Happy Reading Langit sore itu berwarna abu-abu pucat, seperti ikut merasakan duka yang menebal di udara. Asap tipis masih mengepul dari sisa-sisa puing, menyebar aroma hangus yang menusuk hidung. Alva memarkirkan mobilnya di seberang butik Yulia, dan dalam diam mereka berdua turun. Tak ada suara, hanya gemerisik pelan daun-daun kering yang terseret angin. Luna berdiri beberapa langkah di depan, tubuhnya kaku mematung. Matanya terpaku pada bangunan yang dulu begitu tinggi dengan jendela besar berbingkai putih, kini tinggal arang dan abu. Sisa plakat bertuliskan YULIA BRIDAL tergantung miring, separuh hurufnya meleleh seperti tangisan yang membeku. “Ya Tuhan…” gumam Alva pelan, nyaris tak terdengar. Dari balik kepulan asap samar, tampak garis bekas api menjalar di dinding-dinding yang