Ting... Tong...
Pesanan Pizza Delivery telah datang Chandra mengambilnya dan berikan bayaran kepada pengantar Pizza tersebut. Fera baru saja selesai mandi dan mengganti baju menjadi piyama Doraemon.
Wajah berbinar - binar pun tercermin, kan, oleh wanita itu. Dia langsung meraih bungkusan Pizza Hut ukuran medium dari tangan suaminya.
"Taruh di piring dulu," ucap Chandra kepada Fera.
"Untuk apa di piring, makan begini lebih enak daripada piring tak seberapa itu!" celetuknya dibuka kotak Pizza-nya aroma benar menggoda perutnya dan air liur pun menetes.
Dia pun mengambil sepotong Pizza-nya yang sudah tersedia potongan beberapa bagian. Chandra meletakkan piring di atas meja tersebut. Dia juga mengambil potongan Pizza itu dari kotak ukuran Medium.
Dilirik sebentar Fera begitu lahap dengan makanan Pizza-nya. Fera memang sangat suka dengan makanan barat seperti Spaghetti, Burger, Pizza, steak, Hot dog, sejenis makanan barat ala orang luar negeri paling disukai. Tidak heran dia suka menghamburkan uang demi kesenangan sendiri tanpa memikirkan makanan lokal.
"Rasanya enak?" Chandra bertanya kepada istrinya.
Mulut Fera dipenuhi oleh Pizza-nya sehingga saus sambal tomat menempel di pipi sudut bibirnya. "Phasti Uenak dong, Cobha shaja..." jawabnya dengan mulut masih penuh sangat sulit jika berbicara.
Chandra memotong Pizza dengan pisau dan garpu. Fera mengambil lagi potongan berikutnya, posisi duduknya tidak beretika, satu kaki naik ke atas sofa sedangkan satunya lagi di lipat ke dalam.
Chandra tidak tenang menatap sikap istrinya yang tidak memiliki sopan santun. Akan tetapi dia merasa nyaman lihat sikap seperti itu tidak dibuat-buat sama sekali oleh wanita ini.
"Hhhh... Aku sudah kenyang, tinggal sepotong lagi, kau makan, ya." Fera bangkit dari duduknya untuk cuci tangan dan mengambil minuman di dapur.
"Tunggu sebentar."
Fera melebar dua bola matanya bulat-bulat. Debaran jantungnya kembali berdetak lebih cepat. Chandra membersihkan sudut bibirnya mengenai saus sambal dari Pizza tadi.
"Sudah, lain kali setelah makan perhatikan mulutmu masih ada sisa saus atau sayuran. Jadi wanita itu harus jaga kebersihan agar terlihat lebih sehat dan cantik," ucap Chandra menasihati istrinya.
Fera masih belum sadar dari dunia imajinasinya, Chandra malah perhatikan istrinya yang terdiam dalam patungan.
"Fera, Fera sayang..." Chandra memanggil namanya dan menyebutkan kata sayang.
"Ah, iya, tidak perlu ingati aku juga tahu kok. Orang aku mau cuci tangan juga!" Fera membuang muka soalnya dia sudah salah tingkah untuk kedua kalinya. Sekarang pasti wajahnya merah merona lagi.
Chandra memperhatikan sikap wanita itu dari jauh, senyuman tipis mencerminkan bahwa dia benar sangat perhatian kepada istrinya. Perasaan ini benar jauh beda dari pertemuan pertama kali dia mencoba untuk menolak pernikahan.
Di kamar mandi Fera mencuci tangan sambil mengomel diri sendiri. "Sok bijak pakai nasihat segala, nggak perlu diingati juga aku sudah tahu kok, tapi..."
Fera memandang wajahnya di cermin cukup lama, masih merasakan sentuhan dari jari suaminya saat dia membersihkan saus sambal tomat. Jaraknya sangat dekat sekali ketika lelaki itu menyentuhnya.
Apaan sih! Nggak bakal jatuh cinta padanya! Dia itu jelek... Suami jelek, nggak mau aku punya anak nanti seperti dia jelek!
Menggeleng kepalanya kuat-kuat dan memukul kedua pipinya keras-keras. Di depan pintu kamar mandi Chandra perhatikan istrinya dari tadi.
"Kenapa kau memukul kedua pipimu?" Chandra bertanya kepada istrinya. Fera terperanjat kaget dan menoleh cepat dengan tatapan mata yang tajam.
Dari jauh dia memang terlihat jelek sekali, buat mataku ngeri karena bulu tebal menempel di seluruh rahang dan bawah hidungnya. Tapi kalau dari dekat rasanya ada yang beda...
"Suka - suka aku dong, pipiku juga. Di sini banyak nyamuk, besok-besok beli baygon pembasmi nyamuk, pipiku sering digigit terus sama nyamuk jantan s****n!" Fera mengomel dan keluar dari kamar mandi melewati begitu saja di mana suaminya masih berdiri menatap sikap istrinya.
"Aku ingin b******a!"
"APA?!!"
Langkah kaki Fera terhenti tiga kata dari mulut suaminya membuat dia shock.
Chandra berdiri dari ambang pintu mulai mendekati istrinya. Gejolak rasa itu seharusnya dilakukan pertama di hari pernikahan.
"Apa kau mengatakan sesuatu?" Fera bertanya kepada Chandra yang dari tadi melamun.
Ternyata itu hanya khayalan imajinasinya saja. Tidak mungkin istrinya mau b******a dengannya dalam keadaan penampilan jelek seperti ini. Apalagi dari sikap wanita ini saja sudah jijik dengan wajah dirinya.
"Tidak ada, kalau begitu selamat tidur, jangan lupa sebelum tidur berdoa dulu," Chandra mengingatkan kembali kepada istrinya. Dia pun keluar dari kamarnya.
Fera memiringkan kepalanya, "Perasaan dia mengatakan sesuatu deh? Apa aku salah dengar ya? Dasar suami jelek!" Ditutup rapat pintunya dia pun melemparkan badannya di atas ranjang empuk itu.
Pisah ranjang bukan keinginan Chandra, demi harga diri istrinya belum siap untuk berhubungan. Dia hanya cukup bersabar sampai istrinya menyetujui untuk berhubungan. Semoga pernikahan ini tidak terjadi hal-hal aneh.