70 – Sebuah Pengakuan

1800 Words

Saat Mas Bima keluar dari kamar mandi, aku buru-buru berdehem kemudian menyibak rambuk ke samping. Lewat ekor mata, aku menatap sekilas dia yang berjalan mendekat. “Mas, mau berpakaian langsung, ya? Aku bisa minta tolong sebentar, tidak? Itu juga kalau Mas Bima mau nolongin.” “Kenapa harus tidak bisa menolong?” Kini dia berdiri di belakangku, melingkarkan kedua lengan di pinggang, lalu berakhir mengusap-usap perut. Membuatku tertawa karena kegelian. “Kita sebenarnya mau ke mana? Kenapa kau berpakaian seperti ini? Cantik. Membuat orang tidak fokus saja.” “Adalah pokoknya. Mas Bima harus menurut tanpa protes-protes, oke?” Aku menatap galak lewat kaca, juga memukul pelan punggung tangannya karena hampir iseng merayap ke bawah. “Fokus, fokus! Sekarang tolong tarikin resleting dressku di bela

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD