Mendengar Sera ingin pulang, Kinkin langsung dilanda khawatir. “Mbak Sera apa bisa bawa mobil sendiri?”
Jangankan untuk berkendara sendiri, duduk tegak saja Sera terlihat tidak mampu.
Saras pun sepemikiran dengan Kinkin, segera saja dia memberikan usul. “Saras teleponin Mas Keifer ya?”
Sera menggeleng kaku. “Panggilin aku taksi aja.”
Siang itu, Sera meninggalkan Accentuate tanpa memedulikan apa pun lagi. Entah apa yang akan dipikirkan oleh para karyawannya, Sera benar-benar tidak ambil pusing. Hanya satu yang dia inginkan, meninggalkan tempat penuh jejak mengerikan yang terus menghantui pikirannya.
Inginnya Sera kembali ke rumah dengan tenang, tanpa sepengetahuan siapa pun. Sayangnya, Aubrey muncul bertepatan saat dia menaiki tangga menuju kamar.
Dari anak tangga teratas, Aubrey memandangi Sera dengan kebingungan. “Sera, kamu sudah pulang. Kenapa cepat sekali?”
Cepat-cepat Sera mengarang dusta. “Aku masih enggak enak badan, Ma.”
Aubrey bergegas turun untuk memeriksa keadaan Sera. Dia menemukan putrinya tampak demikian pucat. Tubuhnya pun terasa sangat dingin. Aubrey menggeleng khawatir seraya berkata, “Sera, rasanya kita harus panggil dokter lagi.”
“Sera cuma butuh tidur, Ma,” bantah Sera lesu.
“Muka kamu pucat sekali," ujar Aubrey cemas. "Tadi kamu bisa menyetir sendiri?”
“Sera naik taksi, Ma.”
“Mobil kamu bagaimana?”
“Ada di Accent.” Sera menatap ibunya sekilas. “Tolong suruh Pak Tarmin ambil mobil Sera ya, Ma.”
Tanpa banyak berdebat Aubrey langsung menyanggupi. “Iya, nanti Mama kasih tahu Pak Tarmin.”
“Mulai besok juga Sera mau diantar jemput sama Pak Tarmin aja. Bisa enggak, Ma?” tanya Sera dengan tatapan penuh harap.
Kali ini Aubrey mengernyit heran. “Kamu tidak mau bawa mobil sendiri lagi?”
“Capek, Ma. Di jalan selalu macet. Kalau sama Pak Tarmin, Sera bisa istirahat.”
Rasanya Aubrey tidak bisa benar-benar percaya dengan alasan yang Sera ajukan. Namun, fakta itu memang tidak dapat dibantah. Akhirnya, yang dapat Aubrey lakukan hanya terus menumpuk kecurigaan dalam hatinya.
Aubrey memandangi punggung putrinya yang berlalu menaiki tangga. Dia yakin Sera akan kembali mengurung diri di kamar, sama seperti sebelum-sebelumnya.
Perhatian Aubrey teralih ketika mendengar langkah kaki memasuki rumahnya. Dia yakin itu bukan salah satu staf dan pelayan di rumah. Benar saja, ternyata Keifer yang datang.
"Keif, ada apa?" sapa Aubrey heran.
"Maaf, Ma'am. Apakah Sera ada?"
Kecemasan yang tergambar di wajah Keifer membuat Aubrey curiga. "Dia baru saja naik ke kamarnya."
"Syukurlah," desah Keifer lega.
"Apa terjadi sesuatu?"
"Saya hanya ingin memastikan Sera sudah pulang. Itu saja."
"Kamu tahu kenapa dia pulang cepat?" Untuk saat ini rasanya Aubrey mulai melupakan keengganannya menyetujui hubungan antara Sera dengan Keifer. Dia mulai melihat bahwa sepertinya tidak buruk membiarkan mereka bersama.
Jujur saja awalnya Aubrey sangat khawatir dan menentang keras keinginan Sera untuk menjalin hubungan dengan Keifer. Dia takut hubungan mereka tidak akan berjalan dengan baik. Namun, melihat besarnya perhatian Keifer untuk Sera, mungkin ada kesempatan bagi mereka.
"Tadi saya ke Accent dan Kinkin menceritakan keanehan Sera hari ini." Mengetahui Sera mulai kembali bekerja, Keifer tidak bisa menahan diri untuk memeriksa keadaan perempuan itu. Selama Sera mengurung di rumah sejak malam itu, Keifer belum berkesempatan menemuinya. Bayangan ketakutan di wajah Sera malam itu tidak bisa pergi dari ingatan Keifer. Begitu mengganggu dan membuatnya tersiksa. Keifer ingin menolong Sera, tetapi tidak tahu caranya.
"Keanehan bagaimana?" tanya Aubrey gusar. "Apa maksudnya jadi sangat pendiam dan murung?"
Keifer menggeleng cemas. "Bukan hanya itu, tapi Sera sempat histeris tiba-tiba sampai menghancurkan ponselnya."
Kening Aubrey langsung berkerut. "Histeris?"
"Sera juga menolak menemui klien penting, bahkan tidak peduli kalau pesanannya akan dibatalkan,” tutur Keifer lagi. “Sera malah langsung memilih pulang setelah klien itu pergi."
"Ini benar-benar tidak bisa dibiarkan." Aubrey menggeleng cemas.
Keifer menatap Aubrey ragu-ragu, lalu bertanya penuh harap, "Apa boleh saya mencari tahu lebih lanjut?"
"Silakan, Keif.” Aubrey langsung mengangguk tanpa berpikir lagi. “Lakukan apa saja yang dibutuhkan untuk mencari tahu penyebab Sera berubah seperti ini."
Apa saja yang dapat dilakukan untuk mengembalikan Sera seperti biasa, akan Aubrey lakukan. Termasuk jika itu harus menyetujui cintanya untuk Keifer. Jika perlu, Aubrey akan mendesak agar Keifer memacari Sera sekarang juga.
***
“Mbak, setengah jam lagi kita live ya.” Entah sekadar pemberitahuan, ajakan, atau meminta izin, tetapi Saras selalu melakukannya sejak Sera kembali ke Accentuate tiga hari lalu. Meski hanya mendapat tanggapan sekadar anggukan kepala, Saras tidak peduli. Dalam hati Saras berharap Sera akan tergerak untuk ikut live lagi seperti biasa.
Kira-kira sejak lima bulan lalu, mereka memang rutin melakukan live. Awalnya hanya untuk memperkenalkan toko saja, tetapi ternyata mendapat respon yang sangat baik. Akhirnya, live yang mereka lakukan malah menjadi bagian terpenting dalam meningkatkan penjualan.
Oleh karena itu, Sera memutuskan melakukannya setiap hari selama dua jam penuh, sekitar waktu jenuh kebanyakan orang yang kerap digunakan untuk berselancar di media sosial. Kata orang jam-jam keramat diserang kantuk. Setelah lewat waktu makan siang dan menanti jam pulang kantor.
“Mbak Sera ikut live, ‘kan?” tanya Kinkin penuh harap. Sudah hampir dua minggu Sera absen dari live dan hal itu cukup berpengaruh terhadap respon penonton mereka. Pasalnya, Sera memiliki cara tersendiri untuk menjalin kedekatan dengan penonton dan menyulapnya menjadi pembeli. Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa wajah asing nan cantik milik Sera sudah menjadi daya tarik tersendiri.
“Kemarin-kemarin waktu enggak ada Mbak Sera, penonton pada nyariin. Katanya kurang rame tanpa Mbak Sera,” ujar Jeje menambahkan.
Sera memantapkan hati, lalu mengangguk perlahan. “Nanti aku ikut.”
Sebenarnya, Sera tidak yakin dirinya sudah siap melakukan ini. Namun, dia tidak bisa terus berlarut-larut dalam ketakutan. Sera harus kuat dan menghadapinya.
Benar saja seperti ucapan Kinkin, begitu live dimulai dan wajah Sera ikut muncul, kolom komen langsung ramai dengan sambutan untuk sang pemilik.
[lezbeauty95: Mbak Cantik ke mana aja?]
[minqiumomo: asik Mbak Bule udah balik, rame pasti hari ini!]
“Semangat banget ya, kalian begitu lihat wajah bosnya Kinkin yang cantik luar biasa ini!” sapa Kinkin ceria.
Tanggapan penonton dan keceriaan Kinkin nyatanya tidak berhasil membangkitkan semangat Sera. Dia hanya bisa berdiri kaku di belakang Kinkin. Melihat ponsel yang diletakkan pada tiang ring light dan mengarah kepadanya membuat Sera langsung teringat akan kejadian di tempat ini bersama Abram.
Posisi Sera berdiri saat ini persis sama dengan waktu dia terbaring tidak berdaya dalam kungkungan Abram. Rasanya ingatan itu jadi demikian nyata. Bukan lagi berada dalam pikiran, tetapi seakan-akan membawa Sera kembali pada kejadian itu.
Kinkin terus melakukan tugasnya seperti biasa, meski dia tahu ada sesuatu yang salah dengan Sera. Candaan renyah Kinkin terdengar menanggapi komen-komen penonton.
[celmikaka172: Kaka Bule pesyen show sambil nyanyi lagi dong!]
[nanilavida: Kaka Cantik ajarin mix n match lagi plis!]
“Gaes, jangan minta aneh-aneh dulu ya! Mbak Bule kita yang cantik ini masih belum sehat banget, tapi Mbak Bule Cantik bela-belain live demi mengobati kangen kalian loh,” ujar Kinkin menanggapi permintaan-permintaan dari para penonton. “Jadi, hari ini kalian harus checkout banyak-banyak biar Mbak Bule Cantik bersemangat, oke?”
Keringat dingin mulai membanjiri tubuh Sera. Pandangannya mengabur dan dia tidak bisa mendengar suara Kinkin dengan jelas. Rasanya ingin segera melarikan diri saja dari tempat ini sekarang juga.
“Oke, kita mulai dari dress cantik yang jadi juara ini,” seru Kinkin sambil memamerkan sebuah gaun berwarna kuning pucat yang tampak sangat manis. “Dua minggu lalu banyak yang protes karena enggak kebagian. Sekarang sudah ready stock lagi, lengkap semua warna ada. Jadi, langsung cepat-cepat kalian amankan sebelum kehabisan.”
Ucapan Kinkin bukan isapan jempol belaka. Gaun yang dia tawarkan memang sangat digilai sejak pertama ditampilkan. Saat ini pun, jumlah pesanan langsung membludak padahal baru beberapa menit saja. Kinkin menoleh ke belakang untuk melihat reaksi Sera, tetapi bukan wajah bahagia yang tampak di sana. Kinkin mendapati wajah pucat Sera yang nyaris pingsan. Namun, dia tentu tidak bisa membahasnya saat mereka sedang live seperti ini.
“Gaes, Mbak Bule Cantik bengong dong!” seru Kinkin dengan keceriaannya yang penuh dusta. “Kayaknya terlalu terpesona lihat respon kalian yang langsung pada klik checkout dalam sekejap gini.”
Rasanya Sera sudah tidak kuat lagi bertahan di tempat ini. Tubuhnya sudah bergetar hebat sejak tadi. Kaki Sera begitu lemas sampai rasanya tidak sanggup lagi berdiri. Terakhir, perutnya bergejolak tidak karuan, siap memuntahkan seluruh isinya. Segera saja Sera berlari meninggalkan Kinkin menuju kamar mandi.
“Mbak Sera kenapa?” bisik Jeje yang bertugas mengarahkan kamera.
Saras tidak peduli lagi dengan urusan pesanan pembeli. Dia segera berlari meninggalkan laptopnya untuk mengejar Sera. Di depan pintu kamar mandi, Saras melihat Sera tengah berjongkok di bawah wastafel, tampak kepayahan dan menyedihkan. Perlahan Saras mendekat, lalu menyentuh bahu Sera. Namun, reaksi Sera sungguh di luar dugaan.
Ketika merasakan sentuhan tangan di bahunya, Sera langsung menjerit, “Pergi!”