Napas tersengal-sengal keduanya terdengar nyaring di ruangan itu, dengan posisinya di pangkuan Arlan terlihat jelas wajah Alika yang tampak merah padam. Arlan mengusap bibir basah Alika setelah ciuman intens tadi, menatapnya parau. "Waktu aku lihat kamu ciuman sama Aldo aku hancur, dunia bahagia yang susah payah aku susun runtuh Ka." Lirihnya mengaku, "waktu itu rasanya aku sangat ingin melampiaskan amarah pada apapun, aku hampir gila." Alika menyendu sedih, menangkup kedua pipi Arlan dan menatap manik matanya dalam. "Maafin aku—" "Tidak, ini bukan salah kamu, harusnya waktu itu aku minta penjelasan kamu dulu bukannya malah kabur seperti pecundang. Aku benar-benar kekanakan." "Mas!" Alika tidak setuju, "kamu tidak salah, jika aku berada di posisi kamu pasti aku juga melakukan hal yang