Rasa Bisma

1561 Words
Sejak percakapannya dengan Nolla, Bella seakan memiliki semangat baru. Wanita cantik itu terlihat kembali ceria. Dia telah memutuskan tidak akan memikirkan lagi tentang perubahan sikap suaminya. Biarlah semua berjalan seperti air. Jika memang suaminya lebih nyaman dengan sikap dinginnya seperti sekarang, buat dirinya itu tidak masalah. Bella telah mengalami hal yang lebih berat dari sekedar sikap dingin seorang suami. Bahkan, nyawanya pernah hampir melayang di tangan lelaki yang pernah menjadi suaminya dulu. Jadi masalah yang menerpa rumah tangganya yang sekarang di rasa bukanlah apa-apa. Perubahan sikap Bella juga di rasakan oleh suaminya. Lelaki itu sempat keheranan dengan istrinya yang terlihat lebih santai menghadapi dirinya. “Mas ada meeting pagi, jadi nggak bisa antar kamu,” ucap Ibra memberitahu. “Bukannya Mas nggak pernah antar Bella lagi, ya?” jawab Bella santai. Bahkan, wanita itu menjawab ucapan suaminya tanpa menoleh. Dia tetap sibuk dengan sarapannya. Seolah-olah perkataan suaminya bukan suatu masalah bagi dirinya. Berbeda dengan Ibra. Lelaki itu seketika menatap istrinya yang tampak sibuk dengan makanannya. Melihat perubahan sikap sang istri membuat lelaki itu pun memicingkan mata elangnya. Menurutnya, tidak biasanya Bella seperti ini. Tak lama kemudian, tampak Bella sudah selesai dengan sarapannya. Wanita itu lantas beranjak dari duduknya dan segera berpamitan pada sang suami. “Bella berangkat dulu, ada pertemuan dengan klien jam delapan,” ucap Bella memberitahu. Tak lupa wanita cantik itu mencium punggung tangan suaminya terlebih dahulu sebelum berangkat. Meskipun dia memutuskan untuk tidak mau ambil pusing lagi dengan sikap suaminya, dia tetap menjaga marwah-nya sebagai seorang istri. Bagaimanapun, Ibra adalah suami yang harus dia jaga kehormatannya. Ibra hanya bisa menatap kepergian sang istri dalam diam. Ucapan istri cantiknya seperti sebuah tamparan bagi dirinya. Memang dia akui, sejak kedatangan Rara dia tidak pernah lagi mengantar istrinya. Bahkan, di dalam hati pria itu juga mengakui jika sekarang waktunya lebih banyak dia habiskan untuk menemani mantan kekasihnya tersebut. Bukan karena apa, Rara memang sedang butuh seorang teman. Wanita itu juga sedang sedih karena masalah yang menimpa rumah tangganya. Tanpa pria itu sadari, dia mencoba membantu mantan kekasihnya dengan mengorbankan perasaan istrinya. Bahkan, mungkin saja rumah tangganya juga sedang dipertaruhkan. Hari-hari Bella tampak semakin sibuk. Bahkan, wanita cantik itu juga sering pulang terlambat. Dia memang sengaja menyibukkan diri karena ada mimpi yang ingin dia raih. Dia ingin mengembangkan karirnya agar semakin sukses di usia mudanya dan akhirnya akan membuat namanya semakin besar pula. Kesibukan Bella juga di rasakan oleh Ibra. Suatu saat lelaki itu pulang lebih dulu dari pada Bella. Ketika dirinya masuk ke dalam kamar, dia tidak mendapati istrinya. Namun, pria itu melihat air minum sudah tersedia di tempat biasanya. Tempat istrinya biasa meletakkan gelas yang berisi air putih yaitu di atas meja sofa yang ada di dalam kamar. “Tumben dia belum pulang,” ucap Ibra pada dirinya sendiri sambil melepas dasi yang masih terpasang di krah kemejanya. Kemudian lelaki itu melangkah masuk ke dalam kamar mandi hendak membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Setelah selesai urusannya di kamar mandi, pria pemilik mata elang itu lantas masuk ke ruang wardrobe. Ternyata istri cantiknya telah menyiapkan pakaian ganti untuknya. Meskipun istrinya sangat sibuk, wanita cantik itu tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri dengan sangat baik. Bahkan, wanita itu tidak pernah lupa meminta ijin sang suami jika akan pulang terlambat. Malam semakin larut. Tepat jam sebelas malam, Bella baru memasuki kamar. Wajah ayu-nya juga tampak terlihat lelah. Setelah melihat ke sekeliling kamar tampak terlihat sepi. “Pasti di ruang kerja lagi, huh …,” lirih Bella sambil menghembuskan napas panjangnya. Kemudian wanita itu pun berjalan dan masuk ke dalam kamar mandi. Wanita itu ingin berendam di dalam air hangat yang telah dia campur dengan garam mandi. Dia berharap setelah berendam, tubuhnya akan merasa segar kembali. Kurang dari satu jam wanita itu pun akhirnya keluar dari kamar mandi. Dengan mengenakan bathrobe dia berjalan ke ruang wardrobe untuk berganti baju. Setelah selesai urusannya di dalam ruangan tersebut tak lupa wanita itu melakukan rangkaian skincare sebelum berangkat tidur. Tak memerlukan waktu lama, akhirnya mata indah wanita cantik itu pun terpejam. Rasa lelah karena aktifitas seharian telah menguras seluruh tenaganya. Meskipun begitu, Bella sangat menikmati kesibikannya. Di samping untuk mengalihkan perhatiannya juga untuk pengembangan karirnya. Malam pun semakin larut. Udara dingin juga terasa menusuk sampai ke tulang. Jam dua dini hari, Ibra tampak masuk ke dalam kamar. Lelaki itu melihat istrinya sudah tertidur pulas. Mata elangnya menatap wajah istrinya yang tampak damai di dalam tidurnya. Di dalam benaknya ada terbersit rasa bersalah karena telah mengabaikan istrinya. Tak lama kemudian ia pun menyusul sang istri naik ke ranjang dan ikut memejamkan matanya. Sekarang sepasang suami istri itu sudah tidak pernah lagi melakukan pillow talk. Berangkat tidur pun keduanya tidak pernah lagi terlihat bersama. Mereka selalu pergi tidur sendiri-sendiri. Bahkan, tak jarang Ibra tertidur di ruang kerjanya. Mereka seakan hidup dalam dunianya masing-masing, meskipun di bawah atap yang sama. Pagi-pagi buta, Bella sudah terbangun. Wanita itu melihat suaminya yang tertidur sambil memeluk perut rampingnya. Untuk sejenak mata indahnya menatap wajah suaminya yang masih terlihat terlelap. Entah apa yang ada di dalam pemikiran wanita cantik itu, hingga membuat dia menghela napas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan perlahan. Kemudian dengan perlahan, ia pun memindahkan tangan suaminya agar dirinya bisa bangun. Terpaksa wanita cantik itu berangkat pagi sebelum suaminya bangun dari tidurnya karena ada pertemuan penting dengan rekan bisnis perusahaannya. Semalam dia belum sempat bilang karena dirinya merasa kelelahan dan akhirnya tertidur dulu sebelum suaminya kembali ke kamar. Meskipun begitu, wanita itu tidak lupa mengirim pesan pada suaminya untuk memberitahunya. Wife: Mas, Bella berangkat duluan karena ada pertemuan penting dengan CEO Hagaanz, mungkin nanti juga akan pulang terlambat. Bella nggak tega bangunin, Mas. Setelah mengetikkan pesan tersebut, ia pun segera mengirimkannya ke nomor sang suami. Bagaimanapun, Ibra adalah suami sah-nya, jadi dia tetap harus bisa menghargai lelaki itu. Tiba saatnya pertemuan dengan CEO Hagaanz. Di ruang meeting yang ada di lantai Dirga, mereka tampak berkumpul untuk membahas rencana proyek yang baru mereka sepakati. CEO Hagaanz terlihat masih muda. Usianya kira-kira sama dengan CEO Himalaya & Co, Dirga Ishak. Yang dia tahu CEO Hagaanz bukan hanya sekedar rekan bisnis perusahaannya, tapi lelaki bertubuh tegap itu juga sahabat baik kakaknya sejak masih SMA yang bernama Bisma Angkasa. Lelaki tampan yang sampai saat ini masih betah hidup membujang. “Rencana yang Anda buat itu sangat luar biasa, saya yakin proyek ini akan sukses,” ucap Bisma setelah mendengar presentasi dari Bella. Pria tampan itu merasa puas dengan rencana marketing yang Bella jelaskan. Selama ini dirinya hanya mendengar kecerdasan Bella dari para pengusaha yang selalu memuji wanita cantik itu. “Terima kasih, Pak Bisma. Semua karena ada kerja sama yang baik dari rekan-rekan,” ucap Bella dengan ramah. Meskipun Bisma adalah sahabat kakak laki-lakinya, wanita itu tetap harus bersikap profesional. Di samping itu dirinya memang belum pernah bertemu dengan Bisma. Berbeda dengan Dirga, lelaki pemilik garis rahang tegas itu tampak tersenyum bangga. Pria itu merasa bangga dengan hasil kerja adik perempuannya. Memang sangat tepat julukan wanita dengan segala kecerdasannya diberikan untuk Bella. Adiknya memang cantik juga cerdas. Bahkan, sejak duduk di bangku sekolah wanita itu selalu meraih peringkat pertama. Tidak sedikit penghargaan yang dia kumpulkan dari prestasinya. Lebih dari dua jam akhirnya meeting pun berakhir. Setelah membereskan berkas-berkas, Bella dan Nolla serta peserta meeting yang lainnya mulai meninggalkan ruangan. Dirga dan Bisma tampak berjalan menuju ruangan CEO muda yang terkenal dingin arogan. Kedua sahabat itu masih ingin mengobrol karena sudah lama keduanya tidak bertemu. Setelah di dalam ruangan, keduanya langsung mendudukkan tubuhnya di sofa. Tak lama kemudian tampak OB yang sedang membawa nampan berisi minuman dan camilan datang bersama dengan Mario, asisten Dirga. Keduanya masuk setelah mengetuk pintu terlebih dahulu. Setelah minuman tersaji di atas meja, keduanya lantas pamit untuk undur diri. “Adek lo makin cantik aja, sayangnya gue telat meminangnya,” ucap Bisma sambil meraih cangkir yang berisi kopi hitam. Mendengar penuturan dari sahabat baiknya, seketika membuat Dirga mengurungkan niatnya untuk meminum kopinya. Mata lelaki itu juga langsung menatap sahabatnya yang tengah duduk tak jauh dari tempatnya. “Maksud, lo?” tanya Dirga. Lelaki itu ingin memastikan kembali ucapan Bisma. Dia mengira jika sahabatnya itu hanya sedang bercanda. “Gue suka adek lo sejak kita masih SMA, dan sampe sekarang perasaan itu masih ada, gue serius!” ucap Bisma dengan tatapan tajamnya. Lelaki tampan bertubuh atletis itu memang tidak pernah main-main terhadap ucapannya. Perasaannya terhadap Bella juga bukan sekedar perasaan sesaat dan bukan juga sekedar perasaan kagum saja. Perasaan yang dia rasakan adalah sebuah rasa seorang pria terhadapa seorang wanita. Melihat sorot mata serius dari lawan bicaranya, seketika membuat Dirga tercengang. Meskipun mereka bersahabat baik, dirinya tidak pernah tahu jika sahabatnya menyukai adik perempuannya. “Lo jangan main-main, buang perasaan lo itu! Dia udah punya suami,” ucap Dirga tidak suka. Meskipun lelaki itu adalah sahabat baiknya, dia tetap tidak suka mendengarnya. Seharusnya Bisma tidak memiliki perasaan itu terhadap wanita yang telah bersuami. Menurutnya, itu sangat tidak dibenarkan. “Gue nggak pernah main-main dan lo tau itu. Rasa gue biar jadi urusan gue dan lo nggak perlu khawatir. Gue juga tau dia udah punya suami, dan gue juga paling anti sama istri orang,” ucap Bisma. Dia tahu jika sahabatnya tidak suka dengan ucapannya, tapi dia juga harus bisa mengungkapkan perasaannya, meskipun terlambat. Paling tidak, sahabatnya sudah tahu perasaannya. Jadi dia tidak perlu lagi menutupinya. “Paling tidak gue udah ngerasa lega karena lo udah tau perasaan gue buat adek, lo,” lanjut Bisma.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD