Bab 6

1214 Words
"Aku calon ratu di rumah ini. Aku datang kesini untuk memberitahu Kakek kalau dia akan memiliki cicit… Pyar Clara melempar keras pipi Febi, hingga Febi terjatuh ke lantai dan tidak sengaja bagian tubuh Febi terbentur kaki meja di halaman rumah, hingga Febi langsung mengaduh kesakitan sambil menekan di bagian perutnya yang terasa sakit. Clara sendiri sangat terkejut mendengar rintihan yang terdengar begitu sangat kesakitan dari Febi, bahkan sangat tidak percaya kalau apa yang dirinya lakukan sampai menyakiti kandungan Febi. Clara benar-benar tidak percaya dengan reaksi yang diperlihatkan oleh Febi, Karena tujuan Clara hanya menampar Febi, bukan bertujuan untuk menyakiti bayi yang ada dalam kandungan Febi. Clara menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya karena terkejut, bahkan tangan Clara sampai bergetar karena tidak percaya melihat akhir dari apa yang dirinya lakukan terhadap Febi. Clara juga bingung, apa ia harus percaya melihat Febi kesakitan. Clara tidak bisa membedakan, apakah memang Febi kesakitan, atau hanya ingin drama dan mengadu pada Soni. "Ahhh,sakit! Sialan kamu Clara!" teriak Febi dengan begitu lantangnya, karena Febi benar-benar merasa sangat kesakitan. Sekarang Clara mulai merasa percaya kalau Febi memang sedang menahan sakit, bukan sedang menjalankan drama seperti biasanya. "Apa yang kamu lakukan, Clara!" teriak Soni dengan lantangnya, bahkan terdengar sangat jelas kalau Soni sedang murka. Clara sendiri semakin terkejut saat mendengar suara Soni, hingga dengan refleknya Clara membalikkan badannya dan melihat wajah marah Soni. Soni langsung berlari mendekati Febi, lalu menggendong Febi untuk segera dibawa ke rumah sakit. Soni berharap, tidak akan terjadi sesuatu dengan bayi yang ada dalam kandungan Febi, karena Soni sangat menantikan anak dari Febi. Febi langsung menangis sesenggukan dalam gendongan Soni sambil berteriak mengatakan sakit. "Kalau sampai terjadi sesuatu dengan anakku, maka nyawamu sebagai gantinya." Ujar Soni dengan penuh ancaman, saat Soni ingin melewati Clara, namun tidak membuat Clara merasa terancam saat Soni melempar kata ancaman tadi pada dirinya. Clara masih diam mematung karena Clara masih belum tersadar dari keterkejutannya. Clara tidak percaya kalau perlakuan santainya terhadap Febi, bisa berakhir membuat Febi kehilangan bayi yang iya kandung. Mengingat kata Bayi, Clara merasa hatinya sedikit sakit, karena jujur saja, Clara tidak pernah berniat menyakiti kandungan Febi. "Aku bersumpah demi apapun, aku tidak berniat untuk membunuh bayi itu. Aku tidak ada niatan untuk menjadi seorang pembunuh. "Ujar Clara dengan air mata yang sedikit menetes, lalu dengan cepat Clara menghapusnya secara kasar. " Aku yakin, Febi pasti bisa melindungi anaknya, dan aku yakin, apa yang tadi aku lakukan tidak akan membuat Febi kehilangan janinnya. "Kata Clara dengan penuh keyakinan, karena Clara memang tidak menyakiti bayi yang ada di kandungan Febi. Niat Clara hanya ingin memberi pelajaran pada Febi, agar Febi tidak memberitahu Kakek Bastian mengenai kehamilannya. Sebenarnya bukan karena Clara takut posisinya sebagai istri dari Soni tergeser, hanya saja Clara tidak ingin membuat Kakek Bastian syok saat mendengar kabar kehamilan tersebut. Soni terburu-buru membawa Febi ke rumah sakit, karena Soni tidak ingin terjadi sesuatu dengan bayi yang ada dalam kandungan Febi. Sedangkan Febi sendiri masih terus menangis menahan sakit di perutnya, dan memiliki keyakinan yang begitu sangat tinggi kalau bayi yang ada dalam kandungannya sudah tidak bisa ia selamatkan. "Semoga aja aku masih bisa mempertahankan bayi yang ku kandung. Kalau aku gagal mempertahankan dia, otomatis aku juga akan gagal menjadi istri Soni. "Gumam Febi dalam hati, saat ia merasa perutnya begitu sangat sakit. Febi takut kehilangan janinnya karena Febi tidak ingin gagal menjadi istri Soni bukan benar-benar sayang pada janinnya. Sangat kejam memang, tapi ya begitulah Febi, Febi hanya butuh kesenangan, tidak butuh yang lain. Makanya Febi takut kehilangan janinnya karena Febi sudah merasa yakin, dirinya tidak akan bisa lagi menikmati sebuah kesenangan kalau bayi yang ada dalam perutnya tiada. Febi sudah terlanjur merasa sangat nyaman berada selalu mendapat perhatian khusus dari Soni, bahkan Soni sangat memanjakan dirinya saat mendengar kabar kehamilannya. Tidak hanya memanjakan dengan sebuah perhatian, tapi apa yang diinginkan olehnya pasti Soni penuhi. Clara yang merasa sedikit takut dan frustasi secara bersamaan di mana Clara merasa frustasi dengan masalahnya, masalah tentang Kakek Bastian yang tidak bisa menemui tuan muda yang sempat mendapat peluang untuk memperkenalkan tuan muda tersebut dengan dirinya, kini malah dirinya mendapat masalah baru tentang apa yang dirinya lakukan terhadap Feby. Clara langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi dan membawanya ke klub malam untuk menghilangkan rasa pusing akibat masalah yang terus datang secara bertubi-tubi. Setelah Clara puas bermain di klub malam, dengan cepat Clara keluar dari klub tersebut, dan memilih melajukan mobilnya menuju ke arah rumah Satria, di mana Clara merasa sudah cukup lama dia mengabaikan pria simpanannya itu. Clara memarkirkan mobilnya secara sembarangan di rumah Satria, lalu masuk ke dalam rumah Satria seperti biasa. Karena memang di rumah itu hanya ada Satria, jadi tidak ada satu orang pun yang berani melarang atau mengomentari tentang kedatangan Clara. Brak Clara masuk ke dalam kamar Satria, dan Clara menyipitkan sedikit matanya saat melihat Satria sedang memangku laptop di sofa Satria yang terkejut melihat kedatangan Clara yang tiba-tiba. Satria langsung meletakkan laptopnya tersebut di atas meja kecil yang terbuat dari kaca bening itu, lalu berdiri dan Menatap Clara yang terlihat sedang tidak baik-baik saja. Yah, Satria melihat Clara seperti seorang sedang mabuk, meski Satria juga tidak begitu yakin kalau Clara sedang mabuk, karena Satria melihat Clara masih bisa berjalan dengan normal, dan tidak terlihat sempoyongan. Clara ingin melewati Satria untuk istirahat di ranjang Satria seperti biasanya, namun dengan cepat Satria menahan pinggangnya, dan menekan pinggang Clara hingga tubuh keduanya saling berdempetan. "Kamu minum?" tanya Satria penuh selidik. "Hanya sedikit." Jawab Clara Seraya mencoba untuk melepaskan tangan Satria yang menahan pinggangnya dari belakang. "Ada apa denganmu, sampai membuatmu jadi seperti ini? "tanya Satria yang sedikit penasaran, karena tidak biasanya Clara datang ke rumahnya dalam keadaan sedikit mabuk, meski Clara masih sepenuhnya sadar. "Tidak terjadi sesuatu." Ujar Clara yang merasa tidak perlu memberitahu Satria. Satria yang mendengar jawaban Clara langsung memutar tubuh Clara dan menjatuhkan tubuh Clara bersamaan dengan aksi dirinya yang langsung menindih tubuh Clara. "Disini aku tidak hanya mencium aroma bau alkohol, tapi juga bau-bau rahasia. Rahasia apa itu?" tanya Satria yang membuat Clara tersenyum, lalu meraba d**a Satria dengan penuh godaan. Satria meresapi sentuhan tangan Clara, hingga dengan terpaksanya Satria langsung membuka matanya saat mendengar suara Clara. "Harusnya aku ke rumah sakit. Membuktikan pada semua orang ataupun dokter kalau aku tidak melakukan apapun pada kandungan Febi" lirih Clara pelan, namun masih terdengar sangat jelas di telinga Satria. "Untuk apa kamu ke rumah sakit?" tanya Satria penasaran "Aku tidak sengaja menampar keras pipi Febi, kekasih dari suamiku. Tapi, yang jelas aku tidak tahu, dan sekaligus tidak percaya kalau tamparan itu berakhir dampak yang buruk pada kandungan Febi. Satria yang mendengar jawaban Clara langsung menerbitkan senyumnya. Menurut Satria, dia benar-benar mendapatkan jackpot besar saat Satria tahu Kalau Febi, kekasih dari Soni hamil, anak dari cucu satu-satunya Kakek Bastian. "Jadi dia hamil?" tanya Satria untuk memastikan. "Benar." Jawab Clara tegas, yang langsung mendapat anggukan cepat dari Clara. "Saat kamu tahu tentang kehamilan dia, apakah kamu tidak memiliki keinginan untuk hamil seperti dia? "tanya Soni merasa penasaran dengan jawaban yang akan diberikan oleh Clara. "Sebesar apapun keinginanku untuk memiliki anak, sudah ku yakini sepenuh hati kalau anakmu itu akan…" Satria langsung melumat bibir Clara dengan penuh kerakusan, hingga Clara terpaksa menghentikan kalimatnya. "Aku ingin kamu juga hamil seperti wanita itu sekarang juga." Ujar Satria dengan penuh ketegasan yang Langsung melumat bibir Clara ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD