Aera menatap bangunan yang pernah ia kunjungi beberapa waktu lalu saat berkeliling Gangnam untuk pertama kali sejak kepindahannya. Aera tidak menyangka bahwa satu dari sekian hari yang ia punya akan membawanya kembali ke gedung yang menjadi tempat bernaungnya boygroup Korea paling ternama saat ini.
Aera sudah mempelajari sedikit tentang BigStar sambil menyantap menu sarapan menyedihkannya yang mirip makanan gratis untuk para gelandangan yang disediakan salah satu lembaga masyarakat. Setidaknya Aera tidak terlalu buta untuk mengetahui kepada siapa ia akan bekerja nanti.
Aera tidak punya waktu banyak sejak ia bangun tidur hari ini. Setelah sarapan Aera bersiap dengan terburu-buru untuk mengejar bus, bertahan di tengah himpitan para pekerja berkemeja kaku dalam bus hingga meniti langkah menuju tempatnya berada saat ini. Gedung BigStar Entertainment.
Dua hari yang lalu setelah pingsan dengan keadaan dehidrasi dan kelaparan di toko kue, seorang gadis baik hati bernama Yoora membawa Aera ke klinik untuk diperiksa dan diberikan vitamin. Setelah yakin keadaan Aera tidak parah, Yoora dengan sangat baik hatinya membawa Aera ke rumah gadis itu.
Aera tidak menyangka gadis yang bekerja di toko kue itu, yang pernah ia temui sekali dan berkenalan dengannya karena fasih berbicara bahasa Inggris (read di cerita Singularity) itu memiliki rumah yang tidak bisa dibilang sederhana. Cukup menunjukkan bahwa latar belakang gadis itu jelas bukan orang biasa saja.
Setelah menjelaskan apa yang terjadi--sambil menikmati makan malam yang disediakan Yoora dengan tidak tau malu--Yoora resmi menerima Aera di rumahnya untuk menempati salah satu kamar kosong di sana. Lagipula Yoora tinggal sendiri dan sudah sejak lama ia ingin menyewakan salah satu kamar di rumahnya namun belum terlaksana. Meskipun Aera baru bisa membayar uang sewa setelah ia memiliki pekerjaan, beruntung Yoora bermurah hati. Bahkan gadis itu meminta Aera untuk fokus beristirahat dulu.
Tentu saja pada akhirnya Aera tidak punya banyak pilihan. Pulang ke Kanada dengan tangan hampa atau mengambil kesempatan yang ada dengan risiko besar mengancam. Hidup selalu tentang memilih. Dan Aera sudah menentukan pilihannya.
Ini bukan lagi tentang dance. Aera tau bahwa kesempatannya mewujudkan impian nyaris tak bersisa saat ini. Aera bukan pusat dunia. Tidak semua yang ia impikan bisa diwujudkan. Tidak semua yang hendak ia gapai tercapai. Sudah saatnya Aera bangun dan hidup dalam kenyataan. Ini pilihan Aera, untuk hidup tanpa impian mulai saat ini.
Hidup tidak adil untuknya. Dan mengejar impian saat ini bukanlah hal yang patut diprioritaskan. Mimpi yang Aera punya tidak akan menghasilkan pundi-pundi untuknya bertahan hidup.
Aera tau ia tengah mengambil risiko besar untuk bekerja di BigStar dengan menipu. Biarlah, toh dia tidak merugikan pihak manapun. Ini salah satu caranya untuk bertahan hidup di tengah kerasnya kehidupan. Aera tidak perduli lagi soal moral saat ini. Dia tidak akan kenyang dengan hanya melakukan sesuatu sesuai moral. Hidupnya juga sudah terombang-ambing sejak ia menginjakkan kakinya di Korea.
Aera mengalungkan id-card staff resmi BigStar bersematkan foto dan namanya. Hari ini, ia resmi menjadi pegawai BigStar Entertainment. Terasa dekat sekaligus jauh dengan impiannya. Aera menghentikan langkah di depan tembok yang dipenuhi jajaran foto-foto HTS Seonyeondan. Boygroup yang akan memperkerjakannya selama konser tour dunia.
Aera tertawa miris. Tidak pernah ia sangka akan tiba masanya ia benci hal-hal yang berkaitan dengan dunia hiburan dan seni yang selalu menjadi mimpinya sejak dahulu.
Sejak menjadi trainee singkat di agensi Jaebin, Aera memandang dunia idol sebelah mata. Mereka tidak lebih dari orang-orang haus akan ketenaran dan uang. Aera yakin orang-orang yang akan memperkerjakannya saat ini juga tidak lebih baik. Mereka hanya sekumpulan orang beruntung yang memanfaatkan musik dan tari sebagai ladang mengeruk pundi.
"Aku benci mereka." Aera menatap iri ke foto-foto HTS yang kebanyakan menampilkan saat mereka menerima penghargaan. "Tapi aku lebih benci pada diriku sendiri."