Lu Bao Ni tengah membuat keributan di dapur, ia sedang memasak ini dan itu. Sementara Mo Qi Qi yang kelelahan sepulang dari berbelanja bersama Bao Ni, kembali disibukkan dengan urusannya.
Matanya yang bulat tengah menatap layar ponselnya dengan penuh perhatian.
“Kau sedang apa? Kau tidak makan? Tumben sekali..” Bao Ni baru saja memasuki kamar mereka dengan membawa semangkuk salad sayuran dengan minyak zaitun sebagai topingnya.
“Oh..aku sedang membuat grup untuk kelompok belajar. Xue Ying menyuruhku membuatnya.”Mo Qi Qi biasanya akan mengomel ketika melihat Bao Ni memakan makananan kambing itu lagi.
Mangkuk yang berada di depan Bao Ni itu tampak hijau dan menjernihkan mata, sangat sehat dan rendah kalori, tapi ketika Mo Qi Qi melihat tumpukan sayuran itu, ia tidak bisa membantu tapi hatinya menderita ketika melihat Bao Ni yang sudah kecil dan kurus masih harus memakan makanan rendah kalori itu. Sungguh hidup yang menyusahkan!
Mo Qi Qi tersenyum dan berkata dengan semangat, “Ah sudah selesai.”
Grup obrolan itu langsung dipenuhi dengan chat-chat yang masuk hanya dalam beberapa detik saja. Suara notifikasi dari ponsel Mo Qi Qi tidak pernah berhenti, beberapa chat yang masuk tentu saja adalah chat para teman kelompok Mo Qi Qi yang ingin menyapa Xue Ying. Beberapa chat seperti “senior, senang berada di kelompok ini bersamamu”, “senior, mohon bimbing aku”, atau chat yang sedikit menggelikan seperti, “senior, aku adalah mahasiswi jurusan design, senang bisa satu kelompok denganmu”.
Awalnya MonQi Qi hanya biasa-biasa saja saat semua chat itu satu persatu masuk ke dalam ponselnya. Tapi matanya tiba-tiba membelalak saat ia melihat nama ‘Xue Ying’ berada di bar notifikasi layar ponselnya. Mo Qi Qi dengan semangat membuka chat itu, “Huaaaa, Bao Ni. Xue Ying mengirim pesan, lihatlah…”
Bao Ni yang penasaran langsung melompat dari kursinya, garpunya terlempar ke lantai saat ia berteriak, “Benarkah? Mana..mana?”
Mo Qi Qi dengan bangga menunjukkan pesan dari Xue Ying pada Bao Ni. Bao Ni membaca tulisan ‘senang berkenalan dengan kalian, sampai ketemu besok pagi.’
Tapi begitu menyadari kalau itu hanyalah pesan di grup obrolan, Bao Ni tidak bisa menahan dirinya untuk kembali mencibir Mo Qi Qi, “Hah? Ini kan hanya pesan di grup obrolan kalian. Ini bahkan bukan chat pribadi. Xue Ying mengirim pesan untuk semua anggota grup. Bodohnya aku berpikir dia akan mengirimimu pesan.”
Mo Qi Qi tidak akan kalah, ia masih tersenyum bahkan ketika Bao Ni mencibirnya. Dengan wajah gembira Mo Qi Qi berkata, “Walau begitu dia tetap mengirim pesan kan?”
Bao Ni meletakkan mangkuk saladnya di atas pangkuannya. Ia kini duduk di atas ranjang Mo Qi Qi sambil mengunyah sayuran segarnya, ia kemudian berkata, “Eh Qi Qi, tapi setelah di pikir-pikir…, aku rasa Xue Ying bukanlah raja iblis atau raja es seperti yang aku pikir, ternyata dia baik.”
Mo Qi Qi mengerutkan alisnya, “Raja Iblis? Apa maksudmu?”
Lu Bao Ni, “Di departmen kami, dia dijuluki raja Iblis karena sikapnya pada perempuan. Dia di kenal kejam dalam menolak perempuan yang berusaha mendekatinya. Dia juga dijuluki raja es karena sikap denginnya. Dan salah satu senior di departemen kami pernah menjadi korbannya.”
“Apa yang terjadi pada seniormu?” Mo Qi Qi tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya.
Lu Bao Ni kembali melanjutkan setelah meminum seteguk jus buah persik yang hambar, “Dia adalah senior yang cukup cantik. Dia pintar dan berwibawa, tapi siapa yang menyangka dia jatuh cinta pada Xue Ying? Menurut gosip yang aku dengar, senior ini sangatlah percaya diri bahwa dia akan bisa bersama Xue Ying. Dan dengan kepercayaan dirinya itu, dia menyatakan perasaanya pada Xue Ying di lapangan basket. Saat itu sedang ada pertandingan basket antar fakultas, dan tentu saja tim Xue Ying memenangkan pertandingan itu. Dan ketika pertandingan usai, senior kami itu berjalan ke tengah-tengah lapangan dan memberikan secarik surat pada Xue Ying.”
Bao Ni mengamati ekspresi Mo Qi Qi yang sedang fokus, ia bahkan lebih fokus daripada mendengarkan penjelasan dosen bahasa Inggrinya. Bao Ni kembali melanjutkan setelah tarikan napas, “Awalnya Xue Ying menerima surat itu dengan ramah dan penuh dengan senyuman, dan karena itu para mahasiswa yang melihat adegan ini mengira kalau senior kami itu akan sukses. Xue Ying sebenarnya masih ingin memberinya muka dan tidak mau membuka surat yang isinya bahkan sudah diketahuinya. Tapi senior kami itu terus memaksa Xue Ying, dan Xue Ying tentu saja merasa jengkel. Harapan senior kami terkabul, ia membuka surat seniorku itu. Wajah tampan Xue Ying tersenyum saat ia membaca kata demi kata, tapi apa kau tahu hal apa yang terjadi selanjutnya?”
Mo Qi Qi mengangguk dan berbicara, “Aku tahu, karena Xue Ying tersenyum saat membaca surat itu, maka isinya pasti bagus…”
Lu Bao Ni mengetuk kepala Mo Qi Qi dan berkata, “Kau salah..” Bao Ni kemudian melanjutkan, “Saat semua orang tidak bersuara dan hening, Xue Ying tiba-tiba berbicara ‘Aku masih akan memberimu wajah awalnya, tapi kau membuatku merasa mual setelah membaca surat ini. Lihatlah, kau salah menulis karakter di sini dan di sini. Dan lihatlah kata-katamu yang ini, idiom yang kau gunakan salah. Jadi aku sarankan untuk memperbaikinya dulu sebelum kau mengirimkan sampah ini padaku.’ Siapa yang tidak akan malu saat seseorang mengkuliahimu di banyak kerumunan. Kau di serang dan bahkan seperti ditelanjangi di depan banyak orang, lihatlah, aku bahkan merinding karena ucapan Xue Ying ini.”
Mo Qi Qi bahkan lebih terkejut ketika mendengar ucapan Bao Ni itu. Jika benar hal itu pernah terjadi, maka Xue Ying benar-benar orang yang mengerikan. Membayangkan bagaimana wajah senior Bao Ni itu saja, Mo Qi Qi sudah merinding.
“Semua orang punya masa lalu. Selama aku tidak melihat atau mengalaminya, aku masih percaya pada Xue Ying. Semua orang punya sisi gelap.” Mo Qi Qi dengan ragu membuka mulutnya saat hatinya kembali berkecamuk.
_*
Setiap hari yang berganti akan membuat Mo Qi Qi kembali bersemangat, jauh lebih bersemangat di bandingkan dengan hari kemarin. Hari ini semangat Mo Qi Qi sudah meningkat hingga seribu persen. Ia bangun pagi-pagi sekali hanya untuk memasak, menyiapkan sarapan untuk Bao Ni, meyetrika bajunya dan baju Bao Ni, hingga membersihkan kamar asramanya.
Sementara itu Bao Ni baru saja bangun ketika ia mencium aroma harum dari bubur yang telah di masak oleh Mo Qi Qi.
Melihat wajah Mo Qi Qi yang jauh lebih bersinar pagi ini, Bao Ni tidak bisa tidak bertanya bahkan saat mulutnya masih menguyah roti goreng, “Kau kenapa? Kau sepertinya bahagia sekali hari ini? Apa kau berhasil mendapatkan buku langka yang selama ini kau idamkan itu?”
Mo Qi Qi menggeleng-gelengkan kepalanya, “….”
Lu Bao Ni menebak lagi, “Ah aku tau? Kau pasti mendapatkan diskon dari toko buku online kan?”
Mo Qi Qi, “…..”
Hidup Mo Qi Qi mungkin hanya seputar buku dan buku, tapi semenjak mengenal Xue Ying, buku adalah sumber kebahagiaan kedua baginya. Mo Qi Qi tersenyum cerah saat ia berkata, “Hari ini aku akan bertemu Xue Ying.”
Bao Ni menggigit roti goreng yang panjang itu seperti seekor harimau kelaparan, “Itu pertemuan kelompok, bukan pertemuan kalian berdua. Berhentilah berkhayal, eh tapi karena hari ini adalah hari spesial untukmu, maka ibu perimu ini akan membuuatmu terlihat menarik.”
Setelah sarapan dan mandi, Bao Ni mulai mendandani Mo Qi Qi. Bao Ni mengoleskan ini dan itu di wajah Qi Qi, tapi Mo Qi Qi terus meraung karena merasa tidak nyaman. Tapi Bao Ni yang tidak mudah menyerah tidak akan membiarkan Mo Qi Qi lolos kali ini.
Bao Ni mengikat rambut Qi Qi yang ikal menyerupai ekor kuda, tidak banyak riasan di wajah Qi Qi karena ia sudah menghapus sebagian besar maha karya Bao Ni. Liptint berwarna pink pucat dan sapuan bedak tipis membuat wajahnya terlihat lebih hidup di bandingkan hari-hari sebelumnya.
Walau Mo Qi Qi masih memakai celana jeans biru panjang kebanggaannya, tapi hari ini ia tidak lagi memakai kemeja putih panjang kesukaannya. Sebagai gantinya, ia hanya memakai sweeter berwarna merah dengan pola garis hitam di masing-masing lengannya. Kaki Mo Qi Qi yang jenjang tampak terlihat mempesona hari ini.
Dan setelah menunggu Bao Ni berdandan, keduanya pun berangkat ke kampus bersama. Walau sudah menjadi kebiasaan Mo Qi Qi menunggu Lu Bao Ni, tapi hatinya masi tidak bisa menahan rasa heran. Mo Qi Qi berpikir bagaimana mungkin Bao Ni mengahabiskan waktu 1 jam hanya untuk menata rambut dan make up nya? Dan itu belum termasuk pemilihan baju dan aksesoris lainnya.
“Cepatlah..aku bisa telat. Kita akan sampai sore hari di kampus kalau kau masih memilih ini dan itu.” Qi Qi sudah berada di ambang batasnya, dia sudah hampir telat masuk ke kelas bahasa asing, tapi Bao Ni masih sibuk dengan tas apa yang akan ia gunakan.
*KELAS*
Mo Qi Qi berlari menuju kelas, dia dan dosen berbarengan masuk kelas. Beruntung dosennya masih mempersilahkan Mo Qi Qi untuk masuk dan mengikuti kelasnya. Kalau tidak? dia bisa saja absen.
“Kau kenapa terlambat? Rumahmu bahkan sangat dekat dengan kampus?” Tanya Mei Zuo
“Aku menunggu Lao Bao Ni, dia lama sekali berdandan” kata Mo Qi Qi yang masih ngos-ngosan karena berlarian tadi.
Beruntung Mo Qi Qi tidak terlambat hari ini, Mei Zuo sengaja mengajak dosen mereka mengobrol sehingga Mo Qi Qi masuk ke kelas secara diam-diam. Alhasil gadis konyol itu bebas dari hukuman.
Selepas kelas bahasa asing berakhir, Qi Qi dan Mei Zuo bergegas keluar dari kelas. Dan tujuan Qi Qi sudah pasti adalah perpustakaan kampus, Mei Zuo sendiri adalah tipikal mahasiswa yang malas untuk pergi ke tempat senyi itu, tapi karena ia sudah bosan dan tidak berniat pulang lebih awal, jadi ia hanya bisa mengikuti Mo Qi Qi.
“Kau setiap hari pergi ke perpustakan, kau bahkan lebih rajin dari senior yang bekerja di sana. Sebaiknya kau melamar kerja di perpustakaan kampus untuk pekerja paruh waktu, aku yakin mereka pasti akan langsung menerimamu.” Mei Zuo berkata dengan saura malas.
Dan Qi Qi meresponnya dengan senyum cerah di wajahnya, “Aiya, kau benar-benar cerdas. Kemarin kepala perpustakaan menawariku pekerjaan untuk menjadi petugas di perpustakaan karena salah satu staff mereka berhenti. Aku mungkin akan mulai bekerja minggu depan.”
Mei Zuo tidak pernah menyangka jika guyonannya itu akan berakhir menjadi kenyataan, hal bodoh macam apa ini?
Ia hanya tidak bisa berkata-kata lagi dan terus berjalan mengikuti Qi Qi. Keduanya belum sampai di area perpustakaan tapi ketika sedang melewati taman kampus, Qi Qi dan Mei Zuo dikejutkan oleh keramaian mahasiswa. Sebuah keramaian yang jarang terlihat di sebuah kampus, para mahasiswa dan mahasiswi itu berkumpul dan membentuk bundaran seolah tengah menyaksikan adu banteng di dalam sebuah lingkaran.
Mo Qi Qi mengalihkan pandangannya pada Mei Zuo, “Ada apa? Kenapa banyak mahasiswa disana?”
“Entah, ayo kita kesana dan melihat. Sepertinya seru.” Mei Zuo bahkan tidak menunggu sampai Qi Qi menjawabnya.
Pemuda sembrono itu terlebih dahulu menarik tangan Qi Qi dan berlari ke arah kerumunan, tampak tergesa-gesa dan takut jika ia akan ketinggalan.
Keduanya kini sudah berada di tengah kerumunan, dengan tubuh tinggi Mei Zuo, keduanya dengan mudah menyabotase penonton yang lebih dulu sampai untuk menonton kejadian itu. Dan alhasil, Mei Zuo dan Qi Qi berada di barisan terdepan penonton. Mata Qi Qi melebar begitu mengetahui kejadian yang tengah menjadi tontonan banyak orang itu. Dan salah satu tokoh utama dalam kejadian menghebohkan itu adalah Bai Xiuli, pacar Xue Ying!
“Bukankah itu pacar Xue Ying? Siapa lagi namanya? Bai Xinli? Bai Zuli? Bai..” Tanya Mei Zuo.
Mo Qi Qi mengerutkan keningnya ketika ia berbicara pada Mei Zuo, “Bai Xiuli. Ngomong-ngomong apa yang terjadi?”