Bab 15

1024 Words
“ Kamu menyuruh aku keluar dari kamar ini, itu artinya kamu menyuruhku untuk menghamilimu saat ini juga.” Ujar Bian dengan penuh ketegasan serta gerakan cepat yang langsung merobek pakaian Amel, dan melempar tubuh Amel keranjang. “Pah, jangan! Baiklah. Papa tetaplah di kamar. Papa bisa peluk aku, menciumku, apa saja, asal jangan yang satu ini. “ Ujar Amel dengan penuh permohonan, membuat Bian tersenyum. “Good girl. Jangan melarangku ada di kamarmu, karena aku tidak suka. “ Ujar Bian seraya mengacak-acak rambut Amel dengan gemas. Amel bernafas lega karena ia merasa selamat dari ancaman Bian. Bian mengelus d**a dan juga paha Amel, karena Amel juga sudah tidak ada pakaian yang menempel di paha tersebut, hanya ada pakaian dalam Amel saja, hingga tangan Bian bisa leluasa menyentuh seluruh tubuh Amel. Amel sendiri hanya diam saja memasrahkan diri disentuh oleh Bian, karena Amel juga percaya pada Bian, kalau Bian tidak akan melakukan hal yang lebih terhadap dirinya sebelum dirinya mengatakan Iya ataupun mengatakan saya setuju. Bian benar-benar melakukan apa yang dikatakan oleh Amel tadi, di mana Amel memberi Bian izin untuk mencumbu seluruh tubuhnya asal tidak dengan satu hal yang menjadi larangan keras bagi Amel, hingga Amel merasa ikut b*******h akibat sentuhan-sentuhan lembut Bian. “ Pah, sudah cukup. Aku mau ke kamar mandi. Aku baru selesai masak. Gerah. “Ujar Amel yang entah kenapa ia merasa tidak tahan menahan sentuhan Bian karena setiap sentuhan Bian berhasil membuat gairahnya sangat tidak bisa dikendalikan. “ Tidak mandi 1 minggu pun, aroma di tubuhmu tetap menjadi candu buat aku, Baby. Jadi jangan jadikan alasan masak tadi buat menghindariku. “ Ujar Bian yang terus bermain di perut rata Amel, membuat Amel benar-benar sangat tidak tahan menahan nafsunya. “Tapi aku merasa gerah. Aku merasa sangat lengket semua ditubuhku. Aku harus mandi. “ rengek Amel tetap berusaha untuk melarikan diri dari jeratan nafsu Bian, karena Amel takut lepas kendali. “ Ya sudah, kalau begitu kita mandi bersama, "kata Bian " Tapi kan Papa sudah mandi. Papa sudah rapi. Paoa tinggal berangkat ke kantor aja kan, "ujar Amel yang tidak ingin Bian ikut mandi bersama, karena Amel yakin sekalipun Bian belum mandi, mandi yang seharusnya menjadi Mandi singkat akan menjadi mandi yang sangat membutuhkan waktu yang lama. “Tidak masalah. Ayo kita mandi. "Ujar Bian yang langsung menggendong tubuh Amel dan membawa tubuh Amel masuk ke dalam kamar mandi. Jadilah mereka mandi bersama. Bian benar-benar mandi bersama meskipun baru saja selesai mandi, bahkan pakaian Bian sudah sangat rapi dan bersiap untuk berangkat ke kantor, Tapi demi Amel, Bian tetap mandi lagi meski mandi kali ini mereka tidak ada kegiatan apapun, dan hanya sentuhan-sentuhan lembut saja, Bian tidak berani mencium tubuh Amel, karena Bian yakin, Bian pasti akan lepas kendali melihat tubuh polos Amel di depan matanya langsung. Jadi Bian juga terburu-buru untuk menyelesaikan mandinya demi menyelamatkan Amel. “ Sayang, nanti temani aku di kantor ya. "Ujar Bian setelah mereka sudah sama-sama memakai pakaian rapi, meminta agar Amel menemaninya di kantor. “ Iya. Tapi aku gak bisa pulang malam, takut Kak Angga marah kalau tau aku pulang malem, “ kata Amel “Tidak apa-apa, Sayang. Yang penting kamu ada waktu buat nemenin aku. “ Kata Bian seraya menyerahkan dasinya, meminta agar Amel membantunya untuk memasangkan dadi tersebut. Sebenarnya Bian bisa saja melakukan sendiri, hanya saja, Bian ingin dilayani Amel, jadi Bian meminta bantuan Amel. Amel dengan penuh kelembutan melayani Bian seperti pasangan yang sesungguhnya. Setelah Bian berangkat ke kantor, Amel membereskan rumah, baru setelah mengerjakan pekerjaan rumah, Amel bersiap untuk ke kantor Bian sesuai dengan janjinya pada Bian. Amel melihat masih belum jam 11, jadi Amel sekalian membawa makan siang untuk Bian. Seperti biasa, setelah sampai di kantor Bian, Erik akan menjemput Amel, dan mengantar Amel ke ruangan Bian. Amel dengan perlahan membuka pintu ruangan Bian. Dan selama di ruangan Bian ada Amel, Erik pasti akan berjaga sampai Amel pulang. Sebenarnya Bian bukannya tidak bisa untuk berjaga pintu ruangan Bian, hanya saja, Bian tidak ingin memberi perintah pada orang lain untuk urusan Amel di ruangannya. Bian hanya percaya pada Erik seorang, bukan karena Bian tidak mampu. “Sayang, bawa makanan dari rumah Angga? “ tanya Bian saat melihat Amel meletakkan sekotak nasi. “Iya. Kebetulan kan aku masak banyak tadi, “ Jawab Amel “Sayang, aku suruh Erik buat beli makanan ya. Jujur aku cemburu kamu selalu memprioritaskan nama Angga, sampe makanan saja aku dibawakan dari rumah Angga. “ Ujar Bian seraya mengambil kembali kotak makanan yang dibawa oleh Amel, dan membawanya keluar dari ruangannya. Amel mengerutkan keningnya saat melihat makanan yang ia bawa, malah dibawa keluar oleh Bian. Ternyata Bian membawa makanan yang dibawa Amel itu untuk diberikan pada Erik. “Makan siang lebih awal gak papa. “ Ujar Bian seraya menyerahkan makanan tersebut pada Erik, membuat wajah Erik Langsung sumringah. Belum sempat Erik mengucapkan kata terimakasih nya pada Bian, Bian sudah menutup pintu ruangannya kembali. “Wahhh, kehadiran nona Amel dalam kehidupan Pak Bian sangat membawa aura positif ya. Bertahun-tahun aku kerja sama Pak Bian, bahkan seumur-umur, baru kali ini Pak Bian ngasih makan siangnya buat aku, bahkan sampe nyuruh aku makan siang lebih awal. Sungguh luar biasa. Pak Angga benar-benar rugi. “ Gumam Erik dengan penuh kebahagiaan, seraya membawa langkahnya untuk duduk di kursinya. Erik menyantap makan siang yang seharusnya menjadi makan siang Bian, malah jadi makan siangnya. Entah apa karena Erik lapar, atau karena makanan yang dibawa Amel sangat lezat, hingga Erik terlihat sangat lahap seperti orang 2 hari tidak makan. Belum sempat Erik minum, Bian sudah menghubunginya, dan meminta agar membelikan makan siang untuk dirinya. Dengan cepat Erik mematuhi perintah Bian, agar Bian juga segera makan siang. Amel menemani Bian hingga sore saja, karena Amel takut Angga pulang lebih awal, dan tau dirinya belum pulang. Bian sendiri juga tidak marah, karena Amel sebelumnya juga sudah memberitahu Bian kalau ia tidak bisa menemaninya hingga malam. Sesampainya di rumah, Amel melihat mobil Angga sudah ada di halaman rumah, yang artinya Angga sudah pulang. Amel sedikit merasa lega karena ia tidak pulang malam. Namun, saat Amel ingin melewati kamar tamu, Amel dibuat terkejut saat mendengar suara aneh di balik kamar tamu. “Apa Kak Angga membawa sekertaris itu ke rumah….
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD