Bab 3. Cinta Terpendam

1142 Words
Celetukan dari Serena itu ternyata mematik api amarah dalam diri Elang. Pria itu benar-benar tidak terima karena merasa tidak melakukan apa pun kepada Heera. Keadaannya pun semalam tidak sadar jadi kemungkinan memang tidak terjadi apa pun bukan? "Kita lakukan visum," ucap Elang begitu geram. "Jika aku memang memaksa Heera, pasti akan ada buktinya. Ya, kita lakukan visum dan cek CCTV. Kalau memang terbukti aku bersalah, aku akan tanggung jawab." Dengan sangat lantang Elang menantang. Ia paling benci jika harga dirinya diinjak-injak seperti ini. "b******n!" Matthias berdecih geram. "Itu hanya caramu agar bisa merebut Heera 'kan? Kau pasti memang menginginkannya!" "Jika aku memang ingin merebutnya darimu, aku pasti sudah melakukannya 6 tahun yang lalu!" Elang balas berteriak, kesabarannya pun habis karena tidak diberikan kesempatan membela diri. "Kau pikir aku aku rela pergi ke luar negeri untuk apa? Untuk kau! Aku lebih mementingkan persahabatan kita daripada perasaanku b******k!" Ucapan Elang itu berhasil membuat semua orang semakin syok. Secara tak sengaja Elang justru mengungkapkan jika memang sudah mencintai Heera sejak lama. Hal itu membuat amarah Matthias kembali berkobar, pria itu merangsek menghajar Elang tanpa ampun. Elang kali ini tidak tinggal diam. Ia benar-benar tidak terima dihakimi seperti ini. Beberapa pukulan balasan ia berikan hingga wajah Matthias pun babak belur. "Matthias!" "Elang!" Para Ayah di ruangan itu kembali memisahkan keduanya. Jayden memeluk Matthias seerat yang ia bisa begitu pun Ethan yang menahan anak laki-lakinya. "Ethan, bawa Elang keluar!" teriak Jayden dengan napas terengah-engah. Ia yakin Matthias benar-benar akan membunuh Elang jika terus dihadapkan seperti itu. Ethan mengangguk mengerti. Jika dibiarkan saja kedua anak mereka bisa saling membunuh hanya karena satu wanita. Setelah ini barulah ia akan mengurus segalanya. Elang masih tidak terima aslinya, ia memandang Heera sangat tajam. Entah kenapa kali ini ia tidak percaya dengan wanita itu. Wajah lembutnya itu seperti membius orang hingga lupa jika ada bisa yang disembunyikan. Heera tidak berani melawan tatapan mata Elang sama sekali. Pria itu selalu mempunyai aura intimidasi yang kuat sejak dulu. Ia hanya menundukkan wajah dalam-dalam dengan air mata yang terus mengalir. "Nindy, bawa Heera besama Kenanga. Malam nanti, kita adakan pertemuan keluarga," titah Jayden. Sejenak ia melirik ke arah kasur yang bersih. "Apa mungkin ... Heera dan Matthias sudah melakukannya? batin Jayden menerka. Setelah Heera dibawa pergi dan yang lain juga pergi. Jayden berbicara serius dengan putranya. Namun, sebelum itu ia memanggil perawat untuk mengobati luka Matthias agar tidak infeksi. Setelah emosi Matthias mulai tenang, barulah mereka berbicara. "Bagaimana keputusanmu?" tanya Jayden, tidak ingin ikut campur mengenai keputusan anaknya karena bukan dirinya yang menjalani kehidupan pernikahan nanti. "Keputusanku masih sama. Aku akan tetap menikahi Heera." Matthias menendang meja di depannya karena kembali emosi. Jayden menarik napas panjang. Benar-benar harus tenang menghadapi orang yang sudah sangat marah ini. "Jika memang seperti itu, artinya perasaanmu memang sudah sangat jauh. Apa ada alasan lain? Apakah kau sudah pernah menyentuh Heera?" "Mana mungkin, Pa? Aku selalu menjaganya selama kami berpacaran. Elang kurang ajar!" maki Matthias kembali dibuat emosi. Sebelumnya, Jayden sudah mewanti-wanti anak laki-lakinya agar tidak sembarangan melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Bukannya ingin sok suci, dulunya ia pun lebih b******k lagi. Untuk itulah ia tidak mau anak-anaknya seperti itu. Selain merugikan wanita yang dirusak, juga merugikan diri kita sendiri. Mendengar jawaban dari Matthias membuat Jayden mulai menarik benang kusut yang terjadi hari ini. "Tinggalkan Heera," titah Jayden. "Pa?" Matthias menatap Papanya dengan tatapan kaget. "Dia tidak menginginkanmu, dia menyukai Elang," ujar Jayden sangat paham akan siasat Heera ini. Sebagai pria yang telah malang melintang dalam dunia percintaan dan bertemu berbagai macam wanita. Jayden tahu Heera melakukan ini agar dirinya tidak disalahkan. Ingin menolak Matthias pasti tidak enak, jadi mengambil cara nekat dengan menjadikan Elang kambing hitam. "Omong kosong!" Matthias berdecih muak. "Aku yang telah menjaganya selama 6 tahun, enak sekali Elang yang ingin menikahinya. b******n itu perlu dihabisi, pengkhianat!" Matthias bangkit dari duduknya, bergerak tak tenang karena emosi. "Papa hanya memberikanmu saran. Pernikahan itu kalau bisa satu kali seumur hidup. Apa kau ingin menghabiskan waktumu dengan wanita yang tidak mencintaimu?" kata Jayden menasehati. Matthias tertawa sinis sambil melirik Papanya. "Takdir itu sangat lucu ya? Papa yang melakukan itu kepada Mama. Sialnya malah aku yang mendapatkan karma. s**t!" Tak terasa air mata Matthias mengalir menyadari perkataan Jayden benar adanya. "Matthias! Apa maksudmu?" Jayden menatap anaknya tak mengerti. "Papa juga seperti itu 'kan? Berpura-pura mencintai Mama selama bertahun-tahun tapi faktanya Papa masih mencintai wanita di masa lalu Papa. Tidak ada bedanya Papa dengan Heera, orang-orang munafik!" Wajah Matthias semakin sinis tak peduli ucapannya itu kurang ajar, ia sudah terlalu emosi sekarang. "Matthias!" Jayden membesarkan mata kaget. Tak menyangka jika anaknya tahu tentang hal itu. "Kenapa sih harus aku yang terkena karmanya? Kenapa tidak anak dari wanita itu. Sialan! Argh!" Matthias akhirnya tak tahan lagi, pria itu berteriak keras lalu memukul tembok dan berlalu begitu saja. Meninggalkan Jayden yang terpaku oleh perasaan nyeri yang luar biasa. *** Di ruangan lain, Elang pun sedang di sidang oleh Ethan serta Nindy. Keduanya mencerca apakah Elang melakukannya atau tidak namun pria itu juga bersikeras mengatakan tidak. "Ayah akan menghukummu jika kau benar-benar melakukannya," ancam Ethan berharap Elang akan jujur. "Ayah tahu, menahan perasaan pada wanita yang kita cintai itu sangat tidak mudah. Jika pada akhirnya aku yang akan menjadi pelaku kejahatan ini. Aku tidak akan rela mengekang rasaku dengan pergi meninggalkan keluargaku. Ayah ... aku tidak pernah ingin mengkhianati Matthias," jawab Elang pasrah. Sudah lelah juga membela dirinya dan membuktikan jika tidak bersalah. Ethan dan Nindy saling padang. Akhirnya mulai mengerti jika anaknya pun memang tidak ingin kejadian ini terjadi. Selain itu, Nindy sangat bangga karena anaknya dulu mengalah demi Matthias, sayang sekali pengorbanan itu harus berakhir seperi ini. "Lalu bagaimana? Heera mengatakan kau adalah pelakunya," tutur Nindy. "Kita lakukan visum, agar membuktikan Elang tidak bersalah." Ethan segera mengambil inisiatif menghubungi salah satu rumah sakit agar bisa melakukan visum. Siapa juga yang terima jika anaknya disudutkan seperti itu. "Tidak perlu." Suara Jayden tiba-tiba terdengar masuk ke dalam ruangan membuat semua orang menoleh. "Apanya yang tidak perlu? Elang sudah aku sidang, dia memang tidak melakukannya," sergah Ethan. "Keluarga Heera pasti akan tetap menuntut Elang atas kejadian ini. Aku sudah berbicara dengan Matthias, pernikahannya akan tetap berlanjut tapi dengan mempelai yang berbeda." "Om Jay, kita lakukan visum. Aku benar-benar tidak melakukannya." Elang segera bangkit mendekati Jayden. Ia jelas tahu Matthias sangat mencintai Heera. Tidak ingin sahabatnya itu hancur jika harus melepaskan Heera begitu saja. Jayden tersenyum tipis seraya menepuk bahu Elang. "Om percaya padamu. Om juga bangga karena kau rela menahan perasaanmu demi persahabatan kalian. Tapi saat ini tidak ada pilihan lagi, Elang. Semua undangan sudah disebar, tidak mungkin kita membatalkan pernikahan itu. Keluarga Heera pasti tidak akan setuju. Anggap saja ... Heera memang jodohmu," titah Jayden pelan. "Jay!" Ethan mengumpat lirih. "Kau ingin menumbalkan putraku?" Ethan tak akan tinggal diam. Bukankah dengan seperti ini nama anaknya yang akan jadi buruk? "Bukankah Elang juga mencintai Heera?" Bersambung~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD