- SATU -

1309 Words
Dari sekian banyak laki-laki mengapa harus Afdhal?. Dari banyak nya manusia, mengapa harus dia?. Itu terus berputar di dalam kepalanya, ia tidak percaya kalau Opa nya akan melakukan ini padanya. Mengapa harus laki-laki yang dekat dengan dirinya dan Cio. Mengapa harus Afdhal?. Opanya jelas tau, kalau Afdhal adalah adik ipar nya Shania yang tidak lain adalah kakak Cio. Dan, sekarang malah menjodohkan nya dengan Afdhal. Sang Opa seolah tengah membuat perang dalam keluarga mereka berdua. Ia masih ingat dengan jelas bagaimana reaksi Cio malam itu. Bagaimana terkejut nya pria itu,?. Dan bagaimana terluka nya laki-laki itu?. Ia memiliki kesempatan untuk menolak, atau protes namun ia harus berfikir seribu kali untuk mengulang kembali kesalahan nya. Bisa saja, Opa nya kembali drop. Dan mungkin lebih parah. Jadi, ia memilih untuk diam saja dan seolah menerima semua yang telah di rencanakan oleh sang Opa. Sehingga di sini lah ia berada sekarang ini. Duduk manis di tengah-tengah para tamu undangan. Di samping seorang pria yang ia rasa mulai asing sekarang. Afdhal, laki-laki yang ia kenal cukup baik. Kini, akan menjadi suami nya. Ia tidak bisa menebak apa yang sedang di fikirkan oleh laki-laki itu. Mengapa laki-laki itu hanya diam saja, dan menerima semuanya ?. Apa sebenarnya yang sedang di fikirkan oleh Afdhal? Bahkan, laki-laki itu hanya menuruti semua ucapan sang Opa. Afdhal seharusnya bisa menolak, karena Opa tidak akan memaksa. Tapi, cowok itu hanya diam saja dan bahkan dengan berani membawa kedua orang tua nya ke hadapan Oma dan Opa. "Bukan kah, kesehatan Opa mu sangat penting?. Beliau orang baik, dan aku tidak tega untuk menolak nya. " Itu jawaban Afdhal ketika ia menanyakan hal itu pada pria itu setelah malam pertunangan itu. Dan ia pun diam, namun tetap saja semuanya terasa janggal. Ia mengangkat wajah nya, mengitari pandangan ke sekitar nya. Dan, tidak melihat kehadiran Cio atau keluarga cowok itu. Bahkan, Shania juga tidak ada. Hanya ada Khalif dan keluarga Afdhal saja. Ia bisa melihat raut wajah Khalif yang menjadi serba salah saat ini. "Saya terima nikah dan kawin nya Shani Indira Damian Rustam dengan mas kawin yang tersebut di bayar tunai!" Ia sedikit terkejut mendengar suara lantang Afdhal di samping nya. Yang entah sejak kapan, ijab Kabul telah di mulai. Ia terlalu banyak melamun, sehingga tidak menyadari kalau ijab Kabul telah di mulai oleh Omnya, yang menjadi wali dirinya. "Sah?" "SAH!". Ia menggigit bibir bawahnya sendiri, merasakan perasaan yang gundah dan campur aduk. Ada luka yang sangat dalam, dan ada rasa sakit yang ia rasakan dengan begitu nyata adanya. Meski tanpa wujud. Detik ini juga, ia telah resmi berstatus nyonya Afdhal Wahed. *** "Kenapa loe ngelakuin ini?" Cio bertanya dengan nada sangat amat rendah pada Afdhal yang berdiri di belakang nya. Di sela resepsi, ia datang menemui Afdhal kembali. Ingin meminta penjelasan atas apa yang tengah terjadi. Dan mengapa, Afdhal tidak sama sekali menolak perjodohan itu. Padahal, ia tau jelas kalau dirinya sangat mencintai Shani. "Sorry " jawab Afdhal dengan nada pelan. Cio tersenyum kecut, air matanya jatuh begitu saja. Ia menengadahkan wajah nya ke atas mencoba menahan segala rasa sakit dan hancur dalam bersamaan. "Jujur sama gue, selama ini loe suka dia kan ?" "Cio, gue juga kejepit di sini" ujar Afdhal. Lagi-lagi Cio tertawa hambar, kemudian ia berbalik menatap lekat pada Afdhal. Suasana salah satu taman yang ada di sebuah gedung hotel berbintang tampak sepi, hanya ada mereka berdua di sana. Dalam balutan baju pengantin khas Aceh, Afdhal menatap Cio dengan rasa menyesal. Namun, Cio membalasnya dengan tatapan tajam penuh kemarahan. "Bulshit! Tau enggak!!" Ujar Cio dengan nada dingin. Kedua matanya memerah, menatap Afdhal dengan penuh emosi. "Loe mau balas dendam?!" "Loe mau gue ngerasain apa yang pernah Bang Khalif rasain?!!" Bentak Cio mencengkram kerah baju nya. Afdhal langsung terdiam, menatap lekat dalam bola mata Cio. Kemudian menyunggingkan senyum nya. Ia mendorong Cio menjauh. "Kalau iya, kenapa ?!" Perubahan raut wajah Afdhal langsung membuat Cio terkejut. "Gak semua yang loe mau, bisa loe dapetin!!. Taufan Dwiki terlalu jumawa!! Opa loe!! Terlalu sombong dengan apa yang dia punya!!". "Abang gue, hampir mati di tangan dia!! Abang gue kehilangan impian nya karena kekejaman Opa loe!!" Afdhal nyaris berteriak mengatakan itu. "Bahkan Opa loe, nyaris ngancurin usaha Abang gue!! Kalau bukan karena kebaikkan Abang gue!!Gue yakin, Opa loe membusuk di penjara!!!". Cio langsung terkejut, tidak percaya dengan semua yang di katakan oleh Afdhal. Benarkah, selama ini Afdhal menyimpan dendam pada keluarga nya.?. Tapi, selama ini ia terlihat baik-baik saja. Tunggu! Ia sepertinya melewatkan satu hal. Ia baru ingat, kalau Afdhal tidak pernah datang berkunjung ke rumah nya di saat keluarganya datang. Afdhal tidak pernah mau ikut jika keluarganya mengadakan acara. Afdhal juga tidak pernah mau, menyertakan diri setiap keluarganya dan keluarga Afdhal melakukan pertemuan. Apa selama ini, Afdhal menyimpan nya sendiri ?. Ia tidak buta atas apa yang telah Opa nya lakukan pada Bang Khalif. Tapi, bukan kah semua sudah berlalu?. "Dan satu lagi!" Lanjut Afdhal. "Tidak ada keluarga yang rela, menikah kan anggota keluarganya dengan orang yang menjadi penyebab kematian salah satu anggota keluarga nya. Secara tidak langsung, kematian Papanya Shani ada campur tangan keluarga loe!. Jadi, semua ini bukan salah gue. Cio.!" Lanjut Afdhal, dan sukses membungkam Cio. Pria itu langsung berbalik dan berlalu pergi. Ia sudah selesai dengan Cio. *** Shani berendam di dalam bathup dengan kedua mata terpejam. Tubuh nya tiba-tiba merasa kaku dan merinding seketika. Ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar beberapa jam yang lalu. Saat ia mencari Afdhal untuk berbicara berdua, dan ternyata menemukan cowok itu tengah bersi tegang dengan Cio. Saat itu lah, ia mendengar semua isi pembicaraan keduanya. Ia kaget bukan main. Ternyata Afdhal yang selama ini mereka kenal sungguh berbeda. Cowok itu seolah memiliki dua kepribadian. Afdhal yang selama ini mereka kenal, sangat pengertian. Baik, ramah dan selalu bertutur sopan. Tapi, apa tadi?. Pria itu mengatakan, kalau ia tidak bisa menolak perjodohan ini karena ingin membalas dendam.?. "Kalau iya, kenapa ?!" Perubahan raut wajah Afdhal langsung membuat Cio terkejut. "Gak semua yang loe mau, bisa loe dapetin!!. Taufan Dwiki terlalu jumawa!! Opa loe!! Terlalu sombong dengan apa yang dia punya!!". Afdhal mengatakan itu dengan nada penuh emosi. Dan juga penuh kemarahan, ia sendiri juga tidak akan menutup mata tentang apa yang di alami oleh Khalif. Tapi, semua nya setimpal menurut nya. Akhirnya, Khalif mendapatkan apa yang di inginkan. Dan Taufan Dwiki menyerahkan Shania pada Khalif. Lalu, mengapa Afdhal masih mempermasalahkan itu semua.?. Semua kini menjadi sebuah misteri di dalam kepalanya. Dan bertanya-tanya dalam hati, seperti apa sebenarnya sosok Afdhal?. *** "Dek Gam!" Afdhal menghentikan langkah nya yang hendak memasuki kamar hotel tempat nya berada. Dan menoleh, pada orang yang memanggil nya. "Bangdek!" Ujar Afdhal dengan suara pelan. "Abang deungoe peu yang ka peugah ngoen Cio, Sat nyoe ( Abang dengar dengan apa yang kamu bicarakan dengan Cio tadi.). Afdhal langsung menelan ludah nya, kemudian menghela napas berat nya. Ia langsung membuang muka nya ke samping. "Kalau Mak dengan Ayah, atau Abang tau semua nya, bisa habis kamu!!" Ucap Khalif dengan tegas dan marah. Afdhal memilih diam saja. Tidak menyaut atau membela diri. "Kenapa sih? Hah?. Dhal, jangan ngancurin hubungan persaudaraan kita!. " Afdhal tetap memilih diam, tidak bisa menyaut atau membela diri. Ia tau, kalau Abang nya itu tengah marah besar. "Sesuatu yang di mulai dengan tidak baik, tidak akan berakhir baik. Kalau niat awal saja sudah jahat, maka jangan berharap kalau akan berakhir bahagia. Semua ada timbal balik nya. Bangdek, yakin kamu tau itu!" Ujar Khalif lagi. Walau pria itu mengatakan semua dengan raut begitu tenang dan santai. Namun, semua nya jelas berbeda. Khalif sedang marah dan kecewa berat pada kelakuan adik nya. Dan, ia tidak bisa mendukung nya. Setelah mengatakan itu, ia langsung berbalik pergi. Meninggalkan Afdhal yang terdiam di tempat. Pria itu sedang merenungkan semua ucapan Abang nya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD