Ledakan Bom dan Perjodohan

1530 Words
Teror, permusuhan, persaingan, dan aksi yang menumpahkan darah bukan lagi sesuatu yang mencengangkan. Ibram mulai terbiasa dengan semua hal itu sejak ia bekerja pada Nicholas sepuluh tahun silam. Dan kini, sebuah teror yang cukup gencar dilakukan selama dua minggu ini cukup membuatnya harus bekerja lebih ekstra lagi menjaga keamanan rumah Kielle, khususnya keamanan nona muda yang sama sekali tidak tahu dengan pekerjaan kotor yang dijalani ayahnya. Bagi Jenifer, ayahnya adalah pria sukses bertangan bersih dan bertangan dingin. Tanpa Jennifer ketahui jika ayahnya tersebut pun merupakan sosok yang berdarah dingin. “Tuan Nicholas meminta kita untuk memperketat penjagaan, khususnya di area kamar Nona Jennifer. Tuan sangat takut jika tuan putrinya terluka seperti mendiang istrinya,” ungkap Rama dengan nada yang sangat serius. “Harus, semua musuh Tuan Nicholas pasti tahu bahwa bagi seorang ayah, putrinya adalah harta yang paling berharga. Tidak menutup kemungkinan jika Nona Jennifer yang akan menjadi target utama para musuh untuk melemahkan Tuan dengan—“ “Aaaaaakkhhh!!” Sebuah teriakan yang sudah sangat dikenal di rumah ini membuat semua atensi teralihkan, bahkan Ibram sampai tidak melanjutkan kalimatnya tadi. Dengan mata yang melotot penuh rasa kaget, Ibram berteriak “PERKETAT PENJAGAAN!!!” Tubuh tegap Ibram dan Alex langsung berlari masuk ke dalam rumah mewah yang ditinggali oleh Jennifer, mereka kompak langsung menuju ke arah kamar Jennifer yang mereka yakini sebagai tempat yang menjadi sumber teriakan. Karena kalap dan sangat panik, Ibram menendang pintu kamar Jennifer hingga rusak padahal pintu tersebut sama sekali tak terkunci. Matanya langsung membelalak kaget manakala melihat Jennifer yang kini memegangi tangannya yang berlumuran darah sangat banyak. Masih dalam keadaan panik, Ibram langsung menghampiri nona muda tersebut, sedangkan Alex dengan cepat bergerak untuk memeriksa jendela. “Apa yang terjadi padamu?” tanya Ibram seraya memegang tangan Jennifer yang berlumuran darah. Pria itu tampak sangat khawatir dan langsung membawa Jennifer untuk bangkit. “Ada bola kecil yang masuk ke dalam kamarku dan ketika aku memegangnya bola itu pecah—maksudku meledak,” adu Jennifer dengan tangis yang meluap-luap, selain karena rasa sakit yang menderanya, ia takut jika telapak tangannya tak akan mulus lagi. “Itu bukan bola bodoh! Itu bom!” decak Ibram. “Alex, apa kau menemukan sesuatu?” tanya Ibram pada Alex yang kini berdiri di ambang jendela. “Tidak ada, aku yakin jika pelakunya melemparkan ini dari jarak yang jauh. Tidak mungkin ada peneror yang berani masuk ke wilayah rumah, dan jika pun mereka masuk maka mereka tak akan bisa keluar,” ungkap Alex yang langgung diangguki oleh Ibram. “Tangankuuuu!” tangis Jennifer dengan keras seraya mengangkat tangannya yang berlumuran darah. Ibram pun tak tega melihatnya, ia langsung berucap, “Aku akan mengobatimu.” *** Nicholas mengeram marah saat tahu jika putri semata wayang yang menjadi kesayangannya terluka. Ia mengepalkan tangannya erat, tangan yang telah ia gunakan untuk menghukum para pengawal karena telah lalai menjaga keamanan rumahnya yang mana membuat Jennifer terluka. Putrinya itu sendiri kini sudah terlihat lebih tenang dari sebelumnya setelah berhasil menghentikan tangisnya sekitar dua menit yang lalu. Bukannya menangisi rasa sakit yang menjalar di tangannya yang kini terbalut perban, Jennifer justru menangis sampai tersedu-sedu karena takut jika tangannya tak akan kembali mulus. Di ruang utama kini, ada Ibram dan Alex yang telah melaksanakan tugas mereka untuk melaporkan kejadian tadi secara rinci. Salah satu pipi mereka sama-sama berwarna keungu-unguan akibat bogem mentah yang telah diberikan oleh Nicholas sebagai hukuman atas apa yang terjadi pada Jennifer. “Daddy, bagaimana jika tanganku tak mulus lagi? Jika tanganku tak mulus maka tangan ini tak akan cocok untuk menggenggam tas mahal, bahkan walau hanya talinya saja,” cicit Jennifer dengan wajah yang sangat sendu. Ia menatap ayahnya tersebut dengan tatapan paling sendu di dunia dan menunjukkan jika dirinya adalah orang yang paling menderita hari ini. Tatapan itu pun berhasil membuat Nicholas merasa iba, ia menggerakkan tangannya untuk mengusap kepala putri kesayangannya yang menjadi peninggalan terakhir mendiang istri yang sangat dicintainya. “Kau tidak perlu mengkhawatirkan soal itu, setelah lukanya kering, kau bisa melakukan banyak hal agar tanganmu mulus kembali. Tak akan ada cacat sedikit pun yang tertinggal di kulitmu.” Setelah mendengar hal tersebut, barulah Jenifer merasa tenang. Ada banyak hal yang bisa ia lakukan untuk membuat kulit tangannya mulus seperti semula, kalimat itu sudah mampu membuatnya sangat tenang sekarang. Lalu tatapannya beralih pada sosok Alex dan Ibram yang berdiri tak jauh dari sofa yang dia dan ayahnya duduki, seketika itu pula Jennifer mengingat kejadian siang tadi kala ia dan Ibram berdebat. Ia akan mengadukan pria lancang itu sekarang juga, melupakan fakta jika Ibram yang telah mengobati tangannya dengan sangat baik dan telaten seperti seorang dokter yang dibayar untuk mengobati pasiennya. “Papa, aku ingin mengadukan seseorang padamu!” ungkap Jennifer dengan sorot manja yang hadir tanpa dibuat-buat, bibirnya mengerucut yang mana membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa gemas. Dari tatapan yang diberikan oleh putrinya, Nicholas sudah tahu hal apa yang akan dikatakan oleh Jennifer. Selalu mimik wajah yang seperti itu ketika Jennifer akan mengadukan perihal Ibram padanya. Namun demikian, Nicholas akan tetap menanggapi anaknya tersebut dengan baik karena ia tak ingin menyinggung perasaan Jennifer sedikit pun. “Katakanlah,” tutur Nicholas dengan nada yang sangat lembut. Tangan kiri Jennifer yang tak terluka kini terangkat dan menunjuk ke arah Ibram dengan berani. “Ibram, dia sudah bersikap tak sopan padaku tadi! Aku ingin memecatnya, Daddy! Aku tak suka padanya!” Benar apa yang telah Nicholas duga, Jennifer pasti akan mengadukan perihal Ibram padanya. Dengan kening yang ia buat berkerut, Nicholas pun bertanya, “Oh ya? Apa yang sudah dia lakukan padamu?” “Dia sangat menyebalkan! Dia terus saja menimpali ucapanku dan aku sangat tidak menyukainya!” Alex menahan tawa mendengarnya, walau tetap saja senyumnya sulit ia tahan. Hal itu terjadi karena baginya apa yang terjadi sangat jenaka. Alex melirik ke arah Ibram yang hanya diam dengan posisi yang tenang dan seolah menulikan telinganya dari apa yang dikatakan oleh nona muda mereka. “Alex, tolong tinggalkan ruangan ini,” titah Nicholas secara tiba-tiba, yang mana hal tersebut membuat Jennifer tersenyum puas karena merasa jika ayahnya akan berbicara serius untuk memecat Ibram malam ini. “Kau akan memecatnya, Dad?” tanya Jennifer dengan riang. Nicholas menggelengkan kepalanya pelan. Ia berdehem seraya membenarkan letak posisi duduknya agar lebih tegak. “Tidak, tapi ayah akan menaikkan jabatannya sebagai menantu.” “WHAT?” Jennifer tersedak oleh ludahnya sendiri dengan mata yang melotot tajam ke arah ayahnya dengan mulut yang terbuka lebar. Bukan hanya Jennifer yang kaget, tetapi Ibram pun merasakan hal yang sama. Hanya saja mimik wajah yang dikeluarkan jauh lebih terkontrol jika dibandingkan dengan Jennifer. “Apa yang baru saja kau katakan, Papi? Menaikkan jabatan Ibram sebagai menantu? Itu artinya kau akan menjadikannya suamiku!” pekik Jennifer seraya menunjuk dadanya sendiri. Nicholas menarik napas dalam seraya melihat Jennifer dan Ibram secara bergantian. “Ibram, duduklah.” Tak berani membantah apa yang dikatakan oleh tuannya, Ibram pun segera mendudukkan dirinya di sofa yang jaraknya cukup jauh dengan dua majikannya tersebut. Ia duduk dengan tegap dengan mata yang fokus melihat ke arah Nicholas. “Aku ingin agar kalian menikah. Ibram, ini adalah perintah terbesarku padamu. Dan Jennifer, ini adalah permintaan seorang ayah kepada putrinya.” Ibram diam, tak berani berkomentar sama sekali, ia memilih menoleh ke arah Jennifer dan menunggu reaksi yang akan ditunjukkan oleh wanita manja itu. Sempat terdiam selama beberapa detik, akhirnya Jennifer mengeluarkan suaranya dengan cepat. “Dad! Bagaimana bisa kau menikahkan aku dengan bawahanmu sendiri? Bersama satpammu? Kau tahu bukan aku dan Ibram itu berbeda kelas!” “Apa yang membedakan kalian? Kalian sama-sama manusia, dan yang paling penting adalah Ibram bisa menjagamu dengan baik, itu yang paling penting bagiku.” Jennifer menggelengkan kepalanya kuat. “Aku sama sekali tidak memerlukan penjagaan darinya! Papa, tadi siang aku dan Rama membicarakan jika aku akan mengusulkan perjodohan untukku sendiri, aku ingin kau menjodohkanku dengan Dave Damian! Dia adalah suami masa depanku, jadi bagaimana bisa kau menikahkan aku dengan orang lain? Tidak bisa, itu tidak boleh terjadi atau kemungkinan terburuknya Dave tidak akan mau bersamaku!” “Dave Damian? Siapa dia?” tanya Nicholas dengan kening yang berkerut. Pertanyaan tersebut membuat Jennifer tercengang. “Kau tidak tahu Dave Damian?” Nicholas dengan refleks menggelengkan kepalanya, karena memang ia sama sekali tidak tahu pria pemilik nama tersebut. “Pemeran utama di film Mafia I’m in Love?” “Seseorang yang pernah digosipkan memiliki hubungan spesial dengan Kiranina?” “Pria yang wajahnya ada di dinding kamarku?” “Aktor yang sangat terkenal! Dave Damian, kau benar-benar tidak mengenalnya?” Jennifer terpekik karena Nicholas terus saja menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaannya. Akhirnya Jennifer pun menepuk keningnya dan menyerah. “Baiklah, aku akan mengajakmu menonton televisi agar kau bisa melihat calon suami masa depanku. Aku tahu jika kau akan memberikan aku dan Dave restu.” “Keputusan ayah sudah bulat, Jen. Kau harus menikah dengan Ibram. Hanya dia yang bisa melindungimu dengan sangat baik, bisa menekan egomu yang sangat tinggi, dan juga aku melihat hanya dia pengawal yang bisa menjinakkanmu. Kau harus terlindungi dengan baik, apa yang terjadi padamu saat tadi merupakan tamparan keras untukku. Sebagai seorang ayah, aku ingin menyerahkanmu pada pria yang baik dan terpercaya. Lupakan soal Dave Damian yang kau bicarakan dan menikahlah dengan Ibram."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD