Part 14

1063 Words
Besok batas akhir transfer ya. Lewat dari itu promo spesial akhir tahun 19 pdf sudah di tutup dan harga kembali normal. Yuk gasken yang minat sama promonya. Open order promo pdf spesial akhir tahun hanya tersedia sampai tgl 31 desember selebihnya promo ini di tutup dan tidak di buka lagi ya. Ada yang berbeda untuk promo kali ini. Hanya bayar 150k readers sudah bisa dapat semua judul pdf Irie Asri termasuk pdf stay with me dan pembantuku istriku, total ada 19 pdf. Yang berminat dengan promonya silahkan chat wa author 0856-2495-6939. Pdf akan langsung dikirim ke wa atau email setelah p********n selesai. p********n bisa via bank mandiri & shopeepay. List Pdf yang didapatkan. Isi pdf sudah full dengan extra part sama seperti ebook & cetak. 1. Tuan Bara 65k 2. Om Regan 60k 3. Forced Wedding 55k 4. Mencintaimu Tak Mudah 50k 5. Devil Beside Me 40k 6. Seduce For Love 60k 7. Paksaan ternikmat 40k 8. Pernikahan Bayangan 28k 9. Unwanted Love 50k 10. My Ugly Husband 45k 11. Eternal Mistake 50k 12. 40 Days with You 30k 13. Cinta Dalam Luka 50k 14. Last Love 50k 15. Me After You 30k 16. Aku Ataukah Dia 30k 17. Mencintaimu Sekali Lagi 40k 18. Stay With Me 50k 19. Pembantuku Istriku 55k Rasanya begitu canggung itulah yang mereka rasakan sekarang. Ketika malam menjelang mau tidak mau Agam harus berbagi kamar dengan Jenar. Wanita itu memperhatikan langit-langit kamar milik Agam. Dan ia tak menyangka akan melihat banyak foto Mesya bertebaran di dinding kamar suaminya dan menjadi konsumsi rutin matanya sebelum tidur. Jenar melirik lagi ke arah seberang berjarak lumayan jauh dari tubuhnya yang tengah berbaring. Di mana terdapat Agam di sana. Mereka memang melakukan apa yang Tuan Handoko perintahkan tertidur di dalam satu kamar yang sama. Namun Agam memilih tertidur di sofa sedangkan Jenar dibiarkan untuk tidur di atas ranjang milik lelaki itu. Tetapi Jenar sampai saat ini merasa tak enak. Agam terlihat tidak nyaman tertidur di atas sofa. "T-Tuan biar saya saja yang tidur di sana." Agam seolah tak menanggapi ucapan Jenar. Lelaki itu kini beringsut berpindah membelakangi tubuhnya. "Sebaiknya kamu tidur. Sudah terlalu malam. Tidak baik untuk kesehatanmu," katanya. Membuat Jenar tak bisa lagi berbuat apa pun. Wanita itu menatap punggung Agam dengan tatapan yang sulit di artikan. Ada rasa bersalah ada juga rasa yang entah Jenar pun tak mengerti mengandung makna apa. Yang pasti ia seolah ingin lelaki itu pergi dari sana lalu memilih tidur bersamanya, memeluk tubuhnya sepanjang malam sambil sesekali mengelus perutnya. Hanya saja Jenar tak bisa mengungkapkan keinginan itu. Ia tidak cukup berani. Ia hanya wanita buruk rupa yang kebetulan melintas dalam hidup lelaki itu, sosoknya bukanlah takdir yang ingin menatap karena takdir yang sesungguhnya hanya milik wanita itu, tunangan yang sangat suaminya cintai. Ia tidak berhak menuntut hal apapun pada Agam. Jadi setelah mendengar perintah Agam. Jenar memutuskan untuk memejamkan matanya saja. Tenggelam ke alam mimpi yang semu. *** Sudah sepuluh menit telah berlalu tetapi kantuk tak kunjung datang. Agam beberapa kali berpindah posisi namun hasilnya masih sama. Ia masih belum bisa memejamkan matanya sedikit pun. Dalam keheningan yang menyelimuti Agam kemudian melirik Jenar yang tengah tertidur pulas. Menatap wajah wanita itu. Memperhatikannya dengan intens, sesuatu hal yang tak pernah Agam lakukan sebelumnya. Semakin di teliti wajahnya ternyata Jenar tidak seburuk itu. Ia seperti menemukan sesuatu yang tersembunyi di balik wajah damainya. Bentuk wajah Jenar memang bulat tak seperti Mesya yang memiliki bentuk oval, sedangkan bibirnya lebih meranum, agak sedikit tebal dari bibir kekasihnya, dan satu hal lagi. Ia tidak pernah melihat Jenar berdandan. Wanita itu selalu memakai daster hamil, atau mukanya hanya dicuci bersih tanpa sapuan bedak atau lipstik. Apa mungkin Jenar tak memiliki semua itu? Ia tidak memiliki barang yang selalu di puja oleh semua wanita? Agam terdiam. Selama Jenar menjadi istrinya. Memang ia belum pernah memberikan Jenar apapun. Mungkin besok ia akan membawa Jenar ke salon untuk membuat wajah wanita itu agar lebih fresh. Terkadang ibu hamil harus dimajakan juga kan agar tidak stres. Tubuh Agam mulai bangkit berdiri. Berjalan pelan menghampiri Jenar. Dan duduk di samping ranjang. Masih memperhatikan wanita itu. Sialan! Gara-gara kakeknya semuanya jadi seperti ini. Otaknya mungkin sudah gila, ia kini tak bisa berpikir logis. Ucapan kakeknya yang menyuruh untuk ia belajar mencintai Jenar selalu menghantui kepalanya. Tidak mungkin ia bisa mencintai Jenar. Rasa cintanya masih sangat kuat untuk Mesya. Tetapi kenapa sekarang setelah ia menatap wajah Jenar dan meneliti setiap pahatannya, terutama di bagian bibir Jenar ia malah merasakan keinginan untuk mencicipi bibir ini lagi? Agam bahkan sudah lupa bagaimana rasa dari bibir Jenar. Kenapa ia begitu penasaran sekarang? Haruskah ia mencobanya lagi mumpung wanita ini masih tidur. Agam menelan salivanya susah payah. Ya, ia akan mencuri kecupan sekali dan tidak membiarkan Jenar mengetahui hal memalukan ini. Demi Tuhan ia akan melakukannya hanya sekali saja. Untuk mengusir rasa penasarannya. . . . Sementara itu Jenar merasa terusik dalam tidurnya saat benda kenyal terasa menempel di bagian bibirnya. Tadinya ia pikir sedang bermimpi tetapi semakin lama rasanya gerakan benda kenyal itu semakin menggangu. Jenar bahkan merasakan kini bibir bawahnya sedang di sedot kuat. Sampai membuat Jenar terkejut dan langsung membuka mata. Sedetik kemudian kelopak mata Jenar terbelalak lebar saat menemukan wajah Agam tersaji di depan wajahnya. Lelaki itu sedang memainkan bibirnya sambil menutup mata. Jemari Jenar refleks menghentikan ulah Agam. Ia langsung mendorong kuat d**a lelaki itu hingga ciuman Agam berhasil terlepas. "Tu-Tuan..." Jenar menutup mulutnya masih terlalu kaget dengan ulah Agam yang terjadi barusan. Agam sendiri terlihat langsung salah tingkah. Ia beringsut menjauhi Jenar sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. "Maaf a-aku..." penjelasan seperti apa yang harus Agam muntahkan. Sialan! Jenar pasti membencinya. Ia dengan lancang mencuri kecupan bahkan sebuah ciuman dari bibir wanita itu. Lebih baik Agam kabur dari sini. Tidur sekamar dengan wanita berperut buncit memang berbahaya. Otak Agam jadi ikut-ikutan tak waras. Agam buru-buru meraih selimut miliknya dan bergegas melangkah ke arah pintu. Sebelum ia berlalu keluar Agam terlebih dulu menatap Jenar dengan rasa bersalahnya. "Maaf membangunkanmu. Lebih baik kamu tidur lagi. Aku akan tidur di ruang tamu." Blam! Lalu pintu kamar itu tertutup sempurna. Menyisakan Jenar yang terdiam kaku di tempatnya. Wanita itu masih terlalu shock dengan perlakuan Agam. Perlahan Jenar menyentuh bibirnya, masih basah. Rasanya masih membekas. Apa ini hanya mimpi? Tuan Agam tidak mungkin tertarik untuk menciumnya kan? Mungkin semua ini hanyalah sebuah mimpi. Mimpi yang tak mungkin menjadi kenyataan. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD