Dokter yang sempat Sumi tanyai langsung berlalu meninggalkan kebersamaan Ipul dan Mey yang masih disertai Rafael.
Rafael yang masih menatap Ipul dengan sangat serius pun berkata, “kenapa kamu menangis?”
“Sakit ….”
Tak ubahnya dengan jawaban singkat yang Ipul berikan, mendengar jawaban itu pun Rafael ikut merasa sangat sakit. Pun dengan Mey yang sampai terdengar terisak-isak seiring tubuh wanita itu yang terguncang pelan. Rafael menjadi tidak tega dan serba salah harus menenangkan yang mana.
“Dia anakmu! Kamu masih tidak mau menerimanya? Kamu saja begitu, apalagi orang lain! Mikir, kamu, Pul!” tegas Rafael dengan suara lirih. Telunjuk kanannya menunjuk-nunjuk kepalanya sendiri. “Kalau kamu enggak mau urus, biar aku yang urus!”
Ipul menggeleng cepat seiring tubuh loyonya yang menunduk.
