Derent mematung di tempatnya berdiri, semua yang terjadi hari ini bagai mimpi buruk sepanjang hidupnya. Wanita yang dia cintai dan dia inginkan telah pergi meninggalkannya. “Tidak! Erliiiiin!” Teriak pria itu seraya berlari mengejar Erlin Joy. Erlin sudah pergi, wanita itu sudah berlalu dengan naik taksi. Erlin menangis sepanjang jalan menuju ke kediaman yang dibelikan Derent Jake. “Hiks, hiks, hiks! Mr. D jahat! Jahat..” Taksi meluncur menembus padatnya arus lalu lintas senja itu. Hari sudah gelap ketika ia tiba di sana. Begitu tiba di kediaman tersebut, Erlin melihat Derent sudah berdiri di ambang pintu. Erlin tidak ingin melihat wajahnya, gadis itu melewatinya begitu saja. “Erlin, dengarkan aku, please.” Derent meraih pinggang wanita itu, memeluk tubuhnya erat sekali di tengah-teng