Sebuah Pertemuan

1476 Words
Pagi hari tampak Ibra dan Bella sedang sarapan bersama. Sepasang suami istri itu makan dalam hening. Hanya terdengar suara denting sendok dan garpu. Sesekali Bella melirik suaminya yang tampak terlihat cuek. Wanita itu ingin mendengar penjelasan dari suaminya karena semalam tidak tidur di kamar. Namun, sepertinya harapan Bella sia-sia. Wanita itu tetap melihat suaminya tampak fokus dengan sarapan dan ponselnya. Apa yang dilakukan lelaki itu seakan bukanlah suatu masalah. Melihat suaminya seakan tidak berniat membuka mulutnya, membuat Bella sedikit kesal dan langsung menghembuskan napas panjangnya. Wanita itu harus tetap sabar menghadapi sikap dingin suaminya akhir-akhir ini. “Mas, nanti Bella pulang telat karena ada seminar,” ucap Bella pada akhirnya. Meskipun sedang kesal, wanita itu tetap harus mendapat ijin dari suaminya. Dia tidak ingin dibilang istri durhaka atau istri yang tidak menghargai suami. “Hhmm …” Mendengar ucapan istrinya, Ibra pun hanya berdeham sebagai jawaban. Bahkan, lelaki itu tidak mengalihkan pandangannya dari ponsel yang ada di genggamannya. Lagi-lagi Bella hanya bisa menghela napas panjang. Pagi-pagi suaminya telah berhasil menguji kesabarannya. Meskipun terpaksa, ia tetap harus tersenyum karena tidak ingin terjadi perdebatan yang nantinya akan merusak mood mereka berdua. Setelah selesai, mereka pun berangkat dengan mobil terpisah. Belakangan ini Ibra tidak pernah lagi mengantarkan sang istri dengan alasan ada pertemuan dengan rekan bisnisnya. Sekali dua kali memakai alasan yang sama, akhirnya Bella memutuskan untuk berangkat kerja sendiri. “Mas ada meeting pagi, kalau antar kamu dulu, nanti pasti telat,” ucap Ibra sambil menyodorkan punggung tangannya pada sang istri. Tak lupa Bella mencium punggung tangan suaminya sebelum lelaki itu berangkat. Kemudian mata wanita itu menatap sendu punggung suaminya yang berjalan ke mobil. Hingga mobil itu keluar dari pintu pagar rumah, Bella masih tertegun menatap kosong. Dulu suaminya pasti akan melarangnya untuk menyetir mobil sendirian. Jika pria itu tidak bisa mengantarnya, pasti sopir yang akan dia minta untuk mengantarkan istrinya. Namun, sekarang semuanya telah berubah. Suaminya seakan hidup di dalam dunianya sendiri. Bella merasa jika suaminya semakin hari terasa semakin jauh untuk ia jangkau. Kemudian wanita itu pun juga meninggalkan kediamannya. Dia melajukan mobilnya menuju Himalaya & Co. Selama dalam perjalanan, pikirannya sibuk dengan perubahan sikap suaminya. Hingga tiba di ruangannya, wanita itu memutuskan untuk langsung mengerjakan pekerjaannya. Beberapa menit kemudian, pekerjaannya pun telah selesai. Bella harus bisa memanfaatkan waktu luangnya dengan kesibukkan, karena tidak ingin mengingat permasalahan rumah tangganya. Ia pun kemudian membuat rencana kerja untuk satu minggu ke depan. Tak terasa waktu cepat berlalu. Tepat jam sebelas siang, Bella bersama dengan asisten yang sekaligus sahabat baiknya pergi menghadiri sebuah acara seminar yang diadakan di hall salah satu hotel bintang lima. Acara tersebut terlaksana tak sampai dua jam. Atasan dan asisten itu memutuskan untuk makan siang di resto yang ada di hotel tersebut. Sebenarnya pihak panitia telah menyediakan makan siang untuk keduanya, tapi mereka menolaknya secara halus dengan alasan harus kembali bekerja. Selama ini mereka memang langsung meninggalkan tempat acara setelah Bella selesai memberikan materi. Setelah keduanya duduk dan memesan makanan, tanpa sengaja mata Bella menangkap sosok yang mirip dengan suaminya. Detik kemudian wanita itu pun menajamkan pengelihatannya. *** Di sisi lain, tampak Ibra sedang duduk berhadapan dengan Rara. Wanita yang pernah mengisi ruang di hatinya itu sekarang terlihat lebih dewasa. Mata wanita itu tampak terlihat sembab seperti habis menangis. “Apa sudah kamu pikirkan dengan matang? Apa orang tua kamu sudah tau keputusan mu ini? Hidup menjanda tidak mudah, belum lagi pandangan orang-orang terhadap kamu nantinya,” tanya Ibra untuk memastikan. “Aku takut kalau harus memberi tahu mereka sekarang. Nanti setelah semuanya selesai aku pasti akan kasih tau mereka. Andai suami ku nggak kasar, mungkin aku masih sanggup untuk bertahan, tapi ini berbeda, Bra. Istri mana yang akan diam aja kalau suaminya punya wanita lain? Kalau aku tanya pasti dia akan memukul ku,” ucap Rara panjang lebar dengan mata yang terlihat berkaca-kaca. Mendengar cerita dari mantan kekasihnya membuat hati Ibra pun trenyuh. Pria itu merasa kasihan dengan nasib rumah tangga yang menimpa Rara. Ia pun berniat menolong Rara dengan mencarikan pengacara hebat agar proses perceraian wanita itu segera selesai. “Mungkin ini karma yang harus aku terima karena pernah meninggalkan kamu. Aku mohon maafkan aku, Bra. Sejak aku pergi waktu itu hidup ku nggak pernah tenang,” ucap Rara sambil meraih tangan mantan kekasihnya itu untuk dia genggam. Ibra hanya memandang tangannya yang digenggam oleh Rara. Lelaki itu tidak menolak dengan perlakuan wanita yang ada di hadapannya. Kemudian pria itu pun kembali menatap wajah mantan kekasihnya yang terlihat sedang memelas. “Aku hanya ingin tau, apa alasan kamu meninggalkan aku dulu?” tanya Ibra sambil menatap dalam ke mata lawan bicaranya. “Maafkan aku! Aku harus menikah dengan pria yang dijodohkan dengan ku. Memang sengaja aku nggak kasih tau kamu karena aku nggak mau nyakitin kamu, Bra. Selama kita bersama kamu selalu memperlakukan aku dengan sangat baik, aku nggak tega. Kamu tau sendiri bagaimana orang tua ku. Jujur, aku nyesel dulu udah ninggalin kamu. Mungkin jika kita masih bersama, pasti kita akan hidup bahagia. Aku mohon kamu mengerti posisiku!” ucap Rara menjelaskan dengan panjang lebar. Mendengar penuturan dan tatapan memohon dari wanita yang pernah dekat dengannya seketika membuat hati Ibra tersentuh. Dengan mudahnya lelaki itu percaya begitu saja ucapan Rara. Detik kemudian, senyum tipis tersungging di sudut bibirnya. Ia pun lantas memaafkan mantan kekasihnya tersebut. “Aku mengerti dan aku memaafkan kamu. Kita jangan melihat ke belakang lagi, ya,” pinta Ibra dengan tangan masih berada di dalam genggaman Rara. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata menatap dengan tatapan terluka. Hingga akhirnya sepasang mata indah itu memilih untuk pergi karena tidak sanggup untuk melihat interaksi keduanya lebih lama lagi. Deg …! Jantung wanita itu seakan berhenti berdetak. Darahnya juga terasa berdesir. Telapak tangannya seketika terasa sedingin es. Matanya menatap tepat beberapa meter ke depan. Tepatnya ke sebuah meja yang terdapat dua orang yang berlawanan jenis sedang duduk berhadapan. Suaminya terlihat sedang makan siang bersama dengan seorang wanita. Bella sendiri tidak tahu siapa wanita yang duduk berhadapan dengan suaminya karena posisi wanita itu duduk memunggungi dirinya. Hati Bella terasa sakit. Apa lagi melihat suaminya menatap lawan bicaranya di sertai dengan senyuman. Melihat itu seketika degup jantung Bella berdetak tak karuan. Senyum sang suami yang akhir-akhir ini tidak pernah ia lihat lagi. Di sana suaminya terlihat bahagia dan nyaman berbincang dengan wanita yang tidak ia ketahui identitasnya tersebut. ‘Apa dia yang menyebabkan kamu berubah, Mas?’ tanya Bella dalam hati sambil menatap sendu ke arah suaminya yang tidak menyadari kehadirannya. Melihat atasannya tampak sedang fokus terhadap sesuatu, membuat Nolla merasa penasaran. Gadis itu ingin tahu sesuatu yang berhasil menyita perhatian sang atasan. Detik kemudian ia pun mengikuti arah pandang wanita yang telah menjadi sahabat baiknya sejak dari SMA tersebut. Setelah Nolla menangkap obyek yang menjadi perhatian sahabatnya, ia pun juga tak kalah kagetnya. Di sana ia melihat suami sahabatnya tampak sedang makan siang berdua dengan seorang wanita. Kemudian dirinya kembali menatap Bella yang terlihat masih memandangi suaminya. Kali ini Nolla menangkap ada sorot terluka dari mata indah sahabatnya. “Bel … kita pindah tempat aja, ya,” ajak Nolla pada sahabatnya. Seakan baru tersadar dari lamunannya, wanita cantik itu langsung menganggukkan kepalanya. Bukan untuk berpindah tempat makan, tapi wanita itu ingin segera keluar dari sana. Rasa lapar yang sempat dia rasakan tadi sudah hilang entah ke mana. Bagaimana dia bisa menelan makanannya setelah melihat suaminya tersenyum sambil menatap lekat seorang wanita yang tidak dia kenal. Sejak kejadian di resto waktu itu, Bella terlihat sering melamun. Wanita itu juga terlihat lebih banyak diam. Senyuman di wajah suaminya masih terus menghatuinya. Bahkan, sempat timbul pertanyaan di dalam benaknya. ‘Apa selama ini dia nggak bahagia hidup bersama ku?’ batin Bella. Sejak dia melihat suaminya makan siang bersama dengan wanita asing itu, sikap Ibra juga bertambah dingin. Bahkan, Bella sering menangkap suaminya terlihat melamun. Sebagai seorang istri tentu dirinya merasa penasaran. “Mas lagi nggak enak badan, ya? Bella liat belakangan ini Mas banyak melamun,” tanya Bella sambil menempelkan telapak tangannya pada dahi suaminya. Wanita itu ingin memeriksa suhu tubuh sang suami. Sebenarnya apa yang wanita itu lakukan hanya sebuah alasan saja untuk suaminya. Tidak mungkin dia langsung bertanya penyebab perubahan sikap sang suami padanya. Tanpa Bella duga, ternyata tangan wanita itu segera ditepis dengan kasar oleh Ibra. Bukan hanya itu saja, bahkan pria itu juga berdecak sambil beranjak dari ranjang dan pergi meninggalkan istrinya seorang diri di dalam kamar. Bahkan, dengan jelas wajah suaminya juga terlihat kesal. Sungguh, sikap di luar kebiasaan lelaki itu. Melihat sikap suaminya seperti itu seketika membuat Bella tercengang. Perempuan itu merasakan seperti ada yang mencubit hatinya. Setelah suaminya menutup pintu dengan keras, tanpa ia sadari air matanya pun menetes. Pernikahannya dengan Ibra masih seumur jagung. Di mana seharusnya mereka masih merasakan suasana pengantin baru. Namun, pada kenyataannya rumah tangganya telah diuji dengan perubahan sikap suaminya. “Kenapa kamu jadi kasar begini, Mas, hiks …?” tanya Bella pada dirinya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD