- DUA -

1216 Words
    Cklek Pintu kamar hotel di buka dari luar oleh Afdhal, dan itu bersamaan dengan Shani yang terlihat baru selesai mandi. Karena, gadis itu masih mengenakan kimono handuk dengan rambut sedikit basah. Ehem Ia berdehem sekali, suasana canggung terasa sangat kental. Bahkan, pria bertubuh tegap itu berhenti melangkah. Melirik Shani yang berjalan menuju pantry untuk mengambil minum atau membuat minum. "Tadi aku nyari kamu, dan gak taunya lagi ngobrol sama Cio di taman " ujar Shani, menuangkan air panas kedalam gelas. Afdhal langsung menegang seketika, matanya melirik pada Shani dengan was-was. "Dan aku mendengarkan semua yang kalian bicarakan " lanjut Shani, mengaduk minuman nya. Kemudian baru berbalik menatap Afdhal yang masih berdiri membeku di belakang pintu. "Bisa kamu jelas kan, maksud dari ucapan kamu? Karena, aku sama sekali tidak menyangka kalau ternyata kamu menyimpan banyak rahasia." Jelas Shani menatap nya dengan tajam dan begitu menusuk. Pria yang masih mengenakan seragam pengantin khas Aceh itu terdiam. Mata itu menghindari tatapan Shani padanya. Ada ke khawatiran di sana. Tapi, cowok itu dengan pintar menyembunyikan nya. "Apapun yang kamu dengar, dan apapun yang kamu persepsi kan terserah kamu Shani. Karena, apapun penjelasan ku kamu tidak akan mempercayai ku. " Ujar Afdhal akhirnya membuka suara. "Kamu tenang aja, aku tidak akan ikut campur dalam hidup kamu, kalau kamu tidak mengizinkan nya. Permisi " dan Afdhal berlalu masuk kedalam kamar. Shani terdiam di balik meja bar, bahkan coklat panas yang ia buat tidak ia sentuh lagi. Memikirkan setiap perkataan Afdhal barusan. Membuatnya semakin bingung dengan pria itu.   Ting Notif dari ponsel nya berbunyi, membuatnya langsung meraih benda kecil persegi di dekat nya itu. Ada sebuah chat masuk dari Cio. Cio : Ci, aku mau bicara. Bisa kita ketemu ?. Ia menghela napas beratnya, perasaan bersalah menyelimuti nya. Ia sungguh tidak bisa berbuat apapun untuk hubungan mereka. Matanya kembali menatap pada pintu kamar yang di masuki oleh Afdhal barusan. Dan kemudian baru membalas Chat dari Cio. Shani : bisa, besok kita ketemu di tempat biasa. See u sayang.. Ia kembali menyimpan hp nya, dan meneguk sedikit coklat panasnya. Lalu kemudian berlalu masuk ke dalam kamar untuk mengenakan pakaian nya. *** Di tempat lain, di kediaman keluarganya Cio terlihat duduk termenung di gazebo rumahnya. Dengan tatapan mata kosong ia menatap air kolam di depan nya. Pria itu terlihat tidak bersemangat, lebih banyak diam akhir-akhir ini. Membuat orang rumah menjadi khawatir. Dan mencemaskan nya. Terutama sang Mama, tidak pernah - pernah ia melihat anak nya terpuruk seperti ini. Ia sangat tau bagaimana Cio sangat mencintai Shani. Jadi, ia memahami bagaimana perasaan anak laki-laki nya itu sekarang ini. "Sayang, belum tidur ?" Beliau menghampiri Cio yang termenung dan membuat tenung nya teralih. "Gak ngantuk " jawab Cio dengan suara serak. Mama Ve mengulum senyum kecil, beliau duduk di samping anak nya. Kemudian tangan nya mengusap kepala Cio dengan sayang. "Ma, Cio cinta sama Ci Shani " ujar Cio tanpa menoleh. Mama Ve mengangguk, ia langsung memeluk anak nya dengan sayang. Mencoba untuk sedikit memberi kekuatan pada anak nya itu. "Kenapa mereka tega sama kami ?" Diam-diam beliau tau kalau kondisi seperti ini akan terjadi. Konflik antara keluarganya dengan keluarga Shani cukup banyak. Mulai dari kasus almarhum Papa Shani, sampai pada kasus Daffa dengan nya. Dan ia sempat mengkhawatirkan hal tersebut. Kemudian akhir nya benar-benar terjadi. Ia tidak tau harus menanggapi nya seperti apa?. Dan harus bagaimana?. Bahkan, kondisi kedua keluarga tidak lagi akrab seperti dulu. Ada jarak yang tidak terlihat di antara mereka. Hanya saja, Cio dan Shani tidak menyadari itu. Tapi, ia dan suami nya jelas bisa merasakan nya. "Cio, saling mencintai bukan berarti harus bersama " jelas Mama Ve dengan hati-hati. "Enggak Ma, Aku gak bisa kalau enggak sama Ci Shani. Aku cuma mau sama dia, Ma. " "Ci Shani sekarang istri orang " "Tapi, Shani tidak mencintai Afdhal. Ci Shani tidak menginginkan pernikahan itu! Ia terpaksa!" Jelas Cio dengan tegas. Mama Ve menghela napas, mengusap kepala anak nya yang sedang panas. Percuma ia bicara apapun sekarang ini. Cio tidak akan mengerti, karena terlalu emosional saat ini. Jadi, lebih baik ia memberi waktu. Suatu saat nanti, Cio akan mengerti dan paham dengan semuanya. "Ci Shani, pasti sangat tertekan sekarang." Gumam Cio sedih, membayangkan wanita yang sangat ia cintai menjadi tertekan dengan semua beban yang di jatuhkan pada wanita itu. *** Afdhal menaruh bantal di sofa panjang yang ada di ruang depan. Dan, kemudian membaringkan tubuh lelah nya di sana. Lampu telah ia padam kan, dan kedua matanya menerawang ke langit-langit kamar hotel mewah yg mereka tempati. Ia sangat tau, kalau keputusan yang ia ambil salah. Dan, semua ucapan Abang nya terngiang-ngiang di dalam kepalanya. Keputusan nya telah membuat banyak orang kecewa. Terutama keluarga nya. Walau mereka tidak mengatakan nya, tapi diam keluarga nya bukan berarti telah setuju dengan keputusan nya. Mereka, diam karena tidak tau harus mengatakan apa. Seandainya wanita yang ia nikahi bukan Shani, sudah pasti keluarganya akan menyambut dengan suka cita. Atau seandainya mereka tidak tau tentang Shani dan Cio. Tapi, keluarganya tau dengan jelas siapa Shani dan siapa Cio. Keduanya telah menjalin hubungan cukup lama. Dan ,kini ia telah menghancurkan nya.   Huft Ia menghembuskan napas kasar, memejamkan kedua matanya. Berharap ia bisa melupakan segala yang terjadi beberapa Minggu ini. Tapi, ia tidak sama sekali menyesali keputusan nya. Baginya, semua ini telah di atur oleh yang maha kuasa. Ia sebagai seorang hamba hanya menjalani skenario yang telah di tulis oleh Tuhan padanya. Mungkin, Shani dan Cio tidak lah berjodoh. Sehingga Tuhan membuat jalan takdir yang berbeda untuk keduanya. Tidak jauh berbeda dengan Afdhal, di dalam bilik kamar. Shani tidak dapat tidur. Ia masih memikirkan semua yang telah terjadi. Tentang pernikahan nya, bagaimana ia harus bersikap?. Menjadi istri seutuh nya untuk Afdhal.? Jelas ia tidak bisa. Hati nya milik Cio, dan ia menyangkal itu. Ia ingin bersama pria yang di cintai nya. Ia tidak menginginkan pernikahan ini. Dan, ia rasa Afdhal juga sama. Toh, tujuan cowok itu hanya untuk membalas dendam pada Cio. Dan ia tentu tidak akan bisa membiarkan itu terjadi. Ini semua tidak ada hubungan nya dengan Cio. Permasalahan mereka tidak ada sangkut pautnya dengan Cio. Jadi, tidak adil untuk Cio bukan ?. Jadi, ia tidak bisa membiarkan Afdhal menyakiti Cio. Ia akan menjadi orang pertama yang akan berdiri di depan Cio dan membela nya. Dan tentang pernikahan ini, semua hanya lah status. Ya, hanya sebuah status saja. Dan, sampai waktu nya tiba. Dengan perlahan ia akan menyakinkan Opa dan Oma nya, kalau keputusan mereka salah. Ia tidak akan pernah bahagia dengan pernikahan terpaksa ini. Shani sangat tau, kalau Opa dan Oma nya sangat menyayangi nya. Jadi, kalau mereka bisa melihat betapa hancur nya ia maka, mereka tentu tidak akan bisa menolak jika suatu saat nanti ia memilih pisah. Jadi, untuk sementara ini ia akan membiarkan nya dan menjalani semua nya sesuai dengan ke inginan keluarga nya. Tapi, jika nanti sudah waktu nya. Maka, ia akan kembali pada Cio. Ia tau, pria itu akan menunggu nya. Dan, akan selalu setia dalam mencintai nya. Begitu juga dengan dirinya. Untuk sementara ini, ia akan membiarkan Afdhal menang lebih dulu. Dan, pada waktu nya nanti ia akan menggagalkan semua rencana suami nya itu. Dan menjatuhkan nya dengan telak. Membuat suami nya menyesal atau keputusan yang ia buat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD