KAYLA mengerjapkan matanya merasakan sentuhan tangan-tangan kecil di wajahnya. Suara-suara laki-laki memenuhi benaknya. Kayla ingin sekali membuka matanya, tapi ia masih ingin menikmati suara-suara itu. "Kenapa Cinderellanya tidak bangun?" tanya salah satu anak. Kayla menahan senyumnya. "Mungkin salah satu dari kita harus menciumnya?" sahut anak yang satunya. Suara mereka bahkan sangat mirip. Kayla tahu siapa mereka. "Jangan bodoh," anak pertama menimpali. "Dia bukan putri tidur. Dia Cinderella. Bukankah Dad sudah menjealskannya tadi." Terdengar dengusan keras dari anak itu. "Dia tidak butuh ciuman untuk bangun. Dia hanya butuh pangerannya," "Pangeran untuk membangunkannya maksudmu?" anak yang lain memberi jawaban tak kalah ketus. "Aku tidak peduli dengan teorimu. Aku akan tet