Xue Ying

1674 Words
Beruntung kejadian memalukan itu hanya dirasakan oleh Mo Qi Qi seorang, ia akhirnya menyadari bagaimana bodohnya ia ketika sedang berada di depan Xue Ying. Bao Ni segera menarik sahabat culunnya itu untuk duduk di sudut kantin, Mei Zuo tersenyum dan mengikuti keduanya. Begitu ketiganya duduk, Lu Bao Ni yang cerewet sudah mulai membuka mulutnya, “Mo Qi Qi yang cerdas kebanggaan SMA Hanlin tiba-tiba menjadi bodoh ketika berada di depan Xue Ying. Kau bahkan tidak pernah segugup ini ketika mengikuti lomba pidato bahasa Inggris tingkat nasional dulu.” “Aiya…” Qi Qi hanya bisa menarik napas ketika mendengar ucapan Bao Ni. Ia dengan malas memasukkan sosis ke mulutnya. Dari sudut kantin, Qi Qi melihat Xue Ying dan gengnya tengah menjadi pusat perhatian. Baik itu di belakang, di depan, di samping kiri, dan di samping kanan di mana Xue Ying duduk, semuanya berisi kumpulan mahasiswi yang tergila-gila padanya. "Berhentilah melihat senior, kau bahkan hanya butiran debu.” Bao Ni mengikuti tatapan Qi Qi lalu kemudian menegurnya tanpa ampun. Mei Zuo yang sedari tadi diam akhirnya membuka mulutnya. Ia mengambil sosis dari nampan makanannya lalu memberikannya pada Qi Qi. Ia kemudian berbicara, "Weì..kenapa kau bilang begitu? Lihatlah..Qi Qi adalah perempuan yang cantik. Makanlah lebih banyak Qi Qi, kau bahkan terlihat seperti ranting." Mo Qi Qi mengunyah sosis pemberian Mei Zuo itu dengan wajah menyedihkan, “Terimakasih Xiao Zuo.” Mata malas Mo Qi Qi tiba-tiba melebar begitu ia melihat seorang mahasiswi cantik tiba-tiba datang dan berdiri di samping Xue Ying. Dia bukanlah seorang penggemar, melihat bagaimana caranya berjalan, dan penampilannya yang sangat mendominasi, dia pasti adalah Xiuli. Sekelompok penggemar Xue Ying tiba-tiba mundur dan menjauh begitu Xiuli datang dan duduk di samping Xue Ying. Bahkan teman-teman Xue Ying ikut berdiri dan meninggalkan keduanya. “Hah, kau lihat sendiri kan? Sudah jangan melihat ke arahnya lagi.” Bao Ni segera menggeser kursinya dan duduk di depan Mo Qi Qi, secara tidak langsung Bao Ni berusaha menghalangi pandangan Mo Qi Qi. Setelah selesai makan siang, ketiganya langsung bangkit dari kursi untuk keluar dari kantin. Tapi Mo Qi Qi terlihat seperti sedang kebingungan. Ia menggeledah tasnya, dan sekarang ia merangkak di bawah meja seperti anjing yang tengah mencari sesuatu. "Kau cari apa?" Mei Zuo ikut merangkak di bawah meja dan berbicara pada Mo Qi Qi. Kehilangan kartu mahasiswa sudah membuat Mo Qi Qi seperti kehilangan kartu kreditnya.Wajahnya sangat panik ketika ia berkata, "Kartu mahasiswaku, di mana yah?" Mo Qi Qi akhirnya teringat sesuatu, ia ingat Bao Ni terburu-buru menariknya tadi saat sedang mengantri makanan. Maka MonQi Qi pun pergi ke tempat di mana ia berdiri tadi. Dan ketika sedang melihat sekeliling, suara renyah nan lembut memanggilnya dari belakang, "Mo Qi Qi…." Mo Qi Qi berbalik dan melihat ke arah suara itu berasal. Dan pemilik suara indah itu tidak lain tidak bukan adalah Xue Ying. Tapi untuk apa Xue Ying memanggilnya? Keduanya bahkan tidak punya sesuatu untuk dibicarakan. Xue Ying tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari kantung kemejanya, ia tersenyum saat berkata, “Ini milikmu kan?” Secara alami itu adalah kartu mahasiswa Mo Qi Qi yang jatuh. Tidak heran jika yang menemukan kartu itu adalah Xue Ying, mengingat Xue Ying lah yang berdiri di sampingnya tadi. Melihat foto kartu mahasiswanya sangat menakutkan, Mo Qi Qi secara tiba-tiba merampas kartu mahasiswa itu dan menyembunyikannya di belakang punggungnya. Ia kemudian berkata, “Terima kasih senior.” Xue Ying tersenyum pada Mo Qi Qi ketika ia hanya berkata, “En.” Senyuman itu bak sinar matahari yang menerangi hati Mo Qi Qi. Begitu hangat dan indah, Mo Qi Qi bahkan tidak bisa bergerak dari tempat di mana ia berdiri. Matanya masih menatap punggung Xue Ying yang kini semakin menjauh. Mo Qi Qi sekali lagi tenggelam ke dalam pikirannya, “Apa aku sedang bermimpi sekarang?” */ Sepulang kuliah, Lu Bao Ni sudah berdiri di depan gerbang untuk menunggu Mo Qi Qi. Hingga tak lama berselang sosok yang di tunggu-tungunya itu datang dengan wajah penuh senyum. Bao Ni merasa Mo Qi Qi yang baru datang itu mungkin sudah gila, gadis culun itu bahkan tersenyum dengan cara tidak biasa, di mana semua gigi putihnya terlihat. “Kau kenapa? Apa Mei Zuo melakukan sesuatu padamu? Atau….apa kau menabrak sesuatu dan membuat kepalamu terbentur?” Bao Ni bertanya dengan suara meledek. Mo Qi Qi mengerutkan keiningnya sebelum akhirnya merangkul lengan Bao Ni dan menariknya berjalan lebih jauh, ia kemudian berbisik, “Apa kau tahu? tadi Xue Ying memanggil namaku. Dia tahu namaku.” “Bukankah dia hanya memanggilmu karena ingin mengambalikan kartu mahasiswa mu, sudahlah kau jangan berlebihan.” Mei Zuo baru saja bergabung, laki-laki konyol itu tiba-tiba muncul entah dari mana. Mendengar ucapan Mei Zuo itu, Lu Bao Ni segera menampar punggung Mei Zuo dengan tasnya. Mei Zuo berdecak, “Au, sakit.” “Kau diam saja.” Mo Qi Qi menepuk pundak Mei Zuo yang baru saja di tampar oleh Bao Ni. Mo Qi Qi sebelumnya tidak pernah bertingkah seperti orang bodoh, tapi semenjak ia merasakan cinta pertama, ia bahkan menjadi lebih parah dari orang terbodoh. Mo Qi Qi, peraih ranking 1 sejak sekolah dasar hingga tingkat sekolah menengah, pemenang pidato bahasa Inggris tingkat nasional, dan manusia dengan IQ di atas rata-rata yang biasanya hanya memegang buku kini tampak bodoh saat matanya terus-menerus melihat kartu mahasiswanya itu. Lu Bao Ni sudah memperhatikan tingkah aneh sahabatnya itu sejak satu jam yang lalu, hingga ketika masker lumpurnya telah mengering, Lu Bao Ni berbicara, “Apa kau tidak mau berhenti melihat kartu mahasiswamu itu? Itu bahkan bukan apa-apa. Xue Ying hanya memungutnya, jadi jangan berlebihan. Qi Qi..lihatlah aku, aku bahagia saat kau juga bahagia, tapi aku takut kau hanya akan terluka. Xue Ying, dia adalah pangeran kampus yang digilai oleh semua wanita. Aku sarankan kau menyerah saja yah.” Kekhawatiran Bao Ni sudah seperti kekhawatiran seorang ibu mertua, ia terus-terusan mengomel sampai butiran masker yang telah mengering di wajahnya itu kini telah retak. Semua ucapan yang dikatakan oleh Lu Bao Ni itu tentu saja benar dan bukan tanpa alasan. Mo Qi Qi sangat mengerti bahwa rasa sukanya pada Xue Ying itu hanyalah perasaannya semata, perasaan yang hanya datang dari sebelah pihak, bukan kedua pihak. Dan semakin Mo Qi Qi memikirkan betapa mengenaskannya perasaan sukanya pada Xue Ying, wajah cantik Bai Xuili muncul di kepalanya. Otak Mo Qi Qi kini di penuhi dengan wajah Xue Ying yang tersenyum ketika ia sedang mengobrol dengan Xuili. Jika dibandingkan dengan dirinya yang culun dan kuno, Bai Xuili yang menyandang gelar ‘dewi’ di kampus jelas seribu kali lebih baik. Malam berlalu begitu cepat, hidup Mo Qi Qi mungkin akan terulang lagi hari ini. Jadwal dan kegiatan gadis itu bahkan sangat mudah ditebak. Ia hanya akan pergi ke kelasnya untuk mengikuti kuliah, menyimak penjelasan dosen dengan baik dan mengabaikan Mei Zuo yang selalu tertidur di kelas, setelah itu Mo Qi Qi akan pergi ke perpustakaan untuk membaca buku atau mengerjakan tugasnya, hingga akhirnya ia pulang ke asrama dan tidur seperti orang mati. Itu akan selalu terulang, mungkin selama 4 tahun kehidupannya sebagai mahasiswa, Mo Qi Qi akan terus melakukan hal membosan itu. “Hari ini kalian semua tidak boleh pulang dulu, senior akan mengadakan pembentukan kelompok untuk kegiatan pengenalan kampus. Kita akan berkumpul di aula utama jam 6 sore.” Salah seorang mahasiswa maju untuk berbicara di depan kelas. Para murid tentu saja senang dengan kegiatan ini, itu bukan karena mereka akan berjalan-jalan di area kampus, tapi itu karena akan banyak senior yang datang di kegiatan itu. Tapi apakah Xue Ying yang selalu ditunggu oleh Mo Qi Qi akan datang? Ketika waktu kegiatan itu kurang dari setengah jam, Mo Qi Qi bersama Mei Zuo datang ke aula. Lu Bao Ni sendiri tidak mau bergabung dalam kegiatan ini karena tugasnya yang menumpuk, dan sebagian besar mahasiswa fakultas bisnis tidak ikut dalam kegiatan ini. Wajah cantik Bai Xuili juga tidak terlihat, mengingat Xiuli dan Xue Ying adalah senior jadi bukan tidak mungkin mereka akan hadir, tapi sejauh mata Mo Qi Qi melihat, ia tidak melihat kedua sosok indah itu. Kekecewaan tumbuh di hatinya karena ia bahkan tidak bisa melihat Xue Ying. Suara salah seorang senior kampus menggema di aula dan memecah lamunan Mo Qi Qi tentang Xue Ying. Senior itu berkata dengan suara keras, “Pembentukan kelompok penelitian ini didasarkan pada kemampuan tiap individu. Setelah pre-test kemarin, kami sudah membagi kalian kedalam beberapa kelompok." Tes masuk Universitas itu rupanya adalah acuan untuk menentukan kelopok orientasi. Setiap kelompok akan terdiri dari 12 orang, dengan 2 orang senior pembimbing dan 10 mahasiswa junior. Mo Qi Qi dan Mei Zuo dengan sabar menunggu nama mereka di panggil ke dalam kelopompok, ada ratusan mahasiswa yang hadir, jadi mereka hanya bisa menunggu. Ini adalah kelompok terakhir, dan hanya menyisakan beberapa orang saja, ini bahkan lebih tampak seperti kelompok sisa. Mo Qi Qi melirik ke segala penjuru dan melihat semua orang sudah senang dengan kelompoknya, sementara ia dan Mei Zuo serta beberapa mahasiswa yang belum mempunyai kelompok tampak sangat menyedihkan. Mo Qi Qi berbisik pada Mei Zuo, “Kenapa nama kita belum di sebut yah Mei Zuo?” “Mungkin belum, tapi semua senior sudah punya kelompok. Aku tidak mau mendapatkan senior yang galak.” ujar Mei Zuo Tepat setelah Mei Zuo berbicara, senior akhirnya mengumumkan nama mereka, “Mo Qi Qi, Mei Zuo, Shi Qing Xuan, Qi Ying, Lan Chang, Jiang Jun, Cheng Xiao, Luo XianXian, Bo Hai, Cheng Bo Huan, kalian semua satu kelompok. Kalian di kelompok terakhir dengan seior Mo Wei Yu sebagai senior pembimbing kalian. Eh apa masih ada satu senior yang kosong, kita kekurangan satu orang senior untuk kelompok terakhir.” Senior yang berbicara itu melirik ke arah teman-teman panitianya, tapi mereka semua menggeleng-gelengkan kepala. “Aku akan menjadi pembimbing mereka.” Suara yang terdengar tidak stabil namun renyah tiba-tiba terdengar dan memecah keheningan di aula. Napas orang itu tampak terengah-engah setelah berlari-lari memasuki aula. Fitur wajah yang tampan dengan keringat yang menetes di dahinya membuat laki-laki itu terlihat sangat indah. Secara alami itu adalah Xue Ying, pangeran kampus yang datang dengan senyuman menawan dan berhasil membuat hati setiap mahasiswi bergetar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD