5

1222 Words
Aera kembali ke rumah kecilnya beberapa jam kemudian saat ia rasa perasaannya sudah sedikit lebih tenang. Beruntung Aera tidak ketinggalan bus terakhir untuk bisa sampai di rumah yang ia sewa sebulan belakangan ini. Dengan langkah yang setengah diseret, Aera menaiki tangga menuju rumahnya. Kawasan padat itu tampak sangat sepi dan lengang baik siang maupun malam hari. Kebanyakan orang yang tinggal di sana sudah pergi bekerja pagi buta dan langsung beristirahat di malam hari. Benar-benar tidak ada kegiatan yang terlihat di luar rumah di atas jam sepuluh malam. Namun malam itu Aera disambut ahjumma pemilik rumah yang ia sewa. Ahjumma itu sudah memakai pakaian tidur, lengkap dengan roll rambut yang terpasang di rambutnya. Entah apa yang wanita itu lakukan malam-malam di depan rumah Aera, yang pasti kedatangannya bukan untuk membagi makanan seperti yang sudah-sudah. "Annyeonghaseyo, ahjumma..." Aera menyapa sambil membungkuk sopan. Sayangnya ahjumma malam itu tidak membalas sapaan Aera dengan ekspresi ramahnya seperti biasa. "Tadi orang dari kepolisian kemari, mengirimkan surat." Ahjumma mengeluarkan sebuah amplop putih yang sudah dirobek dari dalam kantung piyamanya. Surat itu sudah dibuka padahal jelas-jelas ditujukan untuk Aera. "Apa ini?" Ahjumma mendesah. "Harusnya aku yang bertanya, apa-apaan ini! Ku kira kau gadis baik-baik, Aera-sshi." Wanita itu menggeleng dengan tatapan menghakimi kepada Aera. "Aku tidak akan membiarkan seorang kriminal tinggal di rumahku. Kalau masalahmu ini tidak selesai, aku akan mengembalikan uang sewamu untuk bulan depan dan pergi dari rumahku!" Tanpa membiarkan Aera menjelaskan satu patah kata, ahjumma meninggalkan Aera begitu saja. Dari mulutnya juga terdengar sumpah serapah yang teramat kasar sampai-sampai Aera memejamkan mata mendengarnya. Diremasnya surat tersebut dan dengan langkah yang semakin gontai Aera masuk ke dalam rumah. Tubuhnya langsung longsor ke lantai seusai pintu di belakangnya tertutup. Pak Jung menuntut Aera atas kasus pelanggaran kontrak trainee dan penuntutan atas ganti rugi uang pelatihan serta ganti rugi atas cidera leher yang dialami karena kekerasan yang Aera lakukan. Aera menjerit frustasi. Kalaupun ada orang yang seharusnya menuntut keadilan di sini adalah dirinya yang jelas-jelas dilecehkan bahkan hampir diperkosa. Aera tidak menangis lagi kali ini karena bukannya sedih tetapi rasa marah lah yang lebih mendominasi. Aera merasakan ponsel di saku jaket denim kebesaran yang membalut tubuhnya bergetar. Aera sampai lupa bahwa sejak tadi ia memakai jaket entah siapa yang ia temukan saat menangis tadi. Satu panggilan dari Jaebin dibiarkan begitu saja tanpa diangkat. Hanya melihat namanya di layar ponsel membuat kemarahan di tubuh Aera kembali memuncak. Ini semua karena Jaebin membawa Aera masuk ke agency sialannya! Aera melipat kedua tangan di atas lututnya yang ia tekuk. Mendekatkan kepalanya untuk bertumpu pada lengannya, samar-samar ia menghirup aroma parfum peach bercampur pelembut pakaian menguar dari lengan jaket yang masih ia kenakan. Siapapun si pemilik jaket, Aera merasakan kenyamanan dari sana. Sama seperti kehangatan yang Aera rasakan ketika ia menemukan jaket itu tergeletak di sampingnya saat menangis di Sungai Han. "Whoever you are...thank you." Aera bergumam dan tanpa ia sadari ia tertidur dengan posisi seperti itu karena tubuhnya yang sudah tidak sanggup lagi. Hari yang sangat panjang untuk Aera.   ***          283947id: Haha. Suaranya crack lagi? Pecundang! Kalau tidak bisa menyanyi diam saja sana! Bahkan suara Jhope lebih stabil daripadanya! 374874id: Dilihat-lihat tariannya juga awkward. Hanya lentur saja tapi tidak spesial. Kenapa dia punya banyak sekali fans? Bahkan wajahnya tidak tampan. 394945id: Dulu dia gendut seperti babi sekarang dia kurus seperti penderita anorexia. 874947id: Berhentilah meninggalkan komentar buruk untuk Jiminie! Bagaimana bisa kalian membenci manusia sebaik Choi Jimin? Kalian benar-benar tidak punya perasaan! Bahkan kalau kalian tidak suka, jangan bawa-bawa bodyshaming ke dalam pembicaraan kalian. Menggelikan! 354950id: Aku hanya berharap Jimin oppa tidak membaca komentar jahat di internet. Oppa, kau sempurna apa adanya. Kami mencintaimu! Our manggaeteok! 903837id: Aku bukan fans HTS tapi perlu aku akui lagu mereka bagus dan memiliki makna yang dalam. Melihat seberapa banyak komentar jelek di sini membuktikan mereka sudah ada di level yang lebih tinggi lagi. Fighting HTS! "Jimin-sshi!" Dengan cepat Jimin menekan tombol lock pada ponselnya ketika mendengar suara keras sang magnae memanggilnya. "Anak berandal. Aku ini hyung-mu tau!" Protes Jimin ketika lagi-lagi Jungjoo menggodanya dengan kurang ajar. Tetapi tentu saja protesan ala Choi Jimin hanya akan dianggap angin lalu oleh seorang Jeon Jungjoo. Karena magnae kurang ajar itu tau Jimin hyung-nya tidak akan pernah betul-betul marah padanya hanya karena ia menggodanya. "Bagaimana si berandal ini mau berhenti menggodamu kalau kau saja tidak pernah marah begitu, Jiminie." Minjoon berucap sambil fokus terhadap ponsel di tangannya. Saat ini member HTS sedang berkumpul di ruang latihan untuk persiapan konser yang semakin dekat. Mereka tengah beristirahat setelah berlatih lima koreo dance sekaligus. "Aku ini sedang marah, hyung!" Jimin bertolak pinggang dan memasang tampak sok galak yang membuatnya malah jadi menggemaskan. Hobeom bahkan sampai berlari untuk mendekap Jimin karena kelewat gemas. "Coba kau panggil Yoonjun seperti Jungjoo memanggilmu, pelajari bagaimana reaksinya dan praktekan. Aku yakin Jungjoo tidak akan berani lagi mengusikmu." Kalau ini saran dari Jinwoo yang lebih seperti masalah baru bukannya solusi. "Tidak terima kasih, aku masih ingin hidup lebih lama dan tampil di panggung untuk ARMY." "Kalian ini membicarakan aku seolah aku tidak ada di sini, huh?" Yoonjun mendumel dari tempatnya menyelonjorkan kaki namun matanya masih fokus pada ponsel di tangannya. Pintu ruang latihan dibuka dan menunjukkan sosok San, manager perempuan HTS yang melongokkan kepala. "Waktunya pulang!" ucapnya yang langsung disambut gembira oleh para member terutama hyung line yang memang sudah ingin pulang sejak tadi karena kelelahan. "San, boleh tidak kami mampir makan di restau—" "Tidak. Delivery saja. Kalian pasti minum-minum nanti dan aku sedang tidak ingin kena omelan manager Sejin karena ulah kalian." Taekhyung yang menyuarakan ide tersebut langsung memanyunkan bibirnya. "Payah!" Lalu lelaki yang memenangkan posisi nomor satu the most handsome faces di dunia tahun lalu itu berlalu dengan ekspresi merajuk sambil merangkul Jungjoo. Member hyungline hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan salah satu member magnaeline itu. Karena memang mereka juga lebih memilih untuk makan malam di rumah daripada di luar karena sudah kelelahan setelah seharian penuh latihan. Jimin adalah orang terakhir yang berjalan keluar namun ketika sudah berada di samping managernya, Jimin justru menghentikan langkah. "San, aku akan pulang dua jam lagi." "Tidak." "Tapi—" "Tidak. Kau mau latihan sampai ototmu lemas? Kau mau latihan sampai suaramu serak lagi, huh?" Yoonjun yang ternyata belum melangkah terlalu jauh ikut menoleh ke arah Jimin dan San yang sedang berdebat. Tau kemana arah pembicaraan mereka. "Kemari, Choi Jimin." Kalau Yoonjun sudah mengeluarkan nada demikian, tidak ada yang bisa membantah. Termasuk Jimin. Dengan langkah gontai ia berjalan ke arah hyungnya tersebut. Siap untuk terkena omelan. Namun Yoonjun justru menepuk punggungnya dua kali. "Kau sudah bekerja keras hari ini. Suara dan tarianmu stabil. Jadi kau bisa berlatih lagi besok. Arraseo?" "Nde, hyungnim." Jimin merasakan kehangatan melingkupi hatinya. Seolah kesedihannya akan komentar kebencian yang ia baca beberapa waktu lalu berhasil terobati hanya dengan seuntai kalimat simpel tersebut. San yang juga mengekori langkah artisnya tersebut tersenyum. Ia menepuk bahu Jimin dan mengacungkan jempolnya untuk menambah semangat Jimin. Jimin pun tersenyum manis.   Tapi tiba-tiba Jimin jadi teringat, bagaimana keadaan gadis yang menangis sendirian di sungai Han semalam? Apakah ada orang yang menghiburnya di saat sedih seperti Jimin mendapat hiburan dari Yoonjun? Apakah ada orang yang menepuk pundak gadis itu dan siap mendengarkan keluh kesahnya? Aneh. Padahal Jimin tidak kenal siapa dia, tetapi kenapa perasaan Jimin tidak tenang ya? Hai nona yang sedang bersedih, di manapun kau dan siapapun kau, semoga kau baik-baik saja saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD