Bab 4. Pertunangan Aksa

1023 Words
Rafa berhenti makan lalu menatap Aksa yang duduk di hadapannya. Dia tidak mengenal pria itu. "Om siapa ya? Mamaku ada di belakang, kenapa?" Ekspresi wajah Rafa terlihat datar lalu dia lanjut makan lagi. "Oh, ada mamanya." Aksa masih penasaran dengan mama yang dikatakan Rafa. "Nama kamu siapa? Boleh enggak, Om ketemu sama mamanya?" Aksa tetap berusaha untuk bertemu dengan Rindu. Rafa sebagai anak memiliki perasaan ingin menjaga mamanya. Dia tidak akan mempertemukan Rindu dengan Aksa. Anak kecil itu bangkit dari duduknya mendekati Vina--karyawan yang membantu Rindu menjaga toko itu. Anak itu meminta Vina membungkuk karena dia ingin mengatakan sesuatu. "Tante, om yang itu nanyain mama," bisik Rafa di telinga Vina. Karena hanya ada satu orang yang duduk di toko, Vina langsung paham siapa yang dimaksud. "Gimana cara nanyanya?" tanya Vina penasaran. "Kata om itu orang tua kamu di mana? Siapa orang tua kamu? Boleh enggak ketemu mamanya? Gitu katanya." Vina merasa heran mendengar ucapan Rafa. Dia pun berinisiatif untuk mendekati Aksa. "Tante tanya ke omnya dulu, ya. Rafa mau ikut apa nunggu di sini?" "Ikut Tante aja." Vina memegang tangan Rafa lalu berjalan menemui Aksa. "Ada yang bisa saya bantu, Pak? Katanya Bapak cari pengen ketemu dengan mama dari anak ini ya?" tanya Vina dengan ramah agar tidak menyinggung perasaan Aksa. "Oh, maaf, saya enggak ada maksud apa-apa kok, cuma penasaran aja kok anak ini duduk sendirian makan di sini. Kok enggak ada orang tuanya, tapi tadi katanya mamanya ada di belakang." Aksa berpikir ulang apa dia terlalu lancang jika merasa penasaran dengan orang tua Rafa. "Iya, mamanya anak ini sedang sibuk di belakang. Mungkin ada yang lain yang bisa saya bantu untuk Bapak?" Vina tersenyum ramah. "Oh ya, saya mau beli beberapa pastry saja." "Boleh. Mari ikut saya Pak, biar saya bantu." Vina kembali ke belakang meja kasir bersama Rafa. Aksa harus menyimpan sementara rasa penasarannya tentang mamanya Rafa. Yang penting dia tahu mama dari anak itu bekerja di sana sehingga dia bisa bertanya lain kali. Aksa pun membeli beberapa pastry di sana untuk dia bawa kembali ke kantornya. *** Rindu sedang bersih-bersih di dapur saat Attar datang. Pria itu tidak menunggu sambil berdiam diri saja. Dia pun turun tangan ikut merapikan beberapa kursi dan meja di sana lalu menyapu karena Vina dan karyawan Rindu yang lain sibuk membersihkan etalase dan membantu Rindu di dapur. "Loh Mas Attar kok nyapu sih?" protes Rindu saat baru datang dari dapur. "Enggak apa-apa. Soalnya enggak enak kalau cuma duduk doang nungguin kamu. Rafa udah pulang?" "Rafa tadi dijemput neneknya. Mas enggak usah nungguin aku. Aku bisa pulang sendiri, Mas." Sejak dulu Rindu selalu tidak mau merepotkan Attar. Tidak jarang dia selalu menolak kebaikan pria itu. "Enggak apa-apa kok. Sekalian aja." "Sekalian gimana? Kan rumah kita beda arah, Mas," protes Rindu pada Attar. Semakin mengenal Rindu, Attar semakin penasaran dengan perempuan itu. Dia terlihat begitu mandiri dan selalu berusaha terlihat kuat di hadapan Attar padahal pria itu bisa melihat perempuan itu terlihat rapuh. Sebagai seorang pria, Attar ingin selalu menjaga dan melindungi Rindu. Rindu tidak pernah melupakan mantan suaminya. Membuat Attar ingin dicintai seperti itu. Dia pun penasaran dengan sosok mantan suami Rindu yang sudah menyia-nyiakan Rindu dan anaknya. "Tadi mama nitip sesuatu buat tante Utari." Nika sudah begitu, Rindu tidak bisa menolak ajakan Attar lagi. *** Attar dan Rindu tiba di rumah saat makan malam. Setelah memeriksa titipan mamanya, Utari mengajak Attar makan malam di rumahnya. Tentu saja dia tidak akan menolak. Attar pun bergabung makan malam dengan keluarga Rindu. "Rin, besok malam ada undangan dari orang tua Aksa. Aksa mau tunangan katanya," ucap Utari di tengah makan malam. Mendengar itu Rindu tersedak. Dia segera minum lalu memberikan tanda pada Utari agar jangan membahas soal Aksa di depan Attar. Utari pun paham lalu mengalihkan topik pembicaraan. "Makan yang banyak ya, Tar!" Utari beralih pada Attar sambil membantu Rafa makan. Rindu sedih mendengar Aksa akan bertunangan. Sebisa mungkin dia tidak menunjukkan rasa sedihnya saat makan malam. Sampai akhirnya Attar pulang dan Rindu masuk kamar setelah menidurkan Rafa di kamar lain. Utari masuk ke kamar anaknya. "Kamu udah enggak berharap sama Aksa lagi kan, Nak?" tanya sang mama untuk memastikan perasaan anaknya. Utari harap perjuangan Rindu melupakan Aksa tidak gagal begitu saja. "Enggak kok, Ma. Kenapa?" Rindu terpaksa berbohong pada mamanya agar tidak khawatir. "Kamu sebaiknya enggak datang ke acara pertunangan Aksa. Mama khawatir kamu sedih lagi nanti pas di sana karena enggak sanggup lihat Aksa tunangan dengan perempuan lain." Utari mengusap lembut punggung Rindu. "Aku datang aja ya, Ma." Rindu tetap memaksa untuk datang ke acara pertunangan Aksa. "Aku enggak apa-apa kok. Aku udah biasa aja sama Aksa. Enggak ada perasaan apa-apa lagi." Rindu harus terlihat meyakinkan di hadapan Utari. "Bagus lah. Nanti datang aja ke acara itu bareng Attar. Biar Rafa Mama yang bawa." Utari memberikan saran. "Aku enggak mau ngerepotin Mas Attar dengan minta ditemani ke sana. Aku bareng Mama sama papa aja. Aku enggak apa-apa kok, Ma." Rindu harus terlihat kuat di depan orang tuanya. Dia pun meyakinkan diri untuk datang ke pertunangan Aksa dan dia akan baik-baik saja. *** Tepat hari pertunangan Aksa, Rindu datang bersama Rafa dan kedua orang tuanya. Orang tua Rindu bergabung dengan rekan bisnis mereka sementara Rindu sibuk menemani Rafa bermain di luar tempat acara karena dia tidak betah di dalam. Anak kecil itu berlarian dan Rindu kesulitan mengejarnya karena memakai gaun panjang. Tanpa segala Rafa menabrak seorang pria yang berdiri membelakangi mereka sambil menelepon. Saat Rindu sudah berada di dekat pria itu dan membungkuk menggendong Rafa pria itu menoleh. Matanya mengerjap berapa kali. Pria itu masih belum percaya dengan apa yang dia lihat. "Rindu?" Pria itu adalah Aksa yang selama lima tahun terakhir tidak pernah bertemu lagi dengan Rindu karena Rindu pergi menjauh. Rindu menatap Aksa yang banyak berubah. Tubuh pria itu terlihat semakin kekar, semakin matang seiring bertambahnya usia. Rindu terpesona dengan Aksa saat ini. Menurutnya wajar jika banyak yang jatuh cinta dengan pesona Aksa yang sekarang, dia pun begitu. Sangat wajar juga jika dia menemukan perempuan lain yang cocok untuk menikah dengannya. "Aksa? Apa kabar?" "Aku baik. Kamu apa kabar? Dia anak kamu?" tanya Aksa menunjuk Rafa merasa penasaran dengan siapa ayah dari anak itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD