Masih segar di ingatan Shilla, semua memori di masa SMA-nya. Di mana, ia pernah merasakan jatuh terpuruk begitu dalam. Lio mengantar Shilla sampai depan rumahnya, setelah acara 'menginap dadakan' mereka di Bandung. Pemuda itu, seolah berat untuk berpisah dengan Shilla. "Sana pulang, Yang," usir Shilla. "Kok, kamu jahat gitu sih, Yang?" Lio yang masih duduk di motornya, mendekap perut Shilla, yang berdiri di hadapannya, dengan erat. Shilla mengusap kepala Lio lembut. "Besok kan, kamu bisa jemput aku di sekolah, Yang." Lio mendongakkan wajahnya. "Itu masih lama, Yang." Shilla tertawa, demi melihat wajah cemberut Lio. "Ga lama, Yang. Bentar doang, itu." "Lima menit lagi kalau gitu peluknya," pinta Lio, yang dituruti Shilla. "Janji, ya?" Lio hanya menganggukkan kepalanya. Selama lima