Kanaya sedang asyik mendengarkan lagu dari ponselnya menggunakan headphone, lagu dengan musik riang membuatnya menggoyangkan kaki dan tangannya, ini adalah weekend dan Kanaya selalu di rumah saat weekend, baginya weekend untuk istirahat di rumah agar saat hari Senin tubuh kembali fresh dan siap bekerja, bukan malah jalan jalan ke tempat yang jauh dan malah membuat tubuh lelah dan saat masuk bekerja malah lelah.
Kanaya mendengarkan musik dengan browsing berita berita ekonomi dan marketing, ia harus tahu keadaan market produknya di pasar Indonesia, pekerjaannya membutuhkan tahu segala sesuatu tentang ekonomi.
Ayah dan ibunya sedang menghadiri resepsi pernikahan putra dari teman kerja ayahnya, sebenarnya pak Andrian mengajak Kanaya tetapi Kanaya menolak, sangat jelas sekali kenapa ayah dan ibunya mengajak dirinya, pasti mereka juga ingin Kanaya segera menikah, apalagi memang usianya sudah 25 tahun, ayah ibunya pasti ingin ia segera menikah tapi bagaimana mungkin, karena ia belum ingin menikah dan juga belum ingin menjalin hubungan serius dengan seorang pria.
Kanaya terkejut saat bahunya ditepuk seseorang, ia menoleh dan melihat Sarah sudah ada dalam kamarnya.
"Buset dah, sejak kapan kamu disini?" tanya Kanaya sambil menurunkan headphone dari telinganya.
Sarah tak menjawab dan kemudian duduk di samping Kanaya yang duduk di meja kamarnya menghadap ke halaman samping rumah. Kanaya heran dengan sikap Sarah yang diam padahal Sarah adalah gadis yang periang. Kanaya menoleh pada Sarah, ada sisa air mata di pipi Sarah sepertinya ia baru saja menangis.
"Sar....kamu habis nangis? Ada apa?"
Sarah terisak kemudian memeluk Kanaya dan tangisnya kembali pecah, Kanaya menepuk punggung Sarah untuk menenangkan sahabatnya, ia tak tahu apa yang menyebabkan Sarah sedih seperti ini. Setelah Sarah tenang, Kanaya melepaskan pelukan Sarah dan berdiri, ia melangkah menuju dapur mengambil air minum untuk Sarah.
Kanaya menyodorkan segelas air putih pada Sarah, Sarah meneguk segelas air yang diberikan Kanaya sampai tandas dan meletakkan gelas kosong di meja depannya.
"Katakan...kamu kenapa?" tanya Kanaya lagi, ia menatap wajah Sarah yang sendu.
"Aldric Kay..."
"Kenapa dia?"
"Dia mencampakkan aku karena sudah memiliki gadis lain," jawab Sarah sedih.
Kanaya menghembuskan nafasnya kasar, ia tak heran karena ia sudah memperingatkan Sarah sejak awal tentang sifat playboy Aldric tapi Sarah tak mendengarkan dirinya.
"Aku kan sudah bilang waktu itu," ucap Kanaya santai dan berjalan ke arah ranjang dan duduk disana.
"Tapi aku benar benar sayang sama dia Kay, kenapa dia melakukan ini sama aku."
"Itu tidak mengubah apapun Sar, sudah sifat dia seorang Player dan tidak akan berubah selamanya, aku sudah memperingatkan kamu tapi kamu tidak perduli kan?"
"Tidak bisakah dia stay di satu hati?"
"Bukan kapasitas aku menjawabnya Sar."
"Tapi aku sudah memberikan segalanya Kay?"
"What!? maksud kamu apa Sar? jangan bilang kalau kalian sudah..."
Sarah mengangguk.
"Bodoh banget sih kamu Sar, kalian baru saja menjalin hubungan dan kamu sudah memberikan keperawan kamu?!!"
"Aku sangat mencintainya Kay."
"Bullshit..., cinta seperti apa? Setelah kamu memberi semua dia mencampakkan kamu, itu yang kamu namakan cinta, bagaimana kalau kamu hamil?"
"Dia selalu pakai pengaman."
"See...Dia hanya mau bersenang senang Sarah, thats the point, dasar brengsek..!!"
Kanaya tahu sifat playboy seorang pria adalah bertujuan ingin bersenang-senang dengan wanita tapi ia tak ingin temannya menjadi korbannya. Tapi ia tak bisa berbuat apa apa lagi karena semua sudah terjadi, ia hanya bisa menghibur Sarah.
~~~
~~~
Malam sudah tiba, Sarah juga sudah pulang dari rumah Kanaya tapi Kanaya masih memikirkan sahabatnya itu, ia tak mengerti pada gadis yang memberikan keperawananya pada seseorang yang belum tentu jadi suaminya, bukankah lebih baik jika mereka melakukannya setelah menikah, tapi ia juga tak bisa berbuat apa-apa karena jaman sekarang jarang sekali seorang gadis mempertahankan keperawanannya hingga saat menikah bahkan mungkin tidak ada, tapi ia berprinsip seperti itu sejak lama, keperawanan yang merupakan kehormatan wanita adalah hal yang patut diberikan pada pria yang terhormat yang dengan gentle menikahi wanita bukan hanya bersenang senang saja seperti yang dilakukan Aldric, tumbuh rasa benci di hati Kanaya, banyak hati yang disakiti oleh Aldric, bukan hanya Sarah saja, Sarah hanya satu dari puluhan wanita yang dicampakkan oleh Aldric, dan mungkin akan masih banyak lagi hati yang akan terluka oleh sosok Aldric.
Kanaya heran kenapa sampai malam ibu dan ayahnya belum juga pulang, Kanaya yang sedang menikmati mie instan favoritnya memperjelas indera pendengarannya, seperti ada keributan di depan rumahnya, ia segera berdiri dan keluar dari rumah, dipisahkan pagar ia melihat seorang pengendara motor sedang berkelahi dengan 4 orang bertubuh tegap, Kanaya hanya diam di tempatnya, ilmu beladiri pengendara motor itu cukup tangguh mampu mengimbangi dan melawan 4 orang sekaligus, Kanaya hanya menjadi penonton, ia tak mungkin menolong karena ia tidak tahu duduk persoalannya, ia takut salah menolong orang.
Namun bagaimanapun pengendara motor itu melawan tetap saja ia kalah jumlah, ia makin terpojok dan akhirnya tersungkur di jalan, ke 4 pria itu berjalan menuju mobil dan meninggalkan tempat itu, Kanaya melihat pengendara motor itu diam tak bergerak, Kanaya segera berjalan cepat menuju tempat dimana pria itu tersungkur, tempat tinggal Kanaya ini sebuah perumahan jadi tidak banyak kendaraan berlalu lalang, motor pria itu diparkir tak jauh dari rumah Kanaya.
Kanaya hanya berdiri mengawasi pria itu, pria dengan jaket kulit dan celana jeans. Kanaya berfikir apakah ia harus menolong orang itu atau tidak, dua duanya beresiko, jika menolongnya ia tak tahu apakah pria itu jahat atau tidak, jika tidak menolongnya Kanaya takut pria itu tidak akan bertahan. Kanaya akan kembali masuk dalam rumah untuk mengambil ponselnya dan menghubungi ambulan saat mobil ayahnya berhenti di depan pagar rumahnya.
"Kay....ada apa ini? Siapa dia?" tanya pak Andrian yang keluar dari mobil.
"Itu yah dia....."
"Kenapa dibiarkan, ayo bantu ayah membawanya masuk." pak Andrian mencoba memapah pria itu, mau tak mau Kanaya membantu ayahnya. Wajah pria itu sudah penuh dengan darah membuat Kanaya bergidik ngeri, Kanaya dan pak Andrian membawa pria itu masuk dan membaringkan pria itu di sofa ruang tamu.
"Kay, kamu masukkan motor pria ini ke dalam pagar rumah, takutnya di bawa orang tak bertanggung jawab."
"Iya ayah." Kanaya segera berlalu keluar rumah.
"Bu, ambilkan air hangat dan washlap untuk membersihkan darah di mukanya."
"Iya yah." Bu Inda kemudian masuk dan tak lama keluar dengan membawa baskom dan washlap.
"Ayah ganti baju saja dulu, biar ibu yang membersihkan darahnya."
"Baiklah...." pak Andrian kemudian masuk dalam kamarnya untuk mengganti pakaian resmi yang ia pakai dengan pakaian rumah, setelah itu pak Andrian keluar dan meminta Bu Inda yang berganti pakaian, pak Andrian melanjutkan membersihkan wajah pria yang terbaring pingsan itu, setelah darah hampir bersih dari muka pria itu, pak Andrian terkejut karena setelah dibersihkan, ia mengenali wajah pria itu.
Kanaya yang masuk dalam rumah dan melihat wajah pria itu juga sangat terkejut saat mengetahui siapa pria yang berkelahi di depan rumahnya.
"Aldric...??!!"
"Ini bagaimana bisa Aldric jadi seperti ini?" tanya pak Andrian
Kanaya masih berdiri di tempatnya, ia menatap tak percaya jika Aldric yang tadi berkelahi, ia tak mengenalinya karena ia hanya melihat dari jauh saja.
"Kay...."
"Kay nggak tahu yah, Kay tadi lihat dari jauh."
"Apa yang terjadi?"
"Dia dikoroyok oleh 4 orang berbadan besar yah."
"Kenapa nggak kamu tolong?"
"Aku kan nggak tahu itu dia."
"Biarpun itu bukan Aldric kamu juga harus menolong Kay, kamu kan mampu?"
"Masalahnya Kay nggak tahu siapa yang jahat ayah, siapa tahu Aldric melakukan sesuatu yang buruk."
"Ssttt....sudah jangan buruk sangka, ambilkan minyak kayu putih untuk menyadarkan Aldric."
"Iya yah." Kanaya berjalan masuk dalam kamarnya dan keluar membawa minyak kayu putih, Bu Inda dan Kanaya duduk di seberang sofa dimana Aldric terbaring, sedangkan pak Andrian duduk di tepi sofa dan coba menyadarkan Aldric yang masih pingsan.
"Apa kita nggak bawa ke rumah sakit yah?" saran Kanaya pada pak Andrian
"Jangan dulu Kay, kita nggak tahu keadaannya bagaimana? Kalau salah dalam membawa malah bahaya. Biarkan dia disini dulu, dia juga belum sadar, besok kita putuskan setelah dia sadar."
"Hah...maksud ayah dia dibiarkan di rumah kita gitu?"
"Iya, kenapa sih Kay?"
"Enggak, enggak apa apa kok yah."
"Ya sudah sana kamu istirahat Kay, besokkan masuk kerja kamu."
Tanpa menjawab Kanaya masuk dalam kamarnya, ia merebahkan tubuhnya di ranjang, ia yakin Aldric besok tidak akan masuk kerja.
"Badboy banget sih tuh orang, udah playboy, suka minum dan ini suka berkelahi," gumam Kanaya.
Ia segera memejamkan mata dan tidur.
Aldric membuka matanya, badannya serasa remuk redam, ia mencoba bangun tapi kepalanya berat dan tubuhnya sulit digerakkan. Ia edarkan pandangannya dan hanya kegelapan dalam ruangan ini, ada secercah cahaya yang masuk dari luar membuatnya sadar ia berada di sebuah ruang tamu.
Ia ingat saat menghadapi pria pria itu ia kewalahan, walau ia mampu mengimbangi namun lama kelamaan ia tak bisa bertahan dan ia kemudian tak ingat apa apa lagi. Aldric kembali memejamkan matanya untuk istirahat, ia akan berterima kasih besok pada orang yang menolongnya.
Lynagabrielangga