hahaha." tawa Rizal menggelegar.
Mendengar tawa kencang tentu saja membuat Arsen keluar dan melihat kericuhan apa yang terjadi. Arsen memang sengaja tidak menutup pintu utama rumah keluarganya karena ke dua temannya saat ini tengah merokok.
"Lah, kok kamu baru pulang?" tanya Arsen yang melihat sang adik tengah menguncir bibir Rizal dengan jarinya.
"Main dulu, beli es kepal." ujar Angel melepaskan jarinya dari bibir Rizal. Angel mengumpat kasar saat Rizal menoyor kepalanya membuat langkah kakinya maju satu langkah akibat toyoran sang sahabat.
"Weh, pala adek gue." amuk Arsen menarik tangan Angel agar mendekat padanya, sedangkan Faza yang baru saja keluar karena mendengar ribut-ribut ikut menarik lengan Angel dan mengusap rambut Angel saat mendengar lagi-lagi Arsen berteriak tentang kepala sang adik.
"Yaelah Bang, santai ih. Gue calon imamnya Bang. Nggak-papa nyicil noyornya." usapan dikepala Angel terhent tiba-tiba, dengan cepat laki-laki bernama Fazarick Magrib itu berjalan masuk ke dalam rumah orang tua Arsen.
"Mulut lo, ogah gue Jal. Ogah punya ipar lo. Tukang ngambil roti gue kalo pagi, balik sono lo." amuk Arsen membuat Rizal terkekeh.
Angel menghembuskan nafas lelah, Abangnya dan Rizal adalah paket lengkap untuk membuat kepalanya pecah.
"Stop!"
Bukan, bukan Angel yang berteriak agar perdebatan sengit antara Arsen dan sahabat laki-laki Angel terhenti. Faza, di samping Angel berkacak pinggang sembari menunjukkan selembar kertas ke arah Arsen dan Rizal.
"Apaan Fa?" tanya Arsen heran, emang dia apaan dikasih kertas, butuh juga dikasih duit si Arsen batinnya.
"Kamu Rizal, ini hasil ujian kamu. Besok nggak usah masuk kelas saya, kamu ngulang tahun depan."
Rizal takjub di tempatnya, dosennya ini benar-benar menyampaikan hasil belajarnya di depan Arsen? Calon kakak iparnya jika Tuhan berkenan?
Gila, lebih Gila lagi saat om-om itu menarik tangan Angel- sahabatnya, agar masuk ke dalam rumah.
Sebenarnya itu rumah punya siapa sih?
to be continued...