Hobeom sedang menyeduh segelas kopi saat Jimin keluar dari kamar dengan rambut mencuat ke atas khas orang bangun tidur. Member lain tampak sedang sibuk bersiap-siap karena hari ini mereka perlu ke kantor untuk fitting beberapa outfit konser yang akan diselenggarakan sebentar lagi.
Tidak seperti biasanya, Jimin menjadi member terakhir yang bangun hari itu. Hanya Hobeom yang tau alasan dibalik telatnya Jimin adalah karena ia baru saja tidur kurang lebih dua jam yang lalu.
Jimin selalu menyimpan bebannya sendirian. Bahkan ia cenderung menyalahkan diri sendiri disaat ia sama sekali tidak pantas disalahkan.
Termasuk alasan kenapa ia hanya tidur dua jam dan bangun dengan keadaan yang kacau.
"Jiminie, kau baik-baik saja?" Suara Jinwoo memaksa Jimin melemChoian senyum. Senyum yang tidak menyentuh mata.
"Ya, hyung. Hanya masih mengantuk. Aku tidur larut semalam."
Hobeom tidak berkomentar meskipun ia tau bahwa roommatenya itu hanya tidur selama dua jam. Menghargai pilihan Jimin untuk tidak mengatakan yang sebenarnya dan tidak ikut campur.
Jimin menuang segelas s**u dingin dan menghabiskannya dalam sekali tenggak saat Yoonjun dan Minjoon keluar dari kamar masing-masing dan tampak sudah siap untuk pergi.
"Astaga, Choi Jimin! Kau belum mandi?" Minjoon menatap Jimin tidak percaya sedangkan yang ditatap hanya bisa memasang cengiran polos. "Aigo, untung San sedang tidak ada!" ucapnya sambil mengambil posisi duduk di kursi bar dan menuang sereal ke mangkuk.
Yoonjun menyusul ke dapur untuk menyeduh kopi dan hanya bisa berdecak melihat Jimin yang tampak jauh dari kata siap.
Melihat tatapan menyeramkan dari hyungnya itu membuat Jimin mempercepat gerakannya untuk mandi dan bersiap-siap sebelum kena semprot atau parahnya lagi ditinggalkan.
Jimin mengecek ponselnya yang tergeletak tak berdaya di tempat tidur. Baterai ponselnya hampir habis dan Jimin ketiduran sebelum sempat mengisi dayanya.
Lima belas notifikasi panggilan tak terjawab serta beberapa pesan singkat memenuhi layar ponsel Jimin ketika ia membukanya.
Ahn Sora: Berhenti mengganggu hubungan orang lain dasar b******k!
Ahn Sora: Kalian sudah berakhir dua tahun yang lalu dan kini Sora milikku.
Ahn Sora: Kau memang sedang di puncak ketenaranmu saat ini tapi bukan berarti kau bisa memiliki segalanya!
Ahn Sora: Berhenti membuat Sora membawa-bawamu dalam setiap interviewnya atau kau akan tau akibatnya.
Ahn Sora: Oppa maaf...
Ahn Sora blocked you
Jimin tanpa sadar mencengkram ponsel di tangannya tersebut sampai layarnya menggelap dengan sendirinya. Sepenuhnya kehabisan daya.
Ini bukan kali pertama Jimin mendapatkan pesan dengan kata-kata kasar dan mengancam dari Sangmin. Tetapi saat ini lelaki itu mengirimkannya lewat ponsel Sora dan berakhir dengan Sora yang memblockir kontaknya.
Sora adalah alasan Jimin tidak tidur semalaman. Gadis itu menghubunginya dan membuat Jimin mendengarkan curhatan gadis itu sampai pagi. Meskipun mereka sudah lama putus, Jimin masih memiliki kepedulian terhadap Sora. Selalu.
"Apakah aku baru saja merusak hubungan Sora dan kekasihnya?" Jimin menatap layar ponselnya yang gelap dan memantulkan bayangan wajahnya yang sendu. "Apakah Sora baik-baik saja saat ini?" Bahkan di keadaan seperti ini, Jimin masih memikirkan orang lain tanpa peduli dengan dirinya sendiri.
***
Aera menggeret kopernya dan berjalan tak tentu arah. Aera tidak terlalu memperhatikan kemana tujuannya setelah ia resmi diusir dari tempat tinggalnya yang hanya bertahan satu bulan saja. Ahjumma pemilik tempat benar-benar tidak membiarkan Aera untuk memperpanjang kontrak bahkan mempercepat pengusiran Aera.
Kini uang Aera hanya tinggal untuk membayar masuk pemandian air panas dan membeli kimbab. Seluruh tabungannya habis untuk membayar denda dan Aera masih belum memutuskan untuk mengambil tawaran Jaebin.
Langkah Aera terhenti tepat di depan toko roti yang pernah ia datangi sekali. Aroma wangi roti-roti yang baru dipanggang membuat monster di perutnya meraung minta diberi makan. Aera refleks memukul perut ratanya yang tidak tau diri. Bukan saatnya membeli roti mahal seharga dua buah kimbab, Lee Aera. Ia mengingatkan dirinya sendiri.
Sayangnya Aera tidak sadar bahwa ia sama sekali belum makan sejak semalam dan tubuhnya sudah kelelahan karena berkeliling kota nyaris seharian tanpa arah.
Aera pun memutuskan untuk menumpang duduk di kursi area outdoor dari toko roti tersebut untuk beristirahat sejenak. Musim panas tahun ini adalah yang terparah yang pernah melanda Korea. Tidak heran tidak banyak orang yang berlalu lalang di luar karena cuacanya yang panas terasa membakar kulit.
Lelah fisik dan mental serta kelaparan juga dehidrasi membuat pandangan Aera mengabur dan perlahan gelap sepenuhnya. Hal terakhir yang Aera ingat adalah suara gadis pekerja toko roti dan guncangan pada bahunya.
***
Jimin melangkahkan kaki lebar-lebar karena ia sudah terlambat dua puluh menit dari waktu yang ditentukan. Para member betul-betul meninggalkan Jimin dan membuatnya harus berangkat dengan manager Hobeom plus diceramahi sepanjang jalan.
Kini Jimin setengah berlarian di koridor menuju tempat membernya berkumpul bersama para stylist dan coordi noona yang akan menangani outfit konser mereka. Langkah Jimin terhenti saat sesosok gadis berambut sebahu melewatinya dari arah berlawanan. Langkah gadis itu tidak beraturan dan tampak panik entah mengapa. Dan sesuatu pada gadis itu membuat Jimin tanpa sadar menggerakkan kakinya untuk ikut berlari dan mengejarnya.
"Agasshi!"
Langkah kaki gadis itu terhenti diikuti Jimin beberapa langkah darinya. Perlahan gadis itu memutar balik tubuhnya dan ia tersentak saat posisi Jimin tidak terlalu jauh darinya.
Jimin menatap gadis itu dari bawah ke atas seolah mesin scan. Ingatannya bekerja ekstra untuk mengingat di mana dan kapan ia pernah bertemu gadis di hadapannya saat ini.
Jimin menjentrikkan jari saat ingatannya kembali. "Gadis sungai Han! " serunya.
Gadis itu berkedip. "Pardon? Ah, maksudku, nde? Mworagoyo?"
Jimin menunjuk jaket denim kebesaran yang membalut tubuh sang gadis. "Jaketku. Itu jaketku."
Gadis itu--Aera--refleks menyentuh jaket denim yang membalut tubuhnya. Tidak menyangka ia akan bertemu dengan sang pemilik dalam waktu singkat. Orang yang telah berjasa untuknya meskipun mungkin bagi orang itu sendiri bantuannya bukanlah apa-apa.
"Ah...jadi kau yang meninggalkan jaket ini untukku? Te--terima kasih!" Aera membungkuk. Tidak sadar bahwa orang yang ada di hadapannya ini adalah salah satu member HTS di mana Aera akan bekerja untuknya. "Akan ku laundry jaket ini dan ku kembalikan secepatnya!"
Jimin menggaruk tengkuknya canggung. "Ah, sama-sama. Tapi kau santai saja soal jaket itu." Lalu ia tersenyum tulus. "Apa nona sudah baik-baik saja saat ini?"
Sama sekali tidak. Tapi tentu saja Aera tidak menyuarakannya secara langsung. "Iya, aku baik-baik saja. Terima kasih banyak." Lalu ia teringat janjinya untuk bertemu kakak perempuan Jaebin yang bekerja di sana hari ini. "Ah agasshi maafkan saya, saya harus pergi. Lalu soal jaket ini apakah bisa kita bertemu lagi di sini untuk mengembalikannya?"
Jimin tersenyum. Sedikit geli juga karena ternyata gadis di hadapannya ini bahkan tidak bereaksi atau mengetahui jati diri Jimin. Apa mungkin karena Jimin tidak memakai make up hari ini? "Baiklah. Aku bekerja di sini."
"Aku juga." Aera menyahut cepat. "Sampai bertemu lagi!"
Jimin mengangguk tidak lupa tersenyum manis. "Iya, sampai bertemu lagi juga."
Sepeninggal Aera, Jimin menatap punggung gadis itu yang akhirnya menghilang di belokan koridor. Sejujurnya bukan hanya karena jaket denim miliknya yang tengah melekat pada tubuh Aera alasan Jimin berhenti melangkah dan memilih untuk berbicara dengan Aera. Ada sesuatu pada gadis itu yang mengingatkan Jimin pada seseorang yang ia rindukan. Yang sudah menghilang begitu lama dari hidupnya. Yang juga Jimin paksa hapuskan dari ingatannya.