++Lepas kegadisan

1209 Words
Beberapa hari berlalu, hubungan Calista dan Sean semakin dekat, bahkan kini mereka sudah kembali ke mansion Sean yang sudah direnovasi akibat ledakan kemaren. Begitun Sabrina yang juga sudah kembali ke sana. "Kak, Daddy dan Mommy meminta kita untuk mengunjunginya." Ucap Sabrina ketika mereka sedang makan malam. "Ya, aku tau." Ucap Sean yang tidak begitu mendengarkannya, sebenarnya dia sudah tau jika orang tuanya ingin dia mengunjunginya, dan dia memang berniat untuk pergi ke sana sekalian mengenalkan Calista kepada orang tuanya. "Kapan kita ke sana?" Tanya Sabrina tersenyum karena Sean menanggapi perkataannya. "Kau berangkat sendiri saja, karena aku akan berangkat dengan Calista." Ucap Sean. Sabrina mengepalkan tangannya, dia tadinya ingin berangkat bersama dengan Sean namun ternyata Sean memintanya untuk berangkat sendiri. "Tidak masalah jika kita berangkat bersama, Sean. Tujuan kita sama kan? Kita berangkat bersama saja." Ucap Calista yang akhirnya buka suara setelah dia hanya mendengar pembicaraan mereka. "Lihat besok saja." Ucap Sean pada akhirnya yang membuat Calista tersenyum namun tidak dengan Sabrina. Dia semakin marah karena Sean seperti lebih mendengarkan perkataan Calista. Dia tadinya mengira jika Sean tidak mengajak Calista sehingga mereka bisa berangkat berdua dengan Sean, tapi ternyata Calista selalu saja membuntuti Sean dan ikut ke mana saja dia pergi. Setelah makan malam, Sean langsung mengajak Calista unruk ke kamar, "Boleh aku tau, kenapa kau tidak menyukai Sabrina?" Tanya Calista saat mereka ada di kamar. "Karena aku menyukaimu." Jawab Sean yang membuat Calista memutar bola matanya malas. "Maksutku bukan seperti itu. Bukan menyukai wanita sebagai pendamping, tapi maksutku, Sabrina menjadi adik angkatmu bukan? Kenapa kau tidak mau menerimanya menjadi adik angkatmu." Tanya Calista. "Tidak saja." jawab Sean santai. "Alasannya?" Tanya Caliata. "Tidka ada alasan, karena sedarii awal orang tuaku mengadopsinya pun aku tidak setuju, hanya saja mereka kasihan kepada Sabrina. Unruk itu aku tidak mau menerimanya meskipun mereka yang meminta." Ucap Sean. "Kau takut jika warisanmu berkurang karena dibagi dua?" Tanya Calista yang mungkin saja ini masalah warisan. Namun bukannya menjawab, Sean malah tertawa. Dia akhirnya menghampiri Calista karena dia memang selalu mwnggemaskan. "Apa aku harus membawamu melihat semua kekayaanku? Aku memiliki ruangan khusus, dimana di sana banyak emas batangan, uang cash dan beberapa perbiasan dan berlian. Hanya sahabat-sahabatku yang tau ruangan itu. Dan aku akan menunjukkan padamu nantinya karena ini bukan soal uang." Ucap Sean yang merengkuh pinggang Calista. "Aku tidak memerlukan uang warisan orang tuaku meskipun memang mereka juga memiliki kekayaan yang banyak, uangku sendiri sudah banyak jika kau lupa, aku memiliki banyak hotel, beberapa restoran, dan beberapa usaha lainnya, uangku tidak akan pernah habis," ucap Sean dengan sombongnya. "Cih, aku hanya bertanya soal warisan tapi kau malah menyombongkan kekayaanmu." Cibir Calista yang sebenarnya dia tadi terkejut karena perkataan Sean, dia bisa membayangkan bagaimana kekayaan Sean jika ada satu ruangan dimana itu adalah harta karun milik Sean. "Aku hanya memberitahumu, jika ini bukan masalah warisan, dihatiku aku tidak menyukainya meskipun itu hanya sekedar menyukai sebagai adik angkat. Dan itu tidak bisa dipaksakan meskipun para sahabatku sendiri sudah membujukku. Dan akan berlaku kepdamu, karena sekali aku tidak menyukai seseorang, aku akan tidak menyukainya sampai kapanpun." "Tapi aku merasa jika ada alasan lain sehingga kau tidak menyukainya. Fikingku biasanya kuat," ucap Calista. Namun bukannya menjawab Sean menggendong tubuh Caliata dan membawanya ke atas ranjang lalu mengukungnya. "Tidak perlu membahasnya, akan lebih baik jika kau menyus*uiku." Ucap Sean yang membuat Calista lagi-lagi menampar pelan pipi Sean. Tentu saja dia tidak marah. Sean tersenyum miring dan membuka bajunya lalu membantu Calista untuk membuka juga dresnya yang hanya menyisakan bra dan kain segitiga. "Kau memiliki tubuh yang sangat indah, Cal. Bagaimana kau bisa merawatnya." Ucap Sean dengan suara beratnya, dia tidak bisa menahan gairahnya jika sudah melihat tubuhnya. "Aku memang harus menjaganya." Ucap Calista tersenyum. Dia sangat senang jika Sean memujinya apalagi memuji miliknya, Tanpa banyak bicara, Sean bahkan langsung membuka pengair bra Calista dan melahap benda kenyal yang sudah terpampang indah di depannya. Calista langsung melenguh, sentuhan Sean membuatnya selalu tersengat, tubuhnya merinding dan selalu menginginkan lebih dari ini hanya saja entah kenapa dia masih merasa takut. Mendengar lenguhan Calista, Sean semakin b*******h, dia merambat mempermainkan bibir Calista yang langsung disambut olehnya. Suara decapan dan perang lidah terdengar dari dalam kamar Sean yang membuat mereka semakin bersemangat. Tangan Sean bahkan merambat ke area bawah dan lagi-lagi Calista tidak menolaknya, di sudah dibuat ketagihan meskipun itu hanya dengan jarinya. "Aku sedang ingin merasakannya." Ucap Sean yang membuat Calista sepertinya mengerti apa yang akan dilakukan oleh Sean. "Oouh god, Sean! Ini — Calista bahkan tidak dapat meneruskan perkataanya, dia melenguh dan bahkan tubuhnya senakin gelisah karena ternyata Sean mempermainkan miliknya dengan lidahnya. Sean tersenyum, sesuai ekspetasi jika milik Calista lebih indah dan nikmat. Calista tak bisa menahan lama karena Sean benar-benar melakukannya dengan baik, "Sayang! Aku tidak tahan— Mengerti apa yang dimaksut wanitanya, Sean semakin mengaduk-aduk bahkan juga dengan memasukkan jarinya. Akhirnya lenguhan panjang terdengar, Calista bahkan sesikit mengangkat pinggangnya karena merasakan ada ledakan dibawah sana. "Sek-si." Erang Sean yang melahap habis. Dia kembali mengukung Calista yang masih mengatur nafasnya. Sean menciumi lehernya dan kembali mencumbuhnya yang membuat Calista kembali melenguh. "Sean— "Yes Baby." "I want you." Ucap Calista menggigit bibir bawahnya. Sean sebenarnya terkejut dengan perkataan Calista namun dia tersenyum miring. "Kau tidak bisa menarik kata-katamu." Ucap Sean. "Hm, aku tau. Aku memang menginginkanmu." Akhirnya benteng pertahanan Calista runtuh, masih ada rasa takut didalam hatinya, namun dia merasakan jika memang Sean mencintainya dan akan berbeda dengan Lucas. Sean akhirnya melepaskan semua kain yang masih melekat di tubuhnya dan mengeluarkan kebanggaannya yang membuat Calista terkejut. Dia bahkan semakin menelan salivanya dengan susah karena melihat kegagahan Sean teenyata besar dan panjang, pantas saja jika menyentuh tubuhnya dia seperti memberontak, ternyata memang ular pitonnya tidak main-main. "Aku berharap kau tidak merubah keputusanmu." Ucap Sean yang sebenarnya merasa lucu ketika melihat ekspresi Calista yang melihat miliknya untuk yang pertama kalinya. Dia memang tidak pernah memperlihatkan miliknya jika wanita yang di inginkan olehnya sendiri belum mau menerima ajakannya. "A-apa muat?" Tanya Calista dengan polosnya yang membuat Sean rasanya ingin tertawa. "Pasti muat, jika tidak. Aku akan membuat milikmu terbiasa denganku." Ucap Sean lalu mengukung Calista dan ingin bermain ke permainan utamanya namun Calista menahannya. "Kenapa?" Tanya Sean. "Tunggu dulu!" Ucap Calista. "Aku ingin merasakannya dulu." Ucap Calista yang membuat Sean tersenyum. Dia menegakkan tubuhnya dan membiarakn Calista dan berjongkok didepannya. "Jangan-jangan kau minum obat pembesar agar milikmu besar seperti ini." Ucap Calista malah membuat Sean tertawa. "Aku tidak pernah meminum obat semacam itu, terlihat tidak natural, jika aku meminumnya, mungkin jika masuk ke dalam milikmu akan tembus sampai jantung." Ucap Sean yang terkekeh sendiri dengan perkataannya. Sedangkan Calista malah membayangkan jika memang Sean meminum obat, jelas miliknya semakin panjang dan besar, "Jangan dibayangkan, akan lebih baik jika kau cepat mempermainkannya, ini sangat sakit ketika menegang seperti ini, Cal." Ucap Sean yang rasanya tidak tahan dan langsung mengarahkan kegagahannya ke dalam mulut Calista namun dia masih infin bersabar. "Ck! Birahi sekali kau ini, sabar dulu." Ucap Calista. Namun karena dia penasaran dia akhirnya memberanikan memegangnya terlebih dahulu, Sean tersenyum tipis dan mengerang ketika Calista sudah mulai mempermainkan miliknya dengan tangannya, terasa amatir namun cukup membuat dia merasakan nikmat di sana. "Kau membuatku tidak tahan, Calista." Sean sudah menatap Calista dengan sayu yang akhirnya membuat Calista tersenyum miring dan mulai memasukkannya ke dalam mulutnya. "Aargh! Baby—
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD