39. Ibu

1608 Words
Membuka pintu rumahnya dengan pelan-pelan. Terlihat jika sebentar lagi pintu itu akan rubuh. Di sekitar rumahnya masih terlihat genangan air bekas hujan, dan ... Ketika masuk ke dalam rumah, mengapa rumahnya ini sangat berantakan sekali? Rumah yang hanya memiliki dua kamar, satu ruang tamu dan dapur serta toilet yang tak besar itu, semakin terlihat kumuh ketika ia datang kali ini. Apalagi, Deema melihat sepertinya air hujan merembas melalui tembok. Dan alas lantainya pun sedikit basah. "Bu? Ratu?" Panggil Deema sambil masuk ke dalam rumah. "Iya, Kak. Aku sama ibu di kamar." Hati Deema langsung lega ketika mendengar suara adiknya itu. Deema berjalan menuju kamarnya bersama Ratu, ternyata benar ada Ratu dan ibunya di sana. Deema mencium tangan ibunya untuk bersalaman. "Ibu sehat?" Tanya Deema. "Sehat. Kamu dari mana saja? Ibu khawatir kamu gak pulang ke rumah tiga hari." "Di toko banyak kerjaan, Bu. Maaf Deema tidak bilang terlebih dahulu." Kinanti pun tersenyum, dan mengusap lembut lengan Deema. "Kamu pasti capek?" Deema menggeleng. "Ini, Deema bawa makanan buat Ibu, sama Ratu. Makan ya ...." Deema membelikan ibu dan adiknya itu jajanan di pinggir jalan. Agar ibu dan adiknya juga bisa merasakan bagaimana rasanya makanan yang sedang hits digandrungi banyak orang. Zaman sekarang jajanan kaki lima memang sedang trand. "Ibu suka nasi gimbal seperti inikan? Ini Deema belikan dengan topping yang komplit buat Ibu," ucap Deema sambil membuka wadah makanan yang bermerk itu. Ibunya itu menerima, dan langsung mencicipi makanan yang sudah dibelikan oleh Deema. "Aku boleh makan. Kak?" Tanya Ratu. Deema mengangguk. "Boleh dong ... Gue beli makanan banyak buat Lo. Makan aja, kalau sisa simpan di kulkas bisa dihangatkan besok." "Yeyy ..." Ratu langsung melihat ke dalam beberapa kantong plastik yang dibelikan oleh kakanya untuknya itu. Sambil menikmati makanannya, Kinanti tersenyum melihat perubahan Deema yang sangat drastis. Anak pertamanya itu menjadi wanita sangat baik, dan sekarang ia lebih perhatian. Entah, Kinanti tidak tahu mengapa Deema bisa seperti ini. Tapi ia merasa sangat-sangat bersyukur Deema menjadi orang yang lebih baik lagi. "Kamu punya pacar?" Tanya Kinanti tiba-tiba yang membuat Deema dan Ratu yang tengah memakan mie itu langsung terdiam dan saling pandang. "Kenapa? Ibu salah bertanya?" Deema menggeleng. Ia mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya. Mungkin lebih baik ia bercerita tentang Aiden, tidak ada salahnya juga. "Iya, Bu. Deema sudah punya pacar, guru Deema sendiri." Ratu dan Kinanti terkejut, sampai-sampai Ratu terbatuk mendengar hal ini. "Aduh ... Minum-minum ...." Deema memberikan Ratu gelas yang berisi air mineral. "Kk--kamu serius, Kak?" Tanya Ratu. Deema pun mengangguk. "Iya, pacar Gue guru baru di sekolah Gue." "Kok bisa?" Tanya Ratu yang sangat penasaran. "Bisa ... Deema kerja di toko kue kakaknya, Bu. Dan ... Selain guru, dia juga ... Pengusaha pariwisata." "Deema? Kamu gak lagi mimpi?" Kinanti yang tidak percaya, ia bertanya. "Kenapa harus mimpi, Bu? Dia yang duluan ngedeketin Deema. Dia juga ngubah Deema menjadi seperti ini ....." Kinanti sangat kasihan melihat Deema, ia bisa merasakan apa yang anaknya itu rasakan. Ia mengusap rambut Deema dengan lembut. "Nak ... Kamu masih ingat posisi kita? Orang-orang besar seperti itu hanya menindas kita, Nak ... Agar kita bisa nurut dan terakhir kita pasti dijadikan b***k. Ibu tidak mau kamu menjadi seperti itu." Deema tahu kekhawatiran seorang ibu yang tidak ingin anaknya tersakiti. Deema memegang tangan ibunya. "Ibu ... Deema tahu, Deema sudah besar, bisa jaga diri. Sekarang, aku pacaran sama dia karena aku tahu kalau dia bener-bener tulus sama Deema. Dia udah denger keributan aku sama ayah waktu itu, dia juga udah tau ayah kaya gimana. Dan ... Dia ngajak Ibu dan Ratu buat bertemu." Deema bercerita, ingin membanggakan sosok Aiden di depan ibunya. Ia ingin memperlihatkan, bahwa masih ada orang yang tulus dengannya. "Namanya Aiden, Bu. Keluarganya sangat baik dengan Deema. Keluarganya juga nerima Deema dengan apa adanya. Bahkan, ibu pak Aiden sangat suka dengan kehadiran Deema, dan ingin selalu Deema mengunjungi ke sana. Tak hanya ibunya saja, kakak dan ayahnya pun senang dengan kehadiran Deema." "Bu ... Deema tau Ibu khawatir. Tapi untuk kali ini, Ibu enggak perlu khawatir, aku baik-baik saja. Dan aku bisa jaga diri aku." Kinanti tidak tahan ingin memeluk Deema. Ia pun memeluk Deema dan Ratu. Ia meminta maaf karena sudah gagal menjadi seorang ibu yang tidak bisa mencukupi kebutuhan kedua anaknya. Kinanti meminta maaf karena sudah melahirkan mereka dari rahimnya. "Ibu, kita seneng dan bahagia dilahirkan dari seorang Ibu, seperti Ibu. Yang sabar, kuat, selalu berjuang. Ibu yang sabar ya ... Ibu harus kuat. Tunggu kita sampai bisa bahagiakan Ibu. Aku dan kak Deema janji ...." Kini Ratu berbicara dan diangguki oleh Deema. "Terimakasih, Nak ... Terimakasih ...." Mereka pun memilih untuk kembali mengobrol, dan menceritakan hal-hal lucu agar malam mereka semakin asik. Deema juga bercerita beberapa hal penting kepada mereka. Rencananya ia akan menjual tanah rumah ini, dan mereka akan mengontrak di rumah yang lebih layak lagi. .... Keesokan harinya, Deema harus berangkat ke sekolah dengan rintik hujan yang menyambut. Di bawah payung kecil yang ia gunakan untuk melindungi dirinya, ia berjalan di bawah gerimis yang indah ini. Musim hujan memang musim yang sangat menenangkan baginya. Suara hujan selalu terdengar indah di setiap harinya. Dan Deema sangat suka akan hal itu. Ia menadahkan hujan dengan tangannya. Membiarkan telapak tangannya terbasahi oleh gerimis yang turun. Aiden menelponnya pagi tadi, ia tidak bisa menjemput karena ia harus berangkat menuju kantornya terlebih dahulu. Sebelum siang nanti akan pergi ke sekolah. Deema kadang berpikir, mengapa Aiden harus menjadi guru disaat uangnya sudah banyak. Dan ia sendiri memiliki perusahaan yang sangat besar. Aiden memang sangat aneh. Setelah berjalan 20 menit, akhirnya Deema sampai di sekolahnya. Ternyata benar, pohon besar di depan sekolahnya itu tumbang dan menimpa ke bangunan sekolah. "Ya ampun ... Sayang banget harus di renovasi lagi," kata Deema yang melihat akan hal itu. Ia berjalan masuk ke dalam sekolah sambil melihat bangunan yang rusak itu, sampai tak sadar jika ia menabrak seseorang sampai ada benda yang terjatuh di hadapannya. "Aduh!" "Aw!!" Dua-duanya sama-sama terkejut. Deema menahan rasa sakit di kakinya karena sepertinya kakinya itu terinjak oleh orang yang menabraknya tadi. Deema melihat orang yang menabraknya sepertinya itu adik kelasnya. "Aduh ... Maaf-maaf, Kak ... Saya enggak sengaja. Aduh .... Maaf ya ...." Adik kelas itu seperti ketakutan karena melihat yang ia tabrak adalah Deema. Ia kenal Deema dari cerita orang lain jika seorang yang bernama Deema itu sangatlah jahat dan suka menindas. Makanya ia ingin buru-buru meminta maaf. Deema membantu mengambil buku yang terjatuh di depan kakinya, lalu ia berikan kepada perempuan itu. "Ini buku Lo. Hati-hati kalau jalan." "I--iya, Kak ... Maaf ... Saya enggak sengaja. Maaf ya, Kak ... Maaf ...." Deema mengangguk dan tersenyum. "Santai aja." Ia pun kembali melanjutkan perjalanannya untuk menuju kelasnya yang berada di ujung sekolah ini. ... Pelajaran Sosiologi saat ini jam kosong, Lola menarik tangan Deema, ia mengajak Deema, Aya dan Celline melihat pertandingan basket yang di laksanakan di lapangan indoor. Ia yang paling bersemangat di sini karena permainan basket itu dimainkan oleh cowok-cowok ganteng, baik adik kelasnya maupun seangkatannya. Dan tak lupa, gosipnya Aiden pun ada di sana. Mereka berlari ke arah tribun, Lola yang membuat mereka menjadi terburu-buru, mereka pun menjadi penasaran. "Aaaaaa ... Ya ampun ... Surga dunia ada di depan mata," kata Lola yang kini melepaskan gandengan Deema. Deema mengerutkan keningnya aneh, melihat kelakuan Lola yang sangat super heboh. Ia pun penasaran apa yang menjadi sumber kehebohan teman-temannya itu. Ternyata ... Banyak sekali cowok-cowok tampan yang sedang bermain basket. Salah satunya adalah ... Kekasihnya sendiri, Aiden. Tidak hanya teman-temannya yang heboh dengan pesona Aiden, satu tribun yang diisi hampir semua cewek ini pun bersorak heboh di saat Aiden melakukan aksinya. "Wah ... Keren banget Pak ganteng ..." Kata Aya yang mengagumi Aiden. Apalagi saat ini Aiden sama-sama menggunakan baju seperti timnya, yang notabenenya adalah semua anak SMA. Deema sudah melipat tangannya kesal. Bagaimana tidak, kekasihnya itu dikagumi banyak orang, apalagi semua perempuan ini berteriak menyebut namanya. "Deema, Gue izin dulu ya buat mengagumi gebetan Lo ... Gue udah bilang loh ... Gak nusuk Lo dari belakang," kata Lola dengan wajah memelasnya. Bukannya marah mendengar perkataan Lola, Deema malah tertawa terbahak-bahak. Diikuti oleh Aya dan Celline. "Kok pada ketawa sih? Gue beneran kok ... Gue gak kuat ngeliat doinya Deema cakep banget ya ampun ....." "Lo parah Lo ... Masa gebetan temen Lo, Lo embat?" Kata Celline yang ingin membuat Lola khawatir. Lola si polos itu pun malah takut mendengar perkataan Lola. "Yah ... Yah ... Jangan gitu dong. Gue cuma sekedar mengagumi kok. Kalau memiliki, Gue gak sanggup." "Hahahah ... Lagu Lo gak sanggup," kata Deema sambil menyenggol bahu Lola. Deema yang sedikit kesal dengan Aiden, ia lebih memilih untuk duduk di tribun. Bagaimana tidak digandrungi oleh banyak wanita? Aiden yang menggunakan seragam tim SMA pun sangat terlihat sama seperti anak SMA. Ah ... Jika bertemu Deema akan menanyakan hal ini. "Kok muka Lo kesel sih?" Tanya Aya. "Yaiyalah gimana gak kesel, doinya di teriakin banyak cewek hahaha ...." Semuanya menjadi tertawa akibat ucapan Celline. Benar yang dikatakan Celline, ia kesal dengan Aiden yang tidak tahu keadaan itu. Dan sebentar ... Deema baru sadar jika di dalam lapangan itu juga ada Avyan, yang kini tengah berebut bola bersama Aiden. "Loh, kok Gue baru sadar ada Avyan?" Tanya Aya yang kini berdiri untuk memastikan jika itu memang Avyan. "Memang udah ada kali. Gatau nih ... Jangan-jangan ... Pertandingan ini ada sangkut-pautnya sama ... Deema ...." Akibat ucapan Lola, semua orang menjadi melihat ke arah Deema. "A--apaan sih Lo semua? Mana ada? Lagian Gue gak punya hubungan apa-apa sama mereka." "Bener?" Tanya Aya, Lola dan Celline bersamaan. "Benerlah! Gue tau ada pertandingan ini aja enggak." "Siapa tau mereka bertanding memperebutkan Deema seorang?" "Aaaaa ... Jadi mau ...."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD