Senang akan menikah denganku?

2107 Words
Nicholas menatap dua pengawal kepercayaannya yang ia tempatkan di rumah, Ibram dan Alex. Pria yang sudah cukup berumur itu sengaja memanggil keduanya untuk masuk ke dalam ruang kerjanya setelah mendapatkan laporan mengenai apa yang terjadi pada putri kesayangannya tadi siang. “Apa kau mendapatkan petunjuk?” tanya Nicholas, menatap intens ke arah Ibram yang ia tahu berada di tempat kejadian. Nicholas tak mau bermain-main jika itu mengenai putri semata wayangnya. Hartanya yang paling berharga, dan cintanya yang paling besar, Jennifer sangat berarti baginya. Ia tak mau jika putri yang sejak bayi ia rawat dengan penuh kasih sayang tersebut justru disakiti oleh orang lain. Nicholas tak akan pernah rela. Ibram yang tahu jika pertanyaan yang dilontarkan oleh Nicholas ditujukan kepadanya pun langsung menjawab, “Tidak, aku merasa jika pria tadi bukanlah bagian dari kelompok mafia yang selama ini berhubungan buruk dengan kita. Dia adalah seorang pria biasa yang tidak terlatih sama sekali. Tetapi, aku yakin jika dia mempunyai maksud tertentu. Tidak mungkin seseorang menyakiti seseorang lain tanpa alasan apa pun.” “Apa dia mengatakan sesuatu padamu? Kau juga pasti beratanya sesuatu padanya bukan?” Ibram mengangguk. “Dia berkata jika dirinya hanya iseng melakukan hal tersebut karena kesal melihat sikap sombong yang kerap kali ditunjukkan oleh Nona Jennifer.” Setelah mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Ibram, Nicholas langsung mengusap wajahnya kasar. “Jennifer memang sering bersikap sombong, aku tidak akan menyangkal hal tersebut. Jadi dia hanya orang asing yang kesal dengan sikap putriku? Apa kau sudah memastikannya?” Wajar bila seseorang yang memiliki perangai sombong tidak disukai oleh orang lain. Mungkin saja sikap sombong tersebut menyinggung perasaan seseorang. Dan Nicholas sangat sadar jika putrinya kerap kali bertingkah sombong tanpa ingat tempat dan kondisi. Hal tersebut sangat memungkinkan Jennifer untuk dibenci oleh orang asing sekalipun. Namun, tetap saja sebagai seorang ayah Nicholas tidak bisa menerima jika ada yang memperlakukan putrinya dengan buruk. Apalagi sampai anaknya tersebut mengadu dan menangis tersedu-sedu tadi. “Sejauh ini, aku yakin jika pria tadi bukanlah bagian dari kelompok mafia mana pun.” Kini Nicholas mengangguk-anggukkan kepalanya. “Apa kau sudah memberikan pelajaran padanya?” Ibram mengangguk dengan pasti. “Aku sudah membuatnya babak belur sebelum meninggalkannya.” “Baguslah!” Nicholas membuka laptop yang menampilkan diagram, ia tengah menyelesaikan pekerjaannya di kantor sebelum memanggil dua pengawalnya tadi. Lantas tangannya bergerak untuk menyimpan dokumen tersebut, ia pun menutup laptopnya. Tatapannya kini tertuju pada seseorang yang berdiri di samping Ibram. Alex tampak berdiri tegap dengan wajah yang lurus. Alex adalah pengawal yang sangat andal, sama seperti Ibram, Alex pun memiliki banyak kemampuan yang sangat mumpuni. Dan Nicholas bersyukur karena ia bisa memiliki pengawal-pengawal yang berkemampuan. “Apa asa kabar dari Despoxito?” Alex mengangguk dan menjawab, “Despoxito mencoba untuk menguasai tanah tanpa pemilik yang ada di Jawa Tengah, dan luas dari tanah tersebut cukup untuk membuat dua pabrik besar. Sekarang, mereka sedang bekerja sama dengan salah seorang notaris dari Bali untuk membuat tanah tersebut menjadi milik mereka.” Seketika itu pula Nicholas langsung mengeram marah. Bisa-bisanya kelompok mafia yang menjadi musuh bebuyutannya itu mencoba untuk menguasai tanah dengan luas yang sangat menggiurkan. Pasti akan sangat menguntungkan jika Nicholas bisa mengusai tanah tersebut. Nicholas pun mengangkat tatapannya pada Alex. “Aku ingin agar tanah tersebut menjadi milikku. Hubungi notaris terkenal dan juga beberapa polisi untuk membantu kita. Dan kau harus ikut bersamaku untuk melakukan peninjauan nantinya.” Senyuman licik muncul di bibir Nicholas saat mengatakan kalimatnya. Sudah ada berbagai ide licik di kepalanya sekarang. Ia tidak akan membiarkan kelompok mafia lain berada satu langkah di hadapannya. Kelompok mafia yang dipimpinnya harus tetap menjadi penguasa dunia underground Indonesia. “Baik, Tuan. Aku akan melakukannya dengan sebaik mungkin agar kita bisa mendapatkan tanah tersebut.” Alex berkata dengan yakin, sama sekali tidak ada keraguan dalam kalimatnya. Ia yakin jika dirinya bisa menjalankan tugas dengan baik dan yang pasti hasilnya tidak akan pernah mengecewakan. Nicholas tersenyum senang seraya mengangguk-anggukkan kepalanya. Despoxito adalah kelompok mafia yang kuat dan juga cukup berpengaruh. Hanya kelompok itu yang paling sulit untuk diatasi oleh Nicholas. Anggota yang dimiliki oleh Despoxito pun sangat terlatih dan juga memiliki banyak kemampuan. Penghasilan yang didapat oleh setiap anggotanya pun sangat besar hingga mereka semua hidup dilimpahi kekayaan. Namun, Nicholas selalu percaya diri jika kelompok yang dipimpinnya jelas jauh lebih baik dan lebih menguntungkan dari Despoxito. Ia selalu memastikan jika kelompoknya lebih maju dan juga bergerak lebih cepat. “Baiklah, kau bisa keluar, Alex. Tolong panggilkan putiku ke ruangan ini. Dan kau Ibram, tetaplah di sini!” Alex membungkukkan tubuhnya sejenak sebelum kemudian melangkah pergi keluar ruangan. Ibram yang kini hanya berdua saja bersama tuannya itu pun langsung menatap Nicholas dengan saksama. Ibram tahu pasti akan ada sesuatu yang dibicarakan bersamanya. Dan ia pun sudah bisa menebak akan apa yang ada dibicarakan oleh tuannya tersebut mengingat jika Jennifer pun turut dipanggil. “Alu sudah memutuskan jika sekarang kau adalah pengawal pribadi putriku,” tutur Nicholas untuk membuka percakapan. “Baik, Tuan! Aku akan menjaga Nona Jennifer dengan sangat baik!” balas Ibram dengan yakin, tugas barunya pasti akan ia emban dengan penuh tanggung jawab dan sepenuh hati. Nicholas berdehem sembari menganggukkan kepala. “Duduklah!” titah Nicholas. Tanpa berani membantah, Ibram pun duduk di salah satu kursi yang ada di hadapan meja kerja Nicholas. Pria itu duduk tegak dengan mimik wajah yang sangat terkendali. Tidak merasa tegang, tetapi ia merasa sangat canggung jika harus berhadapan dengan tuannya. Napasnya pun sangat teratur dan Ibram benar-benar terjaga dalam bersikap. “Apa kau sudah membicarakan mengenai pernikahan bersama putriku?” todong Nicholas. Hening sejenak, Ibram tidak langsung menjawab karena ia bingung harus menjawab dengan kalimat yang seperti apa. Setelah berpikir selama beberapa saat, Ibram pun menarik napas dan menjawab, “Sudah, tetapi Nona Jennifer memintaku untuk mengatakan kepadamu jika aku tidak ingin menikah dengannya.” Tawa kecil muncul dari bibir Nicholas, bisa ia bayangkan bagaimana cara Jennifer mengatakan semua hal itu kepada Ibram. Lantas, Nicholas pun menatap serius pengawalnya tersebut dan berkata, “Dan kau tahu bukan jika hal tersebut sama sekali tidak akan berpengaruh padaku?” *** Kedua bola mata Jennifer berbinar kala memandang gambar Dave Damian di salah satu dinding kamarnya. Bibirnya menyunggingkan senyum yang sangat manis dengan dua pipi yang merona. Memandang suami masa depannya adalah pekerjaan yang sangat Jennifer sukai. Ia jadi berpikir jika dirinya telah menikah dengan Dave kelak, pasti sulit bagi Jennifer untuk mengalihkan pandangannya dari suaminya sendiri. Bisa-bisa Jeniffer terjaga semalaman hanya untuk menatap wajah suaminya tersebut. Tok! Tok! Tok! Jennifer mendengus kasar kala merasa terganggu dengan suara ketukan pintu kamarnya. Dengan malas ia membuka pintu dan menatap datar seseorang yang ada di baliknya. “Ada apa, Alex? Kenapa kau mengganggu kegiatanku? Tidak tahukan dirimu jika aku sedang memandang suami masa depanku? Aku sedang merangkai masa depan yang sangat indah bersama Dave Damian! Dan semua bayangan itu pupus ketika kau mengetuk pintu!” Alex meringis ketika kedatangannya disambut dengan cara demikian oleh majikannya. Ia tersenyum tipis seraya menundukkan kepalanya sejenak. “Maafkan aku, Nona Jennifer jika aku mengganggumu—“ “Kau memang sangat mengganggu!” potong Jennifer dengan cepat. Menghela napas sabar, Alex kembali menunjukkan senyum tipis sebagai tanda sopan yang ia miliki. “Ya, aku minta maaf untuk itu. Kedatanganku—“ “Untuk apa kau datang kemari?” Rasa sabar yang ada dalam diri Alex rasanya terkikis habis kala Jennifer yang terus saja memotong ucapannya. Jika saja wanita cantik di hadapannya bukanlah anak dari majikannya, mungkin Alex sudah berteriak dan memaki wanita yang berani-berainya menyela ucapannya dengan seenaknya. “Tolong jangan memotong apa yang aku katakan, Nona. Aku datang ke mari atas perintah Tuan Nicholas yang memintamu untuk datang ke ruang kerjanya.” “Daddy memanggilku? Untuk apa?” tanya Jennifer dengan bingung, sangat jarang ayahnya memanggilnya di tengah malam seperti ini, apalagi jika itu di ruang kerjanya. Seumur hidupnya, Jennifer bisa menghitung berapa kali ia masuk ke ruang kerja ayahnya. Di sana sangat membosankan, dengan warna hitam dan coklat yang dominan karena banyak barang di sana terbuat dari kayu. Belum lagi baran-barang yang ada di sana hanya tumpukan kertas yang membosankan hanya untuk sekedar dilihat. Alex menggelengkan kepalanya pertanda tak tahu apa tujuan Nicholas memanggil Jennifer. Padahal, dalam hati ia sudah bisa menebak apa yang akan dibicarakan oleh Nicholas kepada putrinya. Keberadaan Ibram yang ada di sana sudah menjawab akan topik apa yang akan diperbincangkan. “Baiklah, aku akan ke sana sebentar lagi!” Jennifer langsung menutup pintu kamarnya dengan kencang setelah mengatakan kalimatnya. Sama sekali tak peduli jika Alex merasa kaget. Ia kembali melangkah dengan riang ke salah satu dinding bergambar wajah pria yang sangat dikaguminya. “Dave, Papaku sedang memanggilku ke ruang kerjanya. Aku akan berusaha membujuknya agar dia menjodohkan kita berdua. Kau harus berdoa, okay?” Jari telunjuk tangan kirinya ia angkat dan ia simpan di bagian pipi gambar wajah Dave. Jennifer tersenyum centil dan mencium dinding sembari membayangkan jika dirinya tengah mencium pipi Dave. “Aku akan pergi menemui ayahku terlebih dahulu, kau jangan merindukan aku, ya? Jika tidak, maka kau akan terus mengingatmu!” Jennifer terkikik geli mengakhiri kalimatnya. Ia pun berputar dengan perasaan senang dan keluar dari kamarnya. Langkahnya yang riang membuatnya sampai dengan cepat di hadapan ruangan kerja Nicholas, dengan semangat yang sangat membara, tangan kirinya bergerak cepat membuka pintu. “DADDY! I’M COMING!!” teriak Jennifer. Satu detik kemudian senyumannya luntur kala ia mendapati sosok lain di dalam sama. Mimik wajah Jennifer langsung sirna seketika, ia masuk dengan cepat ke ruangan ayahnya dengan mimik wajah yang sama sekali tidak terkendali. Melihat keberadaan Ibram di sini membuat Jennifer tahu alasan apa yang membuat ayahnya memanggilnya ke ruangan ini. “Papi, mengapa dia ada di sini? Apa kau memanggilku ubntuk membicarakan ide konyolmu menikahkan aku dengannya?” todong Jenifer dengan wajah merengut. Ia dengan segera mendudukkan dirinya di samping Ibram dan sempat melemparkan tatapan yang sangat sinis. Walau anaknya bertingkah demikian, Nicholas tetap saja tersenyum. Baginya, Jennifer tetaplah putri kecilnya yang sangat menggemaskan walau kini usianya sudah 22 tahun. Jennifer akan tetap menjadi putri kecilnya berapa pun usianya. “Rupanya kau pintar menebak, Sayang. Daddy memang memanggilmu untuk membicarakan hal tersebut,” balas Nicholas dengan senyum cerah yang hadir di bibirnya. Selalu senyum seperti itu yang hadir tiap kali ia berada di hadapan putrinya. Jennifer mendelik. “Sebaiknya kau memikirkan ulang ide konyol itu, Dad. Aku lebih merekomendasikan agar kau memecat Ibram daripada menjadikannya menantu. Kau tahu tidak, dia sangat semena-mena. Belum menjadi suamiku saja dia sudah berani mengelak ucapanku, dan juga berani untuk memerintah Joe. Coba bayangkan jika nanti dia menjadi suamiku? Bisa-bisa dia menginjak harga dirimu!” Saking kesalnya, Jennifer hampir saja menggebrak meja dengan tangan kanannya yang masih terbalut perban. Untungnya, Ibram dengan segera menahan tangan Jennifer agar tak sampai ke meja. Ia tahu jika Jennifer melakukan hal tersebut, maka yang terjadi selanjutnya adalah wanita itu akan menjerit kesakitan. Namun, bukannya berterima kasih, Jennifer justru menarik tangannya dengan cepat seraya mendelik. Lantas ia kembali fokus pada ayahnya yang mendengarkan setiap kata yang terlontar dari mulutnya. “Jadi bagaimana keputusanmu?” tanya Jennifer penuh harap. “Aku akan tetap melanjutkan ideku yang kau bilang konyol. Tapi, sebaiknya kalian bertunangan terlebih dahulu dan aku akan mengaturnya untuk satu bulan ke depan.” Jennifer dan Ibram sama-sama kaget dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Nicholas. Bedanya, jika Ibram tetap terkontrol maka Jennifer sebaliknya. Wanita yang sangat menjunjung tinggi kecantikan itu menganga lebar dalam jangka waktu yang cukup lama. “SEBULAN LAGI?” pekik Jennifer dengan tatapan matanya yang terlihat sangat horor, seolah-olah ia baru saja mendengar cerita paling menyeramkan di dunia ini. Nicholas mengangguk singkat tanpa beban. “Iya, Daddy sudah memikirkannya dan ini adalah keputusan yang sangat baik. Mulai besok pun, Ibram akan menjadi pengawal pribadimu. Daddy tidak ingin jika kau menerima banyak bahaya lagi.” “Papa, kau bisa menjadikan Ibram sebagai pengawal pribadiku tanpa harus membuatku bertunangan dengannya apalagi menikah dengannya!” pekik Jennifer dengan nada frustrasi. “Akan ada perbedaan yang sangat besar antara seorang pengawal yang menjaga majikannya dan seorang pria yang menjaga wanitanya. Ini yang terbaik untukmu, Jen, jangan mengelak!” tegas Nicholas. Jennifer menghela napas seraya menoleh ke arah Ibram, ia menunjukkan tatapan melas dan berharap jika pria itu mau membantunya. “Ibram, kenapa kau diam saja? Katakan pada Papaku jika kau juga tak mau menikah denganku!” pinta Jennifer. Lalu tiba-tiba matanya memicing. “Atau jangan-jangan kau memang senang akan menikah denganku? Ah ya, tentu saja kau akan senang jika menikah dengan wanita secantik dan berkelas seperti aku!” “Ini perintah, aku tidak bisa menolaknya,” balas Ibram singkat, dan Nicholas puas dengan jawaban pengawalnya tersebut. Jennifer semakin melas saja, ingin rasanya ia menangis sekarang juga. Sambil memejamkan mata, Jennifer berteriak, “DAVEEEEEEEE!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD